Aku dapat merasakan suasana tegang di meja makan restoran ini. Apalagi aku dapat melihat tatapan mata Woojin yang tajam ke arahku. Tidak sedikitpun Woojin melepas tatapan matanya kepadaku,walaupun Lala berkali-kali bertingkah mesra.
"My sweety, nih coba makananku, enak banget", ujar Lukas sambil menyuapiku
"Nggak ah", sahutku menolaknya
"Ayolah,jangan malu-malu", ujar Lukas dan dengan terpaksa aku menerima suapan Lukas tersebut walaupun aku tau dari tatapan mata Woojin kelihatan sangat kesal
"Kalian berdua tuh mesra banget ya,iri deh", ujar Lala sambil tersenyum
"Hahahahaha,bisa aja kamu La. Bukannya kalian berdua juga sama,aku lihat selalu berduaan kemana-mana nih"
"Dulu mah iya,sudah berhari-hari ini Woojin selalu sibuk", sahut Lala dengan nada sedih
"Loe gimana sih Woojin, masa punya pacar cantik dan baik hati disia-siakan", sahut Lukas menggodanya
"Mau gimana lagi,aku khan tidak sekaya kamu Lukas,jadi harus kerja keras mencari uang", ujar Woojin ketus
"Relax Woojin, jangan marah gitu dong"
"Apa yang dikatakan Woojin benar, sebagai seorang cowok harus pekerja keras,bukan cowok yang hanya mengandalkan uang dari orang tua,aku kalau sebagai Lala bangga punya pacar seperti Woojin", ujarku dan membuat semua orang yang ada di meja ini diam mendengar perkataanku
"Makasih Lu,kamu mengerti banget keadaanku", ujar Woojin tersenyum
"Aku udah beres makan,aku kembali duluan ke kamar", sahutku
"Hah? Okey okey,nanti gua nyusul", ujar Lukas
Kemudian aku bergegas ke lift yang akan mengantarku ke kamar. Jujur aku sudah tidak tahan lama-lama di meja makan tadi,tetapi tiba-tiba ada yang memegang tanganku
"Woojin", ujarku membalikkan badan dan aku liat dia berdiri di sana
"Kita kencan yuk", sahut Woojin sambil menyentuh tanganku hangat
"Kencan?",tanyaku seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar
"Iya,yuk", sahut Woojin menarik tanganku