"Jadi rencana apa yang akan kau lakukan ketika aku pergi?" Ucap Taehyung sembari menyuap cake. Keringat sehabis berlari masih membasahi kening dan ujung poninya. Dan, yeah, dia terlihat mempesona kapanpun.
Setelah jogging tadi, kami berniat untuk mampir ke sebuah kafe kecil di pinggir jalan yang menyediakan berbagai macam kue, dan ini luar biasa keren. Mereka memiliki kopi yang begitu harum dan enak. Mungkin nanti aku akan mampir kesini untuk membeli banyak makanan, sendirian, tentu saja. Tidak di depan Taehyung, karena pasti dia akan menjadikanku bahan tertawaannya atau bahkan ilfeel karena aku makan terlalu banyak.
"Membersihkan rumah, dan sisanya mungkin aku akan berdiam diri di depan jendelamu yang luas." Kataku sembari mengangkat bahu, kemudian menyesap kopiku yang tinggal setengah. Oh rasanya aku ingin memesan lagi.
"Hmm kau sangat bagus dalam selera. Kopi yang mereka buat begitu memanjakan mulutku." Ucapku mungkin terdengar sedikit histeris.
"Tentu saja." Dia mengeluarkan senyuman miringnya, merasa bangga dengan dirinya. Entah kenapa pemandangan seperti ini membuatku ikut merasa puas. "Dan aku masih memiliki beberapa rekomendasi restoran yang pasti kau sukai, kita akan kesana saat berbulan madu."
Dan aku tersedak oleh kopi yang panas. "B-bulan madu?"
"Hati-hati dengan itu." Dia mengambil tisu dan mengelap mulutku, dengan sigap aku mengambil alih.
"Maaf aku hanya terkejut."
"Ada apa? Kau tidak ingin berlibur denganku?" Sekarang dia menaruh perhatian penuh padaku. Bahkan tangannya berhenti memegang garpu. Oh sial, aku benci diriku yang terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
"B-bukan. Tidak, maksudku, tentu saja, aku senang, itu kesempatan hebat. Hanya saja aku tidak terpikirkan soal bulan madu."
Yeah, bulan madu, hanya ada aku dan Taehyung. Apa yang akan kami lakukan selagi berdua? Terisolasi dari orang-orang yang kami kenal, meninggalkan kewajiban yang biasanya harus kita kerjakan. Oh seketika tubuh dan wajahku panas memikirkan itu.
Taehyung mengeluh. "Berhenti." Ia melihatku dengan lesu, menyenderkan tubuhnya pada kursi dan mendengus.
"Kenapa?"
Kemudian ia menjulang di atas meja untuk mendekat padaku, tangannya meremas tanganku.
"Wajahmu memerah, dan aku tahu apa yang ada di pikiranmu sekarang, Risha. Apakah kau tahu bagaimana tersiksanya aku saat aku bisa melihatmu namun tidak dapat menyentuh dan merasakanmu karena sekarang kita tengah berada di tempat umum? Kau membuatku mengeras karena pipimu yang merona. Sama seperti kewanitaanmu ketika aku menggodanya." Suaranya berubah jadi serak dan rendah, itu langsung membuat bulu sekitar leherku meremang karena mendamba.
Aku memerah padam karena perkataan kotornya.
"Kau ada meeting." Kataku sambil menatap matanya, berusaha mengerti apa yang ada di benaknya. Dia bisa membaca pikiranku, dan kenapa aku tidak? Tapi usahaku gagal, aku tidak pandai dalam hal itu.
"Masih satu setengah jam lagi. Kita bisa melakukannya dengan cepat kalau kau bersedia untuk menghabiskan makananmu sekarang lalu kita bergegas pulang."
Sialan, sialan. Dia tidak main-main dengan perkatannya. Aku merasakan ada sesuatu yang hangat mengalir di area sensitifku, benar-benar panas sekarang. Setiap perkataannya yang vulgar sangat mempengaruhi tubuhku.
Aku mungkin akan menggodanya dan membuat dirinya sedikit hilang kontrol. "Aku sudah kenyang." Ucapku sembari menjilati bibirku yang berasa kopi.
"Oh terimakasih, Tuhan. Mari kita berlari lagi." Dia berdiri dan mengeluarkan dari dompetnya dua lembar uang seratus won yang di letakannya di meja. Tentu saja, dia tidak akan bangkrut karena itu. Kemudian tangannya terulur untuk meraihku.
"Kau sungguh membuatku tidak sabar." Dia mencium punggung tanganku lalu menarikku keluar.
