"Sayang, bangun."
Bisikan serak itu membuatku menggeliat dalam tidurku. Napas hangat menerpa leherku yang
meremang. Ini terhitung sudah tiga hari aku merasakan hal seperti ini setelah menempuh hidup baru bersama konglomerat muda paling di minati di Korea.
Lelaki itu bernama Kim Taehyung.
Seseorang yang baru mengenalku selama seminggu, begitu juga denganku. Sebelumnya aku sama sekali
tidak tahu menau tentang pria yang sekarang menjadi suamiku. Tapi, berkat kemampuan ibuku yang
sangat senang dalam hal mencari jodoh untukku hingga akhirnya aku benar-benar menikah dengan pria yang tentu saja bukan pilihanku. Kata ibu, ini hanya sebagai balas budi kepada keluarga Taehyung yang telah membantu ladang ayahku menjadi hidup kembali di Busan.
Aku sempat berpikir kenapa sih pria seperti Taehyung dengan wajah yang hampir mendekati sempurna
itu mau menikah denganku dengan cara penjodohan jadul seperti ini? Maksudku, Taehyung adalah pria
tampan kaya raya dengan sejuta pesonanya dimana semua perempuan akan bertekuk lutut padanya, dia
bisa mendapatkan wanita manapun yang dia inginkan. Tapi dengan alasan tertentu dia tidak mau ambil pusing dalam urusan wanita. Hal itu dia serahkan sepenuhnya kepada orang tuanya dengan syarat perempuan itu dapat memenuhi kriterianya.
Dan, ya, itu membuatku besar kepala, karena kupikir
dengan menikahnya aku dengan Taehyung, itu membuatku masuk kedalam istri idamannya 'kan?
Aku tidak ingin percaya diri, namun itulah kenyataannya.
Matanya yang sayu menjadi pemandangan pertamaku di pagi hari yang cerah.
"Sejak kapan kau terbangun?" Taehyung bangkit dan menyender pada kepala ranjang.
"Saat matahari belum menampakkan diri." Tangannya tergerak mengusap rambutku.
Oh aku terkejut.
"Itu waktu yang cukup lama. Hal apa yang kau lakukan selagi matahari masih belum menampakkan diri?" Aku mengulang kalimatnya hampir dengan nada menuduh sambil memperhatikan wajah Taehyung yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, aku pikir, ini bahkan pagi hari, dimana setiap orang yang baru bangun pasti mendapati wajahnya yang terlihat menyeramkan, termasuk diriku.
Melihat Taehyung dengan bibir
kering tetapi berwarna pink dan rambutnya yang berantakan membuatku minder untuk bersanding dengannya.
Untungnya di sini tidak ada siapapun.
"Hal yang menyenangkan untuk di lakukan di pagi hari." Dia tersenyum memperlihatkan giginya yang
rapi dan putih dengan balutan bibir seksi membuatku tidak bisa meninggalkan mataku pada miliknya yang semalam telah menyerangku habis-habisan. Aku masih tidak percaya benda itu bisa membuatku
melayang ke surga ketika menyentuh pusat tubuhku.
Kembali pada 'hal menyenangkan', apa itu sesuatu yang di khususkan untuk pria? Jika iya aku mungkin tidak ingin tahu.
Dan, well... sayangnya aku tipikal perempuan yang keras kepala, dan aku telah di buat penasaran, maka aku harus mendapatkan jawabannya.
"Apa itu?" Aku ikut bangkit dan menyender. Tidak lupa untuk memegang selimut untuk menutupi
dada telanjangku.
Benar, di balik selimut tubuhku polos tanpa sehelai benang pun. Tapi tidak hanya aku, Taehyung juga
telanjang sama sepertiku. Setiap malam, setelah menikah tentunya, Taehyung selalu meminta aku untuk menjalankan tugasku sebagai istri, yeah, tidak ada malam tanpa bercinta. Aku tidak mengerti tapi saat dia berada di ranjang bersamaku, Taehyung terlihat begitu jantan, liar dan dominan. Sangat berbeda saat dia di siang hari melakukan aktifitas normal, begitu tenang dan santai dalam menjalankan sesuatu. Dapat kusimpulkan Taehyung adalah pria yang memiliki jiwa misterius yang pintar menyembunyikan bagian dalam dirinya yang tidak di ketahui dunia luar.
