Chereads / Power Of Destiny / Chapter 11 - Chapter Sebelas

Chapter 11 - Chapter Sebelas

"Selamat malam Bu",ujar Woojin menyapa balik manajer hotel itu,yang jujur aku tidak suka dari cara berpakaiannya yang sangat seksi sampai cara dia memegang Woojin. Ingin rasanya aku mendorong jauh-jauh dari sisi Woojin.

"Jangan panggil ibu,aku khan masih muda dan single,panggil Nancy aja",ujarnya dengan nada manja sambil memegang tangan Woojin

"Tidak bisa begitu Bu Nancy,bagaimanapun ibu dulu adalah atasan saya",ujar Woojin melepas tangan yang dipegang sama wanita itu

"Kamu tuh ya,dari dulu tidak berubah,selalu saja buat aku penasaran. Jangan kaku gitu dong,santai saja sama aku. Ohya ada angin apa kamu kesini? Mau kerja lagi disini?"

"Tidak Bu,saya kesini mau anterin temen yang kebetulan tamu di hotel ini,kenalin bu ini Lulu"

"Lulu",ujarku dengan judes

"Oh,tamu di hotel ini,aku Nancy. Kayaknya kita pernah bertemu sebelumnya ya?",ujar Nancy sambil menatap wajahku penuh curiga

"Sepertinya tidak,ini baru pertama kali kita bertemu",ujarku berbohong. Bisa gawat kalau sampai dia bilang sama Woojin kalau dulu aku dan Nadin maksa minta alamatnya Woojin,sedangkan aku selama ini berbohong sama Woojin

"Oh,kalau gitu aku minta maaf,soalnya wajah Mbak Lulu kelihatan familar,aku kira kita pernah bertemu sebelumnya"

"Tidak apa-apa"

"Bu Nancy,saya mau anterin Lulu dulu,ayo Lu,pelan-pelan",ujar Woojin sambil menggandeng tanganku

"Kakinya kenapa?",tanya Nancy penasaran

"Tadi ada sedikit insiden aja bu. Mari bu saya mau antar Lulu ke kamarnya dulu"

"Baiklah kalau begitu,ohya Woojin kalau saya nelpon angkat dong,kamu tidak pernah angkat telpon saya dan balas dong sms dari saya",ujar Nancy dengan nada manja

"Iya bu,soalnya saya sibuk terus",jawab Woojin dengan sopan

Kemudian dengan sangat hati-hati Woojin menuntun jalanku,ingin rasanya aku menghentikan waktu saat ini juga,untuk terus berduaan dengan Woojin.

"Kamar Lulu ada di lantai berapa?",tanya Woojin ketika kami di lift

"Kamarku ada di lantai 10"

Kemudian sampai juga kami di lantai 10,dengan pelan-pelan Woojin terus memegang tanganku agar aku tidak jatuh sampai kami tiba di kamarku.

"Disini kamarnya Lu?"

"Iya,bentar aku tekan bel dulu,siapa tau Nadin ada di dalam"

"Sudah biar aku aja yang mencet"

Tidak lama kemudian Nadin keluar dari kamar dengan wajah kaget

"Kenapa dengan loe Lu?",tanya Nadin dengan nada khawatir

"Nggak apa-apa kok",ujarku

"Nggak apa-apa gimana! Kalau mami loe sampai tau bisa-bisa dia nyusul ke Korea! ",ujar Nadin dengan nada marah

"Tenang Nadin,Lulu nggak apa-apa kok,tadi dokter bilang seperti itu,hanya keseleo sedikit aja,ini dipake perban sementara aja",ujar Woojin menjelaskan

"Untung aja ada Woojin,kalau nggak gimana. Makasih banyak ya Woojin sudah mau merawat Lulu",ujar Nadin

"Nggak apa-apa,kalau gitu aku pulang dulu ya Lu,kamu istirahat ya",ujar Woojin

"Sekali lagi makasih ya Woojin,hari ini aku sudah sangat merepotkan kamu",ujarku sambil tersenyum

"Tidak apa-apa,kalau ada apa-apa hubungi aku aja ya,aku akan siap bantu kamu",ujar Woojin dengan nada tulus

"Nggah ah,takut merepotkan kamu"

"Merepotkan gimana,sama sekali tidak. Ya udah Lu,aku pulang dulu ya"

"Owkay,hati-hati di jalan"

"Iya"

"Cie,ada angin apa kalian bisa jadi deket gitu,sampai-sampai dia jadi perhatian banget sama loe Lu",ujar Nadin menggodaku sepeninggal Woojin

"Loe,apaan sih tadi marah-marah sama Woojin,kasihan tau,lagian semua ini bukan salah dia kali,guanya aja yang tidak hati-hati",ujarku sewot

"Iya iya,maaf,habis gua kaget,tapi apa yang gua omongin bener khan,kalau mami tahu kaki loe diperban gini,pasti mami langsung datang"

"Iya sih,tapi jangan sampai mami taulah,bisa gawat kalau mami ke sini,semua rencana gua bisa hancur berantakan dalam seketika"

"Hahahaha,tapi loe lupa,ada Lucas,khan dia pasti akan bilang sama mami,begitu liat kaki loe seperti ini"

"Kalau soal Lucas tenang aja,gua yang akan tangani dia,kalau berani dia mengadu sama mami,gua tidak akan ketemu dia selamanya"

"Hahahaha,loe tau nggak Lu,tadi dia nanya tentang loe sama gua"

"Ohya? Dia nanya apa?"

