Chereads / W.E(Wake Eugene) TRIBUNAL / Chapter 9 - Warisan Cahaya: Perjalanan Seorang Pewaris

Chapter 9 - Warisan Cahaya: Perjalanan Seorang Pewaris

Eugene pun tidak bisa berkata-kata dan hanya diam terperangah melihat kedua orang tuanya. "Ayahmu selalu menggerutu ketika ku ajak jalan-jalan," jawab wanita tersebut. Dan seorang lelaki yang bersamanya hanya tertawa kecil mendengarnya.

Eugene pun menatap keduanya dan melihat Ayahnya yang berperawakan besar berambut merah dan berpakaian formal, sedangkan ibunya memiliki perawakan kecil serta berambut hitam. Namun, Eugene selalu melihat kesamaan dalam mata mereka berdua yang berwarna ungu. "Ah.. Tuan Rosalio Straft dan Nyonya Maria Gehn," ucap Paleo. "Maafkan kami datang dan mengucapkan hal yang lancang, Tuan Paleo," ucap Maria sembari membungkuk. "Ah.. tidak apa, aku terkejut. Ternyata masih ada orang yang mau memperhatikan kami selain dari Ordo Utama. Apa tujuan kalian kemari?" tanya Paleo. Kemudian Rosalio pun berkata, "Aku hanya ingin ber—" Namun, Maria memotong perkataannya, "Kami datang hendak melihat apakah putra kami mengambil keputusan yang tepat."

Eugene pun mendekati mereka berdua, dan Rosalio menatap Eugene sembari berkata, "Sudah sejauh mana kemampuanmu?" Eugene pun mencoba menjawab, "Ayah.. aku..." Namun, Maria ikut campur, "Sudah tidak usah dipikirkan lagi, yang penting kau dalam kondisi sehat." Kemudian Raizo mendekati mereka bertiga seraya berkata, "Hmm... Putramu perlu diasah lagi.. dan kuharap kalian berkenan, kepada kami yang akan melatihnya." Raizo menatap Eugene dengan tajam, kemudian Eugene pun menatap mereka berdua yang terdiam. Maria pun tersenyum sambil berkata, "Baiklah, ku serahkan kepadamu, Raizo." Tutur Maria. Rosalio pun berbisik pada Maria, "Sayang, kau tahu kita kesini untuk memarahi anak ini bukan?" dengan nada berbisik. Kemudian Maria pun mengeluarkan sedikit sihir ke arah Rosalio dan mereka bertiga pun menghilang. Semua orang menatap mereka bertiga yang tiba-tiba menghilang. Melihat hal tersebut, ketiga teman Eugene terkejut dan berkata, "Kemana mereka?!" "Itu adalah sihir dari keluarga Straft, mereka ada di dimensi lain. Mungkin ada hal pribadi yang hendak disampaikan kepadanya," jawab Raizo dengan tenang.

Di suatu dimensi, mereka bertiga pun berbicara mengenai pelatihan khusus Eugene. "Ayah, ibu? Kita dimana?" tanya Eugene dengan khawatir. "Tidak usah takut, ini dimensi milik ayah," jawab Rosalio. Kemudian tangan Maria mengepal dan meninju perut Rosalio yang membuatnya tersungkur.

"Kalian berdua.. sudah berapa kali ku bilang jangan membuat masalah, dan kau sebagai ayah malah bicara ngelantur di depan tetua," ucap Maria dengan geram. Eugene pun ketakutan melihat Maria dan Rosalio masih menahan perutnya yang kesakitan.

"Sudah cukup aktingmu. Aku akan mengutukmu mulai hari ini," ucap Maria dengan nada marah. Rosalio pun menoleh ke arah Eugene dan berbisik, "Hei.. bukankah sudah ku bilang sebelumnya? Jangan membuat masalah dan tetap waspada akan kehadiran musuh." "Apa yang kalian bicarakan?" potong Maria. "Mulai hari ini, kau akan kuikat di rumah," ucap Maria. Kemarahan Maria semakin membesar, sementara Rosalio berlindung di balik badan Eugene. Mereka berdua ketakutan melihat kemarahan Maria. Lalu, Maria pun menghela nafasnya seraya berkata, "Ya sudahlah, kalau begitu... Eugene, anakku, kau sudah memasuki tahap inisiasi bukan?" tanya Maria.

Eugene hanya bisa mengangguk polos, tetapi Maria tampak tidak puas dengan tanggapannya. "Jangan hanya mengangguk seperti ayahmu yang polos, Nak," kata Maria sambil menggelengkan kepalanya. Eugene terlihat sedikit canggung dan berkata, "Baiklah bu, maksudku... iya, tentu saja."

Sambil memandangi wajah Eugene yang penuh ketakutan, Maria dengan nada serius berkata, "Tahap ini sangat penting, Eugene. Kamu akan menjalani pelatihan yang berat, namun itulah yang akan membuktikan apakah kamu benar-benar layak menjadi penerus pendeta suci."

