Chereads / Benua Pertarungan 3: Legenda Raja Naga / Chapter 4 - Bab 3 Keluarga Xiao Wulin

Chapter 4 - Bab 3 Keluarga Xiao Wulin

Sesampainya di pagar kampus Hongshan, ekspresi Tang Wulin sedikit berantakan.

Sebagai murid baru kampus Hongshan tahun ini, karena bangkitnya Jiwa Petarung yang disertai dengan Energi Jiwa, ia ditempatkan di kelas ahli jiwa. Di kampus manapun, tidak diragukan lagi kalau kelas ahli jiwa itu adalah kelas berat.

Kepalanya sedikit bengkak, suhu tubuhnya hangat, sepertinya kekuatan yang sebelumnya meledak di tubuhnya masih belum benar-benar hilang. Tang Wulin selalu merasa kepalanya pusing.

"Nak, kamu adalah salah satu dari yang terbaik!" suara lembut Tang Ziran membangunkan Tang Wulin dari kepala pusingnya.

Ia menatap ayahnya dan melihat mata ayahnya yang kecil dan lembut, "Ayah, Rumput Perak Biru bukannya Jiwa Petarung yang tidak berguna?"

Tang Ziran berkata dengan serius : "Ada apa dengan Jiwa Petarung yang tidak berguna? Kamu harus tahu, jika memiliki Energi Jiwa, itu sudah menjadi salah satu dari yang terbaik, apalagi Jiwa Petarung yang memiliki Energi Jiwa, itu bukankah salah satu yang terbaik? Jadi, anakku itu unik. Apakah ayah pernah bercerita tentang para leluhur Tangsan? Mereka itu Jiwa Petarungnya adalah Rumput Perak Biru."

Keluarga Tang Wulin, ayahnya adalah seorang tukang reparasi mekanik di daerah sipil Kota Ao Lai, spesial untuk membenarkan mesin pembimbing jiwa yang sederhana, tetapi karena teknologinya biasa aja, sehingga gaji kecilnya ini hanya bisa untuk membiayai keluarganya.

Ibunya, Lang Yue, adalah seorang ibu rumah tangga, mengurus Tang Wulin, dan ia juga pandai memasak.

"Nak, kemarilah! Kamu sudah lapar ya? Ibu memasak makanan yang enak untukmu." Lang Yue tidak begitu cantik, tetapi begitu mempesona, ia berlutut, tersenyum dan memeluk Wulin.

"Ibu, aku tidak lapar, Bu, aku sedikit mengantuk, aku mau tidur dulu." Tang Wulin memeluk leher ibunya, kemudian ia segera berlari ke kamarnya.

Melihat punggung kecilnya, Lang yue melihat ke arah suaminya, ia mengehela nafas pelan, "anak ini, dari kecil ingin menjadi seorang ahli jiwa, tapi menjadi ahli jiwa tidak itu sulit! Kita berdua harus sering-sering menghiburnya."

Tang Ziran berjalan ke ruang tamu, ia duduk di meja makan segi empat kecil itu, makanan siang ada sayur tumis, iga babi rebus, semangkuk sup, sayuran, bagi keluarga Tang makan-makanan ini sudah sangat banyak.

"Anak ini memiliki Energi Jiwa, tapi aku lebih ingin kalau dia tidak memiliki nya." kata Tang Ziran sambil menghela napas.

Lang Yue duduk disamping suaminya dan dengan kaget berkata, "Bagaimana bisa? Tang Wulin memiliki Energi Jiwa? Kalau begitu bukannya dia bisa benar-benar menjadi ahli jiwa?"

Tang Ziran tersenyum pahit, "Apa begitu mudah, Jiwa Petarungnya itu adalah Rumput Perak Biru, Energi Jiwa bawaannya level tiga, apa mudah kalau mau menjadi ahli jiwa? Dan juga ia ditempatkan di kelas ahli jiwa, aku takut tekanan yang dipikulnya terlalu besar."

Lang Yue tertegun, tapi ia dengan cepat mengerti maksud perkataan suaminya itu, "Wulin itu, dia…"

"Tang Ziran berkata: "Dia tampaknya sangat terpukul, ketika dijalan pulang, ia tidak mengatakan apapun. Tapi, pria kecil kita ini ketika proses pertumbuhan selalu menghadapi rintangan , biarkanlah dia beristirahat."