Aku cukup senang karena bagian dari dirinya yang lain hanya aku yang dapat melihat dan merasakan
efeknya. Oh atau mungkin tidak jika dia-
Tidak, tidak! Aku berusaha menyingkirkan pikiran itu sejak kami pindah ke Seoul, semoga saja Taehyung tidak seperti itu. Maksudku, bermain dengan banyak wanita dan bergonta-ganti pasangan ranjangnya. Bukankah memang seharusnya begitu? Seorang pria yang kaya raya pasti mereka memiliki setidaknya tiga pasangan ranjang yang berbeda, karena aku pernah melihat skandal seperti itu di Internet. Tapi aku mungkin akan menaruh kepercayaan pada Taehyung bahwa dia bukan laki-laki yang mengatas namakan uang untuk segalanya.
"Yang kulakukan hanya menatapmu." Bagaimana bisa dia menggodaku di saat keadaan kami yang kacau sehabis bercinta? Aku penasaran dari mana dia belajar untuk menjadi pria nakal dengan banyak rayuan seperti ini.
Kecuali jika dia otodidak melakukannya.
"Kenapa kau melakukan hal membosankan seperti itu?" Kataku berusaha menutupi rasa maluku. Tentu
saja, sekarang wajahku pasti terlihat seperti kue yang di oven, tapi Taehyung malah memperhatikan
seolah aku adalah serial tv yang wajib untuk di tonton.
"Bagiku kau adalah pemandangan indah untukku di pagi hari. Senang rasanya bisa berbagi ranjang
bersamamu. Biasanya tempat tidur seluas ini terasa dingin dan hampa karena hanya aku sendirian yang
menempati. Tapi sekarang ada kau yang bisa berbagi kehangatan bersamaku. Disini." Dia meraih
tanganku dan membungkusnya dengan tangannya yang lebih besar dariku.
Pada akhirnya aku menyerah dan tidak bisa menyembunyikan rona di pipiku yang memanas, sederet kalimat panjang penuh pujian itu benar-benar berdampak besar pada fisik dan pikiranku. Bagaimana dia menyentuh titik sensitifku hanya dengan kalimatnya yang mungkin bagi dia itu terdengar klasik. Itu membuatku terus di buat takjub berada di dekatnya.
"Kau terlalu berlebihan, Taehyung-ssi." Kataku tersipu sambil menutup mulutku dengan punggung tanganku yang lain.
Matanya membesar, seolah terkejut. "Apa itu?" Ia tidak lagi menyender dan tubuhnya sekarang sedikit mencondong padaku.
"Mworago (apa) ?" Aku terheran dengan pertanyaannya.
"Bukankah sejak menikah kita sudah sepakat untuk tidak menggunakan panggilan sialan formal dan
kaku seperti itu?" Ucap Taehyung dengan nada kecewa. Oh tidak, apakah aku sudah memulai harinya dengan buruk?
Tuhan, bagaimana aku bisa melupakan hal itu? Karena aku tahu, saat kita melakukan kesalahan, baik itu aku atau pun Taehyung, akan ada konsekuensinya. Dan mungkin Taehyung akan melakukan sesuatu
padaku, apakah dia akan memukulku? Aku menggigit bibir dan menatapnya memohon belas kasihan.
"Maafkan aku, aku hanya belum terbiasa." Kataku pelan, aku merasa takut sekaligus tidak enak pada
Taehyung.
Terkadang aku kesal pada diriku sendiri, kenapa untuk membiasakan diri dengan hal baru itu begitu sulit. Padahal ini sudah seminggu lebih, aku harusnya bisa menjadi lebih baik.
"Kupikir kita harus memberikanmu hukuman atas kesalahanmu itu, apakah kau bersedia?"
Sekarang aku tidak bisa menutupi rasa terkejutku. "Hukuman? Apa itu menyakitkan? Semacam
pukulan?"
"Ya hampir seperti itu." Suaranya terdengar rendah dan sedikit menyeramkan.
"Tidak- Taehyung, maafkan aku." Persetan, bahkan suaraku sekarang terdengar gemetar dan serak. Dan
sebentar lagi mungkin air mata menyebalkan akan terjun, untuk mengantisipasi itu, aku menunduk agar
Taehyung tidak dapat melihatku menangis.