Eugene mencoba mengangguk dengan mantap, namun ekspresi wajahnya masih mencerminkan kecemasan. "Jangan khawatir, Nak. Kamu akan memiliki bimbingan dan dukungan yang tepat," kata Rosalio mencoba menenangkan Eugene.

"Sudah pasti, aku akan memberikan yang terbaik," sahut Eugene dengan semangat yang mencoba dipaksakan.

Tiba-tiba, Maria melepaskan pelukannya dari Eugene dan berdiri dengan tegas. "Baiklah, pertama-tama kita akan melatihmu untuk mengendalikan sihir dengan baik. Jika tidak, bisa saja kamu membuat Semesta runtuh," kata Maria sambil menunjuk ke arah ayahnya, Rosalio, yang dengan canggung mengangguk setuju.

Rosalio tersenyum malu-malu, "Benar, aku masih ingat bagaimana rumah kita hampir ambruk saat aku pertama kali mencoba sihir."

Semua orang tertawa, termasuk Eugene yang ikut tersenyum. "Tapi tenang saja, kita akan menjaga agar tidak ada lagi rumah yang hampir roboh dalam pelatihan ini," kata Maria sambil tertawa. "Sekarang, mari mulai pelatihan kita!"

Maria menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba mereka berada di dalam sebuah kuil tua yang memancarkan aura kekuatan kuno. Eugene, yang kebingungan, melihat sekeliling dengan mata terbuka lebar, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Rosalio mendekati Eugene yang tampaknya masih terkejut dan berkata, "Tenanglah nak, ini adalah dimensi pemutar waktu. Di sini, waktu berjalan sangat lambat dari dunia nyata. Satu tahun di sini mungkin hanya sebanding dengan satu menit di dunia nyata atau yang disebut dunia."

"Benar," sambung Maria dengan anggukan setuju.

Eugene masih tercengang oleh keajaiban dimensi ini. "Nah, sekarang kamu akan kami latih sebagai pewaris sah klan naga semesta. Tujuannya adalah agar kamu mampu menopang kekuatan dari penerus sejati. Karena menjadi penerus sejati dari seorang pendeta suci membawa beban yang sangat berat, dan kamu perlu tahu bahwa penerus sebelummu adalah Pendeta Shin, paman dari Maori," tutur Rosalio.

Eugene terperangah mendengar hal ini dan berkata, "Woow... pantas saja aku melihat kemiripan di antara mereka berdua."

Selama beberapa bulan di dimensi waktu, mereka melatih Eugene dengan keras melalui serangkaian proses pelatihan dan pertempuran yang mengancam nyawa. Eugene hampir tewas di tangan ayahnya sendiri, namun Rosalio, selain sebagai seorang pendeta, juga memperlihatkan sosok seorang pemimpin sejati dan ayah yang tangguh saat melatih Eugene.

Tibalah pada ujian terakhir, di mana Eugene harus bertarung dengan Maria, ibunya sendiri. Maria melemparkan beberapa mantra tanpa mengucapkannya, sebuah kemampuan mahir yang hanya dimiliki oleh penyihir berpengalaman. Mantra itu mengambang di udara dan mengarah ke arah Eugene, yang kini sedang berlarian kesana-kemari untuk menghindar.

Eugene terengah-engah dan berkeringat dingin, mencoba dengan susah payah untuk menghindari mantra-mantra misterius yang terus mengejarnya. "Kau tidak bisa terus-terusan berlari dari mantra ini," ujar Maria sambil mengarahkan salah satu mantra ke arah Eugene.

Mantra itu berubah menjadi raksasa anjing hitam yang mengeluarkan api dari mulutnya, dan mulai mengejar Eugene dengan ganas. "Apa-apaan ini?" desis Eugene, terus berlari menghindar dari serangan mantra aneh tersebut.

Tetapi tiba-tiba, di tengah-tengah kebingungannya, Eugene mendapatkan ide. Ia berlari mendekati ibunya, mengikuti naluri, dan melewati mantra-mantra yang dilemparkan Maria dengan cepat. "Kau pikir kau bisa mengarahkan mantra ini ke arah penggunanya?" kata Maria

Maria terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Eugene, dan anjing hitam raksasa itu hanya melewati Eugene tanpa mengenainya. Matanya memancarkan kejutan dan kekaguman, "Bagus, Eugene!."

Eugene semakin terdesak, dan kemudian keajaiban terjadi. Matanya mulai mengeluarkan cahaya ungu yang memancar begitu terang, menembak ke arah anjing hitam raksasa itu hingga mantra itu pecah dan musnah.

Maria akhirnya menghentikan mantra-mantranya, dan jatuh lemas. Rosalio, dengan cermat, menangkap tubuh Maria sebelum ia benar-benar jatuh ke tanah. "Kau lihat kan kekuatan ibumu yang dahsyat?" tanya Rosalio dengan bangga, sembari mencubit lembut pipi Maria yang pingsan.

