Chapter 44 - Tentang Rasa

"Ah, engkau sudah jauh tersesat orang asing. Bagaimana engkau akan mendapatkan guru jika kelakukanmu adigung adiguna seperti ini!" Terancam diserang, Pangeran Arya Mataram malah tidak beranjak dari duduknya.

"Aku tak perduli apa kata engkau. Kedatangan kami ke Pulau Jawa ini adalah untuk mencari Maha Guru. Jika engkau tidak mau menjadi guru kami, maka senjataku yang akan bicara!" Aaradhatya Cupat langsung menyerang dengan senjatanya. Pukulannya ganas. Sepertinya ia mahfum jika pria paruh baya di hadapannya itu tidak bisa dipandang sebelah mata.

Senjata tengkorak kepala manusia itu bercuitan menghantam kepala Pangeran Arya Mataram yang tengah duduk. Terancam maut, Pangeran Arya Mataram hanya tersenyum tanpa bergeser dari kursinya. Bujang Jawa dan prajurit Djipang yang menonton pertarungan itu hanya bisa menahan nafas.

"Dar!" suara kursi hancur berantakan dihantam senjata lawan. Pangeran Arya Mataram tetiba tidak lagi berada di sana. Dengan senyum mengembang, ia ternyata telah berpindah ke belakang gerombolan anggota sekte Aghori.ย  Aaradhatya Cupat yang kehilangan lawannya, sempat celingak celinguk mencari kemana lawannya pergi. Belum sempat ia mengejar lawannya, tetiba muncul banyak sekali wujud Pangeran Arya Mataram di tempat itu.

"Aih, ilmu sihir apa yang engkau gunakan. Aku yang ahli sihir pun dapat engkau perdayai." Pria India bersorban itu tak sengaja memuji lawannya. Selanjutnyaย  mulut Aaradhatya Cupat komat-kamit membaca mantra. Tetiba tubuhnya pun berubah jadi banyak mengimbangi kehadiran tubuh Pangeran Arya Mataram. Akibat yang ditimbulkan dari perang batin itu membuat pasukan Djipang yang berkepandaian biasa, berkunang-kunang. Begitu pula dengan sebagian anggota sekte Aghori. Mereka segera menutup mata, agar terhindar dari pengaruh sihir.

"Pilihlah aku, orang asing. Tak perlu engkau memamerkan ilmu sihirmu, karena wujud banyakku ini bukan karena ilmu sihir. Temukanlah wujud asliku. Jika engkau mampu menemukannya, maka aku akan mau menerimamu sebagai murid." Suara Pangeran Arya Mataram menggema bersahut-sahutan karena diucapkan oleh seluruh wujud yang berada di atas kapal.

Aaradhatya Cupat memejamkan matanya sekejap. Selanjutnya ia mengusap matanya itu dengan tangan kanan. Tetapi tetap saja ia tak mampu membedakan sosok manakah yang merupakan wujud Pangeran Arya Mataram yang asli. Berulang kali ia berkonsentrasi. Ia sadar, jika ternyata ilmu sihir yang dimilikinya tak mampu menangkalย  kuatnya ilmu batin Pangeran Arya Mataram.

"Ah, ternyata di atas langit ada langit. Aku yang merasa mumpuni dengan kekuatan batin dan kekuatan pikiran, ternyata seperti anak kecil di hadapanmu. Marilah kita bertarung jurus. Janganlah kau bersembunyi dengan menggunakan kekuatan pikiranmu." Aaradhatya Cupat mendengus kesal.

"Hei orang asing. Tidakkah matamu terbuka jika kekuatan batinku ini adalah berasal dari pemahaman tentang kehidupan. Bukankah hal inilah yang engkau cari dan engkau rindukan. Bukankah maksud kedatanganmu hanyalah semata untuk mencari guru yang dapat mengajarkan kalian tentang intisari ajaran kehidupan. Aku akan menyampaikan intisari dari kekuatan batin yang baru aku pelajari dari Eyang Kyai agar terbuka pintu hatimu."

Adu kekuatan pikiran dan kekuatan batin itu, jelas sekali jika Pangeran Arya Mataram jauh melampaui Aaradhatya Cupat. Mahfum jika masih kalah jauh, Aaradhatya Cupat kemudian menganggukan kepalanya dan menginstruksikan kepada murid-muridnya untuk kembali duduk bersila tenang di geladak kapal.

