Chereads / W.E(Wake Eugene) TRIBUNAL / Chapter 8 - AKHIR DAN AWAL DARI SEGALANYA

Chapter 8 - AKHIR DAN AWAL DARI SEGALANYA

Di dalam dunia Astral, sebuah cahaya hitam melesat dan jatuh di depan para tetua. Dari cahaya itu muncullah Koharu dengan aura hitam mengelilingi tubuhnya. Raizo dan tetua-tetua lainnya mengelilingi Koharu, sementara Eugene berdiri di belakang Raizo, memegang sebuah tongkat ajaib.

Koharu menatap tajam ke arah mereka semua, suara dinginnya terdengar, "Jika kalian berani mengucapkan satu mantra pun, aku akan merobek jasad anak ini dari dalam." Sorot mata Koharu penuh ancaman, dan tangannya mengacungkan tinggi di udara.

Eugene yang awalnya berada di belakang Raizo, melangkah maju dengan penuh kekhawatiran. "Bu Koharu, apa yang sedang terjadi?" tanyanya dengan nada khawatir.

Koharu menoleh padanya, wajahnya penuh misteri, "Ini bukan urusanmu untuk mengetahui, Penerus Sah masih belum ditentukan."

Penuh tanya, Paleo ikut campur, "Apa maksudmu, Koharu?"

Koharu menatap Paleo tajam, tatapannya menusuk tajam, "Kalian masih belum menyadari, ya?"

Raizo dan para tetua lainnya bingung dengan jawaban Koharu, tak mengerti apa yang dimaksudkan.

"Kalian yang selama ini patuh padanya, kalian adalah pengkhianat putra raja," ujar Koharu tajam.

Sebelum kebingungan bisa memudar, tiba-tiba serangan sihir dari Paleo menerjang Koharu. Tanpa banyak bicara, Koharu jatuh pingsan akibat dampak serangan tersebut.

Ogho melangkah mendekati Koharu, menatap tajam ke arah Paleo, dan berkata, "Jika kau menyembunyikan sesuatu, lebih baik kau katakan sekarang!"

Raizo mencoba melerai mereka berdua, suaranya bergetar, "Bukan saatnya kita berdebat!"

Namun, kekacauan tak berakhir di situ. Eugene, yang awalnya hanya berdiri di belakang, tiba-tiba mengayunkan tongkatnya dengan kuat. Dimensi sekitarnya mulai bergetar hebat, seperti terombang-ambing dalam gelombang energi yang maha kuat.

Shin mendekati Eugene dengan wajah serius, memperingatkan, "Seharusnya kau lebih berhati-hati, karena kau mengguncang dimensimu sendiri, tuan muda."

Namun, getaran dimensi semakin kuat dan tak terkendali. Semua hadirin merasakan kekacauan energi di sekeliling mereka, seperti dunia mereka sendiri sedang terguncang. Wajah-wajah terlihat khawatir dan panik, tak tahu bagaimana menghentikan getaran yang semakin membesar.

Di dunia nyata, Mizu melangkah ke dalam ruangan dan menatap Tajima yang sedang berdebat dengan Mario. Tajima menyadari kedatangan Mizu dan mendekatinya seraya bertanya, "Apakah dia memperlakukanmu dengan kejam sampai kau menangis?" Mizu mengusap kedua matanya seraya menjawab, "Aku tidak apa-apa, hanya kemasukkan debu. Ruangan ini sangat kotor dibanding rumah kita."

Sementara itu, Mario yang sedang mengamuk dihentikan oleh Hana menggunakan mantra. "Hei Cebol, kau mau kemana? Aku belum selesai denganmu!" ucap Mario dengan marah.

Tajima kemudian bertanya, "O iya, kedua orang tadi mana mereka?" Haryuk masuk ke dalam ruangan dan menjawab, "Mereka sedang diikat dengan Mantra Sihir di ruang tengah."

Tajima melihat ke arah Haryuk dengan sedikit curiga. Melihat reaksi Tajima, Haryuk bertanya dengan nada merendah sambil tersenyum, "Kau tidak apa-apa kan?"

Tajima masih memandang Haryuk dengan keraguan.