Langyue memandangi kamar anaknya dengan khawatir, ia mengleha napas, dan memberikan suaminya semangkuk nasi, "Makanlah dulu, kita terlalu berisik. Wulin sejak kecil sangat patuh, kalau dia tidak mau, kita bisa menyuruh dia untuk pindah ke kelas biasa."

"Hmm.."

Tang Ziran dan istrinya benar-benar tidak tahu, Tang Wulin tidak makan adalah karena ia merasa terpukul, ia juga benar-benar mengantuk.

Kembali ke kamar, ia telah menjatuhkan dirinya ke atas kasur, kemudian ia tertidur.

Tidak lama, tubuh Tang Wulin mulai terayun-ayun. Kulit di sekujur tubuhnya memerah, jika Tang Ziran dan istrinya ada di dekatnya, pasti langsung menyadari bahwa suhu tubuhnya Tang Wulin meningkat ke suhu yang mengkhawatirkan.

Kulit merahnya perlahan-lahan menjadi transparan, dan meridian di bawah kulitnya tampak kabur, bahkan dapat terlihat darah yang mengalir, pada saat itu, kecepatan sirkulasi darahnya sangat cepat, setidaknnya lebih cepat tiga kali lipat dari biasanya.

Di dahinya, garis-garis emas yang pernah muncul di ruang kebangkitan kembali muncul, sesuatu berbentuk jaring muncul kembali dari kepala sampai kaki seperti sebelumnya, kemudian perlahan-lahan menyebar ke atas.

Setelah tiga kali, garis garis emas itu diam-diam bersembunyi di dalam dirinya lagi, tubuh Tang Wulin sedikit bergerak, setelah beberapa saat, semuanya tenang, suhu tubuhnya berangsur-angsur reda, dia tertidur dengan lelap.

Dalam tidurnya, Tang Wulin datang ke sebuah padang rumput yang dipenuhi dengan Rumput Perak Biru, tetapi langit berwarna keemasan, tampaknya ada benda raksasa jatuh dari langit, dia hanya bisa melihat bahwa sesuatu itu seperti sebuah mulut besar berwarna emas, disaat berikutnya, ia ditelan dan masuk kedalam dunia emas yang tak terbatas.

"Aaah…" serunya, tiba-tiba ia duduk, Tang Wulin merasa tubuhnya dipenuhi keringat yang lengket, dia tidak bisa mengatakan kalau dirinya tidak merasa nyaman.

Keadaan keluarga berkekurangan itu membuat dia menjadi lebih bijaksana dari umurnya, ia tidak ingin mengganggu orang tuanya, ia melepas pakaiannya kemudian ia pergi ke kamar mandi dan mencucinya hingga bersih, ia kaget ketika menyadari bahwa meskipun tubuhnya dibasahi oleh keringat namun ia beraroma harum, namun, setelah selesai mandi, aroma itu hilang. 

"Ehh.. Lin Lin!" pada saat ini, suara Langyue terdengar sampai keluar.

"Ibu, aku disini, aku sedang mandi." Tang Wulin hanya mengenakan celana dalam lari keluar kamar mandi

Langyue berkata dengan nada marah : "cepat pakai pakaiannya, jangan sampai kedinginan." mencubit pipi kecil anaknya yang kemerah-merahan, dan mendorongnya untuk masuk ke kamar."

Setelah menutup pintu, Langyue bergumam pada dirinya sendiri, berkata: "kulit anak itu sepertinya lebih lembut dan kenyal, ibu jadi iri."

Ketika ia mengganti pakaian, ia baru sadar langit diluar telah gelap, ia tidak sadar telah tidur seharian.

Hari ini Tang Ziran sedang mengambil cuti, jadi ia bisa seharian di rumah, ia mengisyaratkan tangannya ke arah Tang Wulin, "sini, Nak."

Tang Wulin duduk di sisi ayahnya, Tang Ziran baru saja mau berbicara sesuatu, namun ia mendengar bunyi perut Tang Wulin "kruk krukk..", tiba-tiba, ia dan Langyue tertawa.

Tang Wulin tersenyum dan berkata: "Ibu, apa aku bisa makan? Aku lapar."

"Makanlah." Langyue memberinya semangkuk makanan, lalu menatap suaminya. Memberi sinyal untuk menyuruhnya menghabiskan makanan.

Ketika Tang Wulin mengangkat mangkuk makanannya, wajah Tang Ziran dan Langyue kaget, bahkan jika dia tidak makan siang, tidak mungkin dia makan sebanyak ini.

"Bu, enak sekali, aku mau lagi…."