Selama hampir dua menit aku menunggu, Taehyung sama sekali tidak melakukan apapun. Tapi
kemudian di detik berikutnya aku mendengar dia tertawa dengan keras. Aku mendongakkan kepalaku,
terkejut melihat Taehyung yang tertawa sampai tubuhnya terlempar kebelakang. Sebenarnya ada apa
ini?
Aku menangis dan dia tertawa.
Ini seperti sebuah drama korea, dan aku adalah peran orang bodohnya.
"Ya Tuhanku." Dia bangkit dan duduk kembali seperti semula. Wajahnya sedikit memerah karena
tertawa terlalu banyak. Sekarang aku merasa sedikit kesal padanya.
"Apa yang kau tertawakan?" Kataku datar sambil menghapus air mataku yang terbuang sia-sia. Atau
mungkin aku yang terlalu dramatis menangggapi semua lelucon yang sama sekali tidak kumengerti.
"Kau hanya lucu- oh sialan, kau menangis? Tidak, tidak. Jangan menangis." Dia merengkuhku kedalam
pelukannya, mendekapku dengan erat sambil menciumi rambutku. Harumnya membuatku sedikit
tenang dan nyaman dalam situasi seperti ini. Tapi aku tidak mau membalas pelukannya.
"Kau membuatku takut." Gumamku dengan cemberut.
"Astaga, Risha, Kau berasal dari desa dan sifatmu memang seperti gadis desa. Kau terlalu lugu. Aku
sangat menyukainya, tapi itu tidak cocok untuk tinggal di kota keras seperti ini, sayang. Banyak orang di luar sana yang akan menyakitimu jika kau seperti ini."
"Dan sekarang kau bertingkah seolah kau ayahku." Dia tertawa sekilas kemudian sedikit melepaskan pelukan untuk dapat melihat wajahku.
"Sialan, tidak, yang pertama aku bukan ayahmu. Kedua, tentu saja aku berbicara sebagai suami yang berusaha menjaga istrinya dari bahaya yang mengincar. Kau tahu, pembisnis sepertiku tidak akan pernah luput dari musuh dan dendam karena sebuah kekalahan yang mereka alami."
"Berarti kau memiliki banyak musuh?" Tanyaku sambil mendongak untuk menatapnya. Karena
Taehyung jauh lebih tinggi, dari bawah sini aku dapat melihat hidungnya yang terpahat begitu mancung
dan sempurna. Dan lagi-lagi, di saat seperti ini dengan sempatnya aku memuji pesona yang dia miliki.
Dia mendengus dan mengerutkan hidungnya. "Kurasa lebih dari banyak."
Oh aku cukup mengerti, tidak heran jika pengusaha sukses seperti Taehyung akan ada banyak orang
yang berusaha untuk menjatuhkannya. Tapi aku percaya Taehyung akan dengan mudah untuk
mengatasi hal itu. Dia adalah pria dengan tanggung jawab dan berhati dingin dalam urusan
pekerjaannya.
"Kau harus berhati-hati." Ucapku sembari memainkan jariku di bisepnya.
"Aku senang."
"Apa?"
"Kau khawatir padaku."
Apa aku terlihat aneh jika khawatir pada suamiku sendiri?
"Tentu saja." Aku memukul tangannya pelan. Kemudian baru menyadari bahwa keadaan kami
berdua berpelukan, sangat erat, dan hanya aku yang telanjang karena Taehyung telah memakai celana piyamanya, dengan selimut yang berada di lantai.
Sial, apa dia berjalan sendiri? Atau mungkin tadi Taehyung menendangnya ketika aku lengah karena
menangis.
"T-tae... lepaskan aku," Kataku bergerak untuk melepaskan tangannya. Posisi ini membuatku malu
setengah mati. Aku seperti merasa sangat terbuka di depan Taehyung yang hampir berpakaian.
"Apa yang salah?"
"Biarkan aku mengambil selimut dan pergi mandi."
"Kau tidak perlu mandi."
Baru saja aku ingin bertanya, "Gunakan setelan olahraga, kita akan pergi jogging selama satu jam, dan setelahnya aku akan memberikanmu hukuman sebelum aku pergi kekantor."