Sementara itu, dalam dimensi mimpi, terjadi perdebatan antara beberapa tetua. Ogho yang penasaran mencoba untuk menggunakan air mantra kejujuran dengan memberikannya kepada Paleo seraya berkata, "Ketua, kau tidak apa-apa kan? Ini adalah air untuk memulihkan sihirmu."

Paleo berdiri dan tersenyum, lalu dengan tajam ia berkata, "Tidak usah, aku tidak apa-apa." Tetua-tetua lain menjadi diam.

Eugene mendekati Paleo dan mengatakan, "Jika kau memang berada di pihak yang sama, maka kau harus mengikuti ucapan Ogho dan pendapat yang lain."

Paleo menghela nafas dan akhirnya setuju, "Tapi jika penerus memaksa, baiklah, aku akan meminumnya." Ia mengambil botol air yang berada di tangan Ogho, dan setelah meminumnya, reaksi Paleo yang dramatis membuat semua orang terkejut.

Ogho mendekat dan mencoba memastikan kondisi Paleo, "Wahhhhh!!!!!" Teriakan keras Paleo membuat Ogho terjatuh, "Hampir saja... jantungku meledak..."

Paleo tertawa sambil berkata, "Ku kira ini air biasa, ternyata Air Suci. Maaf Ogho, aku hanya bercanda."

Tatapan semua tetua dan Eugene beralih ke tubuh Koharu yang masih tergeletak tanpa sadar. Eugene memerintahkan Raizo untuk mengikatnya dengan Tali Sihir berwarna Emas, "Ikat dia."

Raizo pun mengikat Koharu, dan Ogho tidak bisa menahan komentarnya, "Tali sihir tingkat tinggi! Ku kira kau sudah mulai pikun, Pak Tua."

Raizo hanya tersenyum, "Terima kasih, anak muda yang sudah beranjak tua."

"Tuan muda," sahut Shin. "Sepertinya ini pertanda buruk. Sebaiknya kalian keluar dahulu dari dimensi mimpi ini bersama dia," ucapnya seraya menunjuk Koharu.

Kemudian para tetua lainnya saling menatap, dan Paleo pun menyela, "Ada apa? Apakah ada sesuatu yang salah?"

"Tidak, akan tetapi sepertinya markas utama sudah disusupi. Aku tidak mau sampai jasad dari tuan muda rusak karena kehadiran mereka. Bukankah kalian sudah mengetahui hal ini semenjak tragedi waktu itu?" tanya Shin.

"Baiklah, kami akan kembali dan memastikan keadaan," jawab Paleo. Sementara itu, Raizo mendekati Kado dan berbisik, "Hei, bukankah ini aneh?"

"Tidak ada yang aneh untuk sementara. Kalian kembalilah ke dimensi nyata. Aku setuju dengan perkataannya," jawab Kado.

"Kau tidak ikut?" tanya Raizo. Kemudian Shin menyela obrolan mereka seraya berkata, "Sebaiknya kau bawa dia bersamamu."

"Ayolah, Shin," jawab Kado.

"Kembalilah. Aku sedang mengerjakan sesuatu yang penting bersama dengan Penyihir lain di dimensi Utama. Dimensi ini harus kosong dan tidak ada yang boleh masuk ke dalamnya," balas Shin sambil mengalihkan pandangannya.

Kado memperhatikan tatapan mata Shin yang seolah memintanya untuk pergi. "Baiklah, aku tidak akan memaksa," jawab Kado.

Kemudian Paleo bersama dengan para tetua lainnya berdiri mengelilingi Eugene. "Bertahanlah, nak. Aku masuk dengan membuka gerbang jiwamu. Aku akan keluar melalui pintu itu juga, jadi kuharap tidak ada orang di luar. Mungkin ini akan terasa sedikit sakit," ucap Kado. Kemudian Raizo mengirimkan sinyal gaib kepada Haryuk. Di dimensi nyata, Haryuk yang mendengarkan panggilan tersebut bergegas menuju ruang altar bersama dengan mereka berlima. Mario pun memindahkan tubuh kelima orang pengikut Koharu, sementara Haryuk dan Hana membuka perisai sihir di tubuh Eugene dan membuatnya lebih besar yang mengelilingi altar.