"Baiklah Pangeran. Aku mendengarkan petunjukmu!"

Seluruh sosok bayangan Pangeran Arya Mataram menghilang. Sebagai gantinya, wujud aslinya melayang turun dari tiang layar, tempat dimana sebelumnya Aaradhatya Cupat duduk bertengger. Rupanya Pangeran Arya Mataram yang asli ada di atas tiang layar kapal sambil memperhatikan suasana di geladak kapal.ย  Bujang Jawa tak tahu apakah sosok yang asli itu sama dengan sosok Pangeran Arya Mataram yang sebelumnya duduk di atas kursi.

"Pelajaranku ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข dan tentang jalan ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข belum selesai. Kalian simaklah dengan seksama." Pangeran Arya Mataram kembali duduk di atas bangku yang telah disediakan kembali oleh salah seorang prajurit Djipang, mengganti kursi sebelumnya yang telah hancur tak berbentuk.

"Apa yang telah aku tuturkan sebelumnya merupakan sebuah pencapaian anak manusia atas sebuah jalan menuju kondisi ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข. Lalu kebenaran apa yang akan tercipta dari pertentanganย  ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข dengan ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข? Tentang ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข dan ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข yang dipertentangkan terus menerus pada akhirnya akan mencapai sebuah jalan kebenaran. Jalan kebenaran itu berupa proses hancurnya bangunan pengertian ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข yang kemudian dibangun ulang dengan pengertian baru tentang ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข yang terus berulang-ulang hingga mencapai keadaan dimana di dalam hatinya hanya ada Sang Pencipta. Dalam pandangan indera penglihatannya yang ada hanya Sang Khalik. Apabila disebut nama Allah, makaย  gemetarlah hatinya. Keyakinannya akan semakin kuat ketika ayat-ayat suci Al-Quran dilantunkan karena hanya kepada Sang Khalik-lah manusia bertawakal. Hatinya juga selanjutnya menguatkan untuk berpusat hanya untuk memuji kebesaran-Nya demi mengharap ๐˜ฎ๐˜ข๐˜จ๐˜ฉ๐˜ง๐˜ช๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฉ, ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฅย  dan ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ฉ๐˜ฐย  dari Allah SWT."

Dalam proses menuju kebenaran ini, manusia akan memainkan lakon yang tidak pernah bisa direncanakan. Instruksinya tidak lagi ada di alat pikiran, tetapi dikendalikan oleh benda yang terdiri dari gumpalan darah di tubuh manusia yaitu hati.

Kebenaran yang timbul dalam pengertian ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข dan ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ขย  itu akan tercerabut dari makna harafiahnya atau dengan kata lain manusia akan ada dalam keadaan ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข. Dalam keadaan ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ขย  itu, timbul pemahaman baru bahwa Sang Khalik tidak butuh dengan puja-puji manusia, tak butuh dengan doa-doa, tak butuh dengan pengakuan dan tak butuh dengan segala macam pemujaan oleh manusia.

Kebenaran yang timbul setelah tahap ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข itu akan memberikan pemahaman baru bahwa apabila ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข dihilangkan, maka tak ada lagi ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข, tak ada lagi ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ขย  dan tak ada lagi ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข. Semuanya sirna. Kebenaran akan muncul sebagai pesan bahwa manusia-lah yang butuh dengan Tuhannya, bukan sebaliknya.

"Namun manusia sering kali lalai sehingga melupakan bahwa kita yang membutuhkan Allah. Kita juga bahkan lupa dengan adanya perjanjian bahwa Allah adalah Tuhan semua manusia. Padahal perjanjian itu telah diikrarkan ketika manusia masih dalam kandungan ibunya, sebelum dilahirkan. Setelah lahir, tumbuh dan berkembang , manusia pun berubah melupakan janjinya terhadap Sang Dumadi." Pangeran Arya Mataram menitikkan air mata. Suasana di atas geladak kapal di malam yang dingin itu diliputi suasana magis.

