Memecahkan kesunyian dihatiku tidaklah mudah. Aku mencari pasangan sejatiku yang merupakan jodohku. Aku merasa telah gagal di dalam pernikahanku karena kita adalah dua orang dengan karakter yang sangat berbeda dan sulit dalam hal berkomunikasi.
Aku menyimpan hatiku untuk pernikahanku yang berikutnya, walaupun aku masih takut untuk menyatakan kepada suamiku bahwa kita berdua telah gagal dalam rumah tangga kita. Aku membayangkan betapa tidak enaknya hidup sendirian, kesepian dan dengan predikat janda. Aku termenung di kamar mandi dan terus membayangkan satu kalimat yaitu 500 hari mencari cinta. Aku ingin melepaskan cinta yang lama dan mencari cinta sejatiku dalam perjuangan 500 hari mencari cinta.
Aku hanya bisa termenung beberapa hari dan belum juga ingin melangkah untuk mencari cinta yang baru karena tiba-tiba saja ada rasa minder dengan status pernah menikah (janda).
Tuhan, apakah aku jahat jika aku meminta berpisah dari suamiku ? Apakah aku salah, jika sudah menikah dan ingin mencari cinta sejati? Tuhan, apakah solusi yang terbaik yang ingin Engkau berikan untukku ?. Aku hampa dan kosong di dalam pernikahan ku ini. Aku telah menjalani pernikahan dalam 3 tahun namun belum ada arah yang jelas, akan dibawa kemana rumah tangga ini. Aku malu kepada keluarga aku, karena telah salah dalam memilih pasangan hidup.
Langkahku selalu maju dan mundur. Disatu sisi, aku merasa hidupku gagal dan hampa namun disatu sisi, aku belum yakin akan mampu menemukan lelaki yang lebih baik daripada suamiku yang sekarang ini. Aku pun memiliki kekurangan yaitu badanku terlalu besar dan wajahku sudah tidak cantik lagi. Sejak menikah, aku merasa bahwa aku tidak akan perlu mencari lelaki lain sehingga ukuran badan ku sama persis dengan ukuran badan suami aku. Ketika pun pertama kali aku mengalami konflik rumah tangga dengan suamiku, maka aku sangat sedih dan terpukul dan juga ada rasa takut kehilangan suamiku. Kemudian ketika terjadi konflik yang kedua kalinya, aku cenderung mengalah dan aku tidak bisa mengendarai mobil sebab suamiku melempar kunci mobil dan membiarkan aku pulang sendirian dengan mobil yang aku belum bisa mengemudikannya sama sekali. Aku tidak faham, mengapa sangat sering terjadi percekcokan dengan pasanganku , padahal aku berusaha keras untuk menjadi istri yang patuh dan taat kepada suamiku. Aku berusaha memanjakan suamiku dengan barang -barang mewah dan uang yang banyak hasil kerja keras ku dan suamiku tidak perlu bekerja. Hampir setiap hari suamiku hanya mengantarkan aku ke kantor dan menjemput aku tanpa perlu bekerja karena semua kebutuhan finansial rumah tangga bisa aku penuhi. Aku belum memiliki anak dan selama 2 tahun pertama aku mencoba mengalah dengan kondisi bahwa suamiku tidak bekerja. Pada akhirnya kami memutuskan untuk menjalankan bisnis bersama agar suamiku juga memiliki penghasilan. Tuhan Yang Maha Kuasa memudahkan langkah kami dalam merintis bisnis sehingga kami bisa membeli barang mewah dan bisa membeli mobil. Namun setelah semua kemewahan yang aku berikan, aku mulai merasakan ada yang salah dalam rumah tanggaku. Aku mulai merasa bahwa suami idamanku bukan uang seperti ini. Aku mendambakan suami yang penuh dengan romantisme dan bisa menggoda aku. Adapun suamiku ini, tidak pernah menggoda istrinya dan tidak pernah melakukan hal-hal yang romantis. Apakah sebagai istri, aku salah jika mengharapkan suami yang punya karakter romantis dan bisa mencari nafkah untuk istrinya?
Hatiku bergejolak untuk mencari lelaki lain yang bisa menggantikan suamiku dan memiliki peran sebagai Kepala Keluarga yang betul-betul mampu mencintai ku dengan romantisme dan keindahan di dalam rumah tangga kami. Aku mulai berdoa dan terus berdoa, agar takdirku bisa bertemu dengan pria idaman hatiku bisa terwujud. Dan aku juga berdoa, agar lelaki itu mau memiliki komitmen dalam membangun rumah tangga sakinah bersamaku hingga aku tua kelak dan dia mau merawat kedua orang tuaku.