Misi berhasil.
-
Saat sampai di gedung apartement milik Taehyung, security muda menyambut kami dengan ramah. Taehyung hanya menepuk bahunya akrab sambil lalu, aku melemparkan senyum tidak enak padanya. Sial, Taehyung terlalu buru-buru.
"Kita tidak menggunakan lift ini?" Tanyaku terkejut saat Taehyung menarikku melewati lift yang biasa kami dan orang-orang pakai.
"Aku memiliki lift pribadi. Dalam keadaan mendesak karena bisnis, aku tidak sempat jika harus mengantri. Itu memakan waktu lama." Oh benar, apalagi Taehyung menepati penthouse di lantai paling atas, kalau tidak salah sekitar empat puluh.
"Dan apakah sekarang keadaan medesak?"
"Tentu saja."
Kami memasuki lift, dan aku cukup terbuai oleh interiornya, ini seperti pesawat eksekutif, bedanya ini adalah sebuah lift. Benar-benar di buat dengan gaya Taehyung yang menyukai seni. Di sisi kanan dan kiri terdapat lukisan Van Gogh. Dengan lapisan dindingnya berwarna cream dan merah. Aku seperti memasuki lift bangsawan di sebuah istana.
"Cukup sudah aku menunggu." Tiba-tiba Taehyung mendorongku sampai terbentur ke dinding lift, kemudian menciumku dengan keras. Lidahnya langsung menyusup masuk kedalam mulutku dan menemukan lidahku membuatku mendesah karena rasanya begitu nikmat. Tangannya mengurung kedua tanganku di sisi kepalaku. Tubuhnya terus mendesak padaku, dan aku merasakan ereksinya yang sudah mebesar dan keras di balik celana joggingnya.
Dia pandai menggoda dan bagaimana jika dia di goda?
Aku jadi penasaran ingin merasakan kejantanannya dalam mulutku. Selama kami menikah, Taehyung sering kali memainkan vaginaku dengan mulutnya, dan itu terasa luar biasa nikmat. Apa Taehyung akan merasakan hal yang sama jika aku melakukan itu padanya? Saat dia lengah karena fokus dengan ciuman kami, aku menurunkan satu tanganku dan memegang kemaluannya yang panas dan menonjol.
"Oh sialan. Kau datang tanpa peringatan, sayang." Taehyung melepaskan ciumannya karena terkejut, dan aku senang dengan reaksinya. Itu membuatku semakin berani untuk mengelus miliknya dari luar. Aku merasakan miliknya semakin membesar dalam sentuhanku.
"Ya, sayang, lakukan seperti itu." Suaranya lebih rendah dari biasanya, memperhatikan tanganku yang tengah menggoda kemaluannya.
Aku mulai menurunkan celananya, kemudian boxernya. Dan terlihatlah penisnya yang begitu besar, panjang, dan bersih. Sebelumnya aku tidak pernah melihat milik pria dewasa manapun, tapi aku memiliki spekulasi bahwa Taehyung adalah orang yang bersih dan apik dalam merawat tubuhnya. Aku menggengam miliknya dengan kedua telapak tanganku tapi itu belum sepenuhnya menutupi sepanjang batang ereksinya.
Tidak ingin kalah, Taehyung kembali menggodaku dengan mencium, menjilati dan menghisap leherku. Oh sial aku perlu mandi untuk itu.
Tidak yakin aku melakukannya dengan benar, tapi aku bermain insting. Jadi aku membuat gerakan naik-turun pada kejantanan Taehyung yang semakin keras namun terasa lembut seperti beludru saat di sentuh. Setitik cairan putih keluar dari kepala penisnya. Oh entah dorongan dari mana aku sangat ingin merasakan dan menjilati itu.
"Uh. Brengsek, kau gadis naif yang sangat nakal dan pintar membuatku senang, manis. Kau tahu itu?" Satu tangannya melingkar di belakang leherku, sesekali dia memberiku pijitan kecil, membuatku merasa aman melakukan ini semua.
"Aku ingin merasakannya dalam mulutku. Apakah boleh?"
"Kau bisa?"
Aku menaikkan bahuku, "Kita tidak akan tahu jika tidak mencoba."
"Kau benar-benar tahu cara membuat diriku hilang kontrol, Risha."
Ting.
Lift terbuka. Kemudian dia kembali memasukkan ereksi nya yang masih mengeras kedalam celananya. Oh apa ini akan berakhir?
"Ayo kita lakukan di dalam."