Maori yang melihat hal itu hanya terdiam dan berharap akan kesuksesan dari prosesi tersebut.

Kelima pendeta yang berada di dimensi mimpi saling merapalkan mantra, dan Raizo pun berteriak, "Magus Astra!" Mereka pergi dengan cepat seperti kilat. Sementara itu, Shin melihat prosesi itu dari kejauhan dan berbicara dengan seorang wanita tua. "Mereka sudah pergi, bu," ucap Shin. Wanita tersebut hanya menganggukkan kepala seraya berkata, "Ayo, kita pulang. Aku sudah membuatkan makanan untukmu di dalam." Jawab wanita tersebut, dan Shin pun melangkah pergi bersama dengan wanita tersebut ke arah pintu dimensi yang dibuat oleh Shin sendiri.

Di dimensi utama, terlihat seberkas cahaya dari tubuh Eugene keluar bersamaan dengan para tetua yang keluar bagaikan cahaya dari tubuh Eugene. Terkecuali dua orang yang keluar dari tubuh Eugene berbentuk cahaya hitam dan biru. Kemudian Eugene pun tersadar dan muntah-muntah, sembari mengeluarkan darah dari mulutnya. Sementara itu, Koharu yang masih terikat bersama Kado muncul di sebelah Eugene. "Sudah kubilang bersiap, bukan malah kau mengotori altar suci dengan darahmu," keluh Kado.

Maori yang melihat hal tersebut memeluk Kado dari belakang seraya menitikkan air mata dan mengucapkan beberapa kata dengan lirih. "Jangan tinggalkan aku sendiri," ucapnya sembari sesenggukkan. Kemudian Kado pun berbalik dan mengelus kepala Maori seraya berkata, "Aku tidak akan pergi tanpa rencana matang. Mungkin suatu saat kita perlu berbicara panjang lebar sebelum keberangkatanku," ucap Kado sembari menenangkan Maori.

Ogho bersama dengan Paleo dan pendeta lainnya pun hanya terdiam melihat kejadian tersebut. Kemudian Haryuk memberikan isyarat kepada Raizo untuk pergi keluar. Tajima yang melihat hal tersebut berusaha memanggil Raizo namun dihentikan oleh Mizu. "Kau kenapa sih?" tanya Tajima. Mizu hanya tersenyum sembari berkata, "Biarkan mereka berdiskusi." Eugene yang melihat kejadian tersebut melangkah mendekati Koharu dan kemudian Mario pun menepuk pundak Eugene seraya berkata, "Selamat datang kembali, Sobat." Eugene yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum.

Paleo bersama dua pendeta lainnya pun mendekati Eugene dan berkata, "Ku rasa aku harus mengirimkan surat kepada sekolahmu. Kau akan menjalani pelatihan khusus di sini," ucap Paleo. "Tapi bagaimana dengan orang tua ku? Mereka hanya tahu aku ada di sekolah saja," jawab Eugene. "Tenanglah nak, mereka juga sudah tahu kau di sini," jawab Tetsuya. Kemudian sebuah portal merah terbuka, dan keluarlah sepasang laki-laki dan perempuan. Salah satunya berkata, "Para tetua memang seperti ini, tempat ini tidak pernah dirawat ya?" "Lebih baik tutup mulutmu atau ku kunci lagi dengan segel," jawab yang satunya.

"Ayah? Ibu?" Ucap Eugene yang terkejut melihat kedua orang tuanya datang. Mereka muncul di dalam ruangan dengan tatapan campur aduk dari keterkejutan dan kebahagiaan. Orang tua Eugene pun tersenyum lebar, dan ibunya melangkah mendekat seraya berkata, "Kami bangga padamu, Nak." Ayahnya pun mengangguk setuju.

Saat itulah suasana menjadi penuh haru dan kebahagiaan. Semua pertempuran dan perjuangan yang telah dilalui oleh kelompok ini akhirnya membuahkan hasil. Di bawah cahaya hangat, keluarga dan teman-teman bersatu kembali, siap menghadapi masa depan yang penuh dengan petualangan dan tantangan baru.