"Dia nanya sama gua apa loe punya pacar baru atau ada cowok lain yang lagi loe sukain atau nggak"

"Terus loe jawab apa?"

"Gua bilang aja kenapa nggak loe tanya sendiri aja ke Lulunya"

"Hahahahaha,mana berani dia nanya langsung sama gua"

"Kalau gua pikir loe terlalu sadis sama dia Lu"

"Udah ah,jangan ngebahas Lucas"

"Iya deh,ngomong-ngomong loe tadi ngapain aja sama Woojin nih"

"Nggak ada,kita hanya diam-diaman dan sampailah kejadian gua ditabrak sepeda dan Woojin menggendong gua sampai rumah sakit"

"What! Woojin gendong loe?!",ujar Nadin kaget tidak percaya

"Iya,serius. Pokoknya dia perhatian banget sama gua Nad,hari ini gua bahagia banget",ujarku dengan wajah tersenyum bahagia

"Wah,jangan-jangan loe nanti nggak bisa tidur lagi,kebayang wajah Woojin terus"

"Sepertinya iya Nad,padahal di masa depan gua selalu cuek sama Woojin"

"Nggak apa-apa,khan loe balik ke masa lalu agar loe sadar akan perhatian dan kasih sayang yang Woojin berikan",ujar Nadin sambil memelukku

"Iya Nad,gua sekarang baru menyadarinya kalau sangat membutuhkan Woojin",ujarku dengan nada sedih

"Udah ah,jangan sedih terus,yang penting sekarang loe dan Woojin sudah ada sedikit kemajuan,sudah tidak kaku lagi"

"Iya Nad,gua juga ikutan senang"

"Ya udah,sekarang kita tidur dulu"

"Woojin!",ujarku kaget ketika bangun tidur Woojin sudah berdiri disana. Kenapa dia pagi-pagi begini sudah ada di kamarku,belum lagi aku terlihat kucel bangun tidur

"Pagi Lu",ujar Woojin tersenyum manis

"Pagi,adeuh aku malu nih,pagi-pagi masih kucel gini,bentar ya mau mandi dulu",sahutku bergegas masuk ke kamar mandi. Benar-benar nih Nadin,bisa-bisanya buat aku malu di depan Woojin,apalagi kemana dia,sudah tidak ada aja di kamar.

Kemudian aku mandi dengan cepat-cepat,karena aku tidak mau membuat Woojin lama menunggu.

"Maaf ya,aku lama mandinya",ujarku keluar dari kamar mandi

"Nggak kok,ayo sarapan,aku bawa bekal sarapan yang aku buat sendiri",sahut Woojin

"Serius? Wah aku jadi ngerepotin gini"

"Nggak kok,sama sekali tidak merepotkan,kita sama-sama makan ya"

"Iya"

"Kamar kamu mewah banget,setau aku ini kamar paling mewah di hotel ini dan bayarnya mahal"

"Hehehehe,aku juga tidak tahu,soalnya om aku yang pesenin"

"Oh gitu? Gimana enak nggak makanannya?",tanya Woojin

"Enak banget",ujarku. Sebenarnya aku sudah biasa dengan makanan buatan Woojin karena saat kita menikah,Woojinlah yang lebih sering masak

"Syukurlah,aku takut tidak sesuai dengan selera kamu. Ohya kaki kamu gimana?"

"Udah agak lumayan,maaf loh aku ngerepotin kamu terus,sampai kamu rela bawa masakan kamu"

"Nggak kok,aku sama sekali tidak merasa dibuat repot malah aku senang",ujarku tersenyum dan itu membuatku kaget karena senyuman Woojin kali ini berbeda

"Ohya?Kalau gitu habis kita makan,kamu mau khan nemenin aku jalan-jalan?"

"Jalan-jalan?Kamu mau kemana?"

"Bebas,soalnya aku bosan kalau harus di kamar seharian"

"Boleh,aku akan ajak kamu ke suatu tempat"

"Wah,dimana itu?"

"Ada deh"

"Ihh,kamu buat aku penasaran. Kalau gitu aku mau ganti baju dulu ya,terus dandan"

"Lu,kamu nggak usah dandan,kayak gitu aja kamu sudah cantik",ujar Woojin yang membuatku kaget

"Hah?",tanyaku seakan tidak percaya dengan yang dikatakan sama Woojin

"Iya,kamu ganti baju aja dan tidak usah dandan,karena kamu sudah cantik tanpa dandan,karena aku senang melihat kamu apa adanya",ujar Woojin mempertegas perkataannya dan itu berhasil membuat wajahku merona merah. Ada apa gerangan Woojin tiba-tiba bisa berkata semanis itu padaku

Catatan Penulis: Maaf baru bisa update,dikarenakan pekerjaan penulis di kantor jadi baru bisa lanjut nulis lagi