Demi Tuhan, kenapa lagi-lagi ini semua tentang hukuman? Dan apa tadi? Dia akan pergi bekerja? Oh
benar-benar sialan. bahkan kami sepasang pengantin baru tapi kenapa dia malah pergi untuk bertemu
pegawai dan klien? Bukankah seharusnya ini menjadi waktu kami berdua? Maksudku, aku tidak
melarang jika Taehyung akan bekerja, aku mengerti ini sebuah kewajiban. Tapi apa yang harus aku lakukan selagi ia pergi? Hidupku sepenuhnya ada di Busan dan aku benar-benar orang baru di sini.
Menyebalkan lagi, aku termasuk perempuan yang takut sendirian di sebuah tempat besar, dan asing. Persetan dengan mengalah pada egoku. Bagaimana kalau ada seseorang yang datang?
Aku tidak mau mengambil resiko di culik atau hal semacamnya yang mengancam.
"Kau akan bekerja?" Aku melupakan sejenak untuk hukuman.
"Sialnya, ya." Ucap Taehyung dengan nada menyesal.
"Oh."
"Tidak, jangan oh. Aku tahu mungkin kau kecewa, tapi ini benar-benar mendesak. Seseorang pemegang
saham menguntungkan dari Jepang ingin melakukan meeting denganku jam 10 nanti. aku sudah
mengatakan padanya untuk di wakilkan oleh sekretarisku. Tapi dia bersikeras harus aku langsung yang menangani ini. Aku memaklumi karna ini adalah proyek besar. Jika aku berhasil membuat kontrak dengannya, perusahaanku dapat membuat cabang baru." Aku semakin di tambah pusing dengan penjelasan manajemen yang di jabarkan Taehyung. Untungnya aku masih dapat memahami intinya, ya, tentu saja, intinya adalah dia harus pergi.
"Baiklah aku mengerti." Mungkin aku yang terlalu berlebihan, lagipula aku harusnya belajar
membiasakan diri dengan ini. Toh sekarang kehidupanku di sini, tinggal berdua dengan Taehyung. Otomatis aku akan sering di tinggal olehnya untuk urusan pekerjaan.
"Kau tidak marah?" Dia sedikit menjauhkan tubuhnya untuk memastikanku.
"Tidak. Aku yang minta maaf, terlalu posesif." Gumamku pelan sambil memainkan jariku di bawah.
Dia tertawa sekilas, "Kalau begitu, beri aku senyuman cantikmu."
Aku menatapnya dan memberikan senyuman totalku. Sebenarnya itu terpaksa, tentu saja, dalam
suasana hati yang kurang baik, bagaimana bisa kau memberi senyuman?
"Teruslah seperti ini, sifat lugu, posesif, senyuman, dan seluruh tubuhmu, berikan padaku. Jangan
biarkan lelaki manapun dapat merasakannya. Atau aku akan membuatnya merasa kesakitan luar biasa
sebelum dia pergi ke neraka."
"Sekarang kau terlihat menyeramkan." Aku melepaskan pelukannya dan untuk sekarang berhasil.
Karena kami akan pergi jogging. Aku bangkit dan melilitkan selimut di seluruh tubuhku. Aku yakin sekali pada saat melakukannya, pandangan Taehyung tidak akan pernah lepas dari tubuhku.
"Apa kau takut?" Dia masih duduk dengan manis di ranjang.
"Oh aku sangat takut, tuan Kim." Godaku dan bergegas pergi untuk berpakaian.
Dan aku merasakan Taehyung telah berada di belakangku, mengunci pinggangku. Dengan kemaluannya yang terbalut celana piyama tipis menekan pinggulku.
"Aku harap kau sedang tidak menggodaku, nyonya Kim. Karena kalau iya..."
Dia menciumi pundakku yang terekspos, dan dia memberiku gigitan kecil membuatku menjerit terkejut.
"Apa?" Tukasku dengan napas yang mulai tidak beraturan. Rasanya sentuhan sedikit seperti ini sangat berdampak besar untukku.
"Mari kita lupakan masalah jogging dan kembali ke ranjang untuk melakukan olahraga lain yang lebih
menyenangkan."
"Dalam mimpimu." Aku melepaskan pelukannya dan berlari kedalam ruangan besar yang penuh dengan pakaian.
Dan tawa keras terdengar di belakangku.