Di hari akhir nanti, manusia baru menyadarinya kesalahannya. Ketika hidup di dunia ini seribu pintu maaf dan taubat selalu Allah terbuka, namun manusia mengabaikanya seolah-olah tak ada lagi kehidupan selain di dunia ini. Manusia begitu mencintai dunia yang hanya sementara. Ingatlah bahwa Allah sangat mencintai hambanya bahkan ketika ada manusia yang penuh dosa lalu bertobat mengakui kebesaran Allah serta berikrar bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, serta menetapkan Islam sebagai agama Allah, maka hapuslah seluruh dosanya.

"Ketika datang hari penghitungan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surah ๐˜ˆ๐˜ญ-๐˜”๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฏ ayat 99 dan ayat, ๐˜๐˜ข๐˜ต๐˜ต๐˜ข๐˜ข๐˜ข ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ป๐˜ข๐˜ข ๐˜ซ๐˜ข๐˜ข๐˜ข'๐˜ข ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ญ-๐˜ฎ๐˜ข๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฒ๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ณ๐˜ซ๐˜ช'๐˜ถ๐˜ฏ. ๐˜“๐˜ข'๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ช๐˜ช๐˜ช ๐˜ข'๐˜ฎ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ง๐˜ช๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ข. ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ง๐˜ช๐˜ณ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ, ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข, ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข: ๐˜ ๐˜ข ๐˜™๐˜ข๐˜ฃ๐˜ฃ-๐˜ฌ๐˜ถ, ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ข, ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. Selanjutnya kunciย  jalan menuju kebenaran ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข itu adalah berasal dari segumpal daging yang merupakan inti dari manusia itu sendiri sebagaimana dikatakan Rasulullah: ๐˜๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ. ๐˜‘๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ. ๐˜‘๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ. ๐˜’๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช."

Aaradhatya Cupat terkesima dengan penjelasan Pangeran Arya Mataram. Bersama puluhan muridnya penganut sekte Aghori, mereka bersujud di geladak kapal dan memohon kesedian Pangeran Arya Mataram menerima sembah mereka sebagai murid.

"Terimalah kami sebagai murid, Pangeran. Ajari kami tentang Islam agar kami mencapai ketenangan batin dan pikiran!" Dalam sujudnya itu, Aaradhatya Cupat menitikan air mata. Belum pernah ia mendapat pencerahan tentang kebenaran dan jalan menuju kebenaran sebagaimana yang baru saja ia dengar.

"Sekali lagi, aku tidak bisa menerima kalian sebagai murid. Melihat banyak sekali keganjilan prilaku yang sebelumnya telah kalian lakukan, maka aku khawatir jika mempelajari kaidah tentang ๐˜”๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜’๐˜ข๐˜ธ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ฐ ๐˜Ž๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ช nantinya, kalian akan tersesat dan kembali menyimpang. Namun aku berpesan tidak usah kau ladeni sayembara Panjawi yang licik itu. Sebagai petunjuk, bergurulah kalian kepada Eyang Kyai. Ia berada di Pesanggrahan Kawedar, di Tuban. Bawalah tanda dariku ini agar engkau dapat diterima dengan baik di sana." Pangeran Arya Mataram lalu mengeluarkan ukiran kayu berlambang bunga matahari, simbol kerajaan Djipang.

Bukan main girangnya Aaradhatya Cupat. Dahaganya akan ilmu batin yang mengantarkan dirinya hingga ke tanah Jawa, telah mendapatkan titik terang. Jika Pangeran Arya Mataram saja ilmu batinnya telah berhasil membuatnya takluk, bagaimana dengan ilmu batin orang yang disebutnya Eyang Kyai itu. Tak sabar dirinya menemui sang Maha Guru. Segera diterimanya lambang keraton Djipang dan ia pun menjura memberikan hormat diikuti oleh anggota sekte Aghori. Selanjutnya mereka melompat ke perahu kecil yang ditambatkan di dinding perahu Jung milik keraton Djipang. Sekejap saja rombongan orang aneh yang sakti itu telah hilang dari pandangan mata.

"Aih, beruntung saja aku baru berhasil menyerap bagian pertama dari kitab ilmu batin yang diberikan oleh Eyang Kyai kepadaku. Jika harus bertempur dengan orang aneh itu, belum tentu aku mampu menandingi kesaktian jurus dan pukulannya!" Pangeran Arya Mataram bergumam sendiri.

(Bersambung)

author re upload karena bab Bertemu Guru belum terupload, mohon dipermaklum