Eugene turun dari langit-langit kuil, masih dalam keadaan terengah-engah. Udara di sekitarnya berputar-putar, dan kilatan petir ungu menyambar dari langit-langit, menciptakan gelombang energi yang membuat seluruh dimensi bergetar hebat.

Lalu, perlahan-lahan, Eugene mendarat di tanah dengan anggun. Ia merasakan keanehan dalam tubuhnya, tetapi ia masih terlalu terpukau oleh apa yang baru saja terjadi. Ia melihat Maria yang pingsan, digendong oleh ayahnya, dan tatapan penuh kebanggaan dari keduanya.

"Ayah, kenapa ini? Ada apa dengan ku?,kenapa dengan ibu?" tanya Eugene, masih dalam keadaan campur aduk antara keheranan dan kebahagiaan.

"Tak apa Nak, Ibumu hanya pingsan karena kelelahan. Kau telah melewati ujian yang amat sulit," jawab Rosalio sambil meletakkan Maria dengan lembut di tanah. Lalu, dengan gerakan tangan yang lembut, Rosalio merapalkan beberapa mantra, dan Maria pun sadar kembali.

Saat mata Maria terbuka, ia tersenyum lembut melihat Eugene. Ia mengusap lembut kepala Eugene sambil berkata, "Selamat, Nak. Kau telah sah menjadi pewaris sejati Klan Naga."

Rosalio menggendong Maria yang masih lemas dan mengatakan, "Sekarang saatnya kami pulang. Kita akan kembali ke dunia nyata. Ingatlah, Eugene, kau perlu meditasi dan latihan yang sungguh-sungguh agar mampu mengendalikan kekuatan ini. Dan, saat kau benar-benar bisa mengendalikan kekuatan ini, gunakanlah dengan bijaksana, terutama saat nyawamu terancam."

Ruangan di sekitar mereka mulai retak, dan seperti perlahan-lahan memudar. Mereka bertiga tiba-tiba kembali berada di dunia nyata. Seluruh pendeta yang menyaksikan datang mendekati mereka dengan khawatir. "Nyonya Maria, apakah Anda baik-baik saja? aku menyarankan agar kalia beristirahat dahulu disini" tanya Paleo dengan cemas.

Rosalio tersenyum lembut, "Tidak perlu khawatir. Kami akan segera pulang. Maria perlu istirahat, dan aku akan menitipkan Eugene pada kalian."

Raizo mendekati mereka sambil membungkuk hormat, "Kami berharap kalian selamat sampai tujuan . Sampaikan salamku pada Nyonya Maria saat dia bangun. Katakan padanya bahwa kami akan terus melatih Eugene sampai dia mampu menjadi pewaris sejati yang hebat."

Rosalio menjawab dengan senyuman dan anggukan, lalu mereka berdua pergi dari kuil dengan tenang, menghilang menuju dimensi yang tiba-tiba terbuka di hadapan mereka.

Semua pendeta yang hadir melihat mereka pergi dengan penuh rasa hormat dan harap-harap cemas. Mereka tahu bahwa Eugene telah melewati beberapa ujian yang luar biasa dari Klan Naga, dan kini dia akan memasuki fase inisiasi yang akan membentuknya menjadi penerus sejati sebagai pendeta suci.

Dengan rasa rendah hati dan tekad yang dalam, Eugene menghadapi tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Dia merasakan semangat para pendeta sebelumnya yang telah membimbingnya dan memberinya keberanian. Di matanya, cahaya kepercayaan diri mulai bersinar, dan ia pun siap menghadapi setiap langkah dalam perjalanan spiritualnya.

Mario pun mendekati Eugene dan melihat sesuatu yang aneh pada matanya. "Eugene, apa ini? Kenapa matamu jadi beda sebelah?" Tanya Mario dengan rasa penasaran. Eugene pun melihat ke arah sebuah kaca besar yang berada di tengah kuil, dan dia terkejut saat menyadari bahwa matanya sebelah berwarna ungu dan sebelah berwarna biru terang.

Perlahan, Eugene meraba wajahnya dan merasa kedua matanya normal saat disentuh. Namun, setiap kali dia memandang kaca, perbedaan warna pada matanya tetap tampak jelas. Sensasi aneh ini membuatnya merasa campur aduk antara kebingungan dan rasa ingin tahu.

"Apakah ini akibat dari pelatihan di dimensi waktu tadi?" gumam Eugene dalam hati, mencoba mencari jawaban atas fenomena yang tak terduga ini. Mario pun juga terlihat bingung, mencoba mencari penjelasan atas perubahan yang terjadi pada matanya.

Maori dan Hana pun mendekati mereka berdua dan melihat mata Eugene seraya berkata,"aku ingin sekali memiliki mata seperti itu?"Keluh Maori."Itu adalah kekuatan murni klan Naga ,kau sudah melalui Ujian terberat di dimensi waktu bukan?"Tanya Hana.

"Bagaimana kau bisa tau?"Ucap Eugene dengan kebingungan."hei kau tidak tau ya?,aku klan tertinggi dan aku tau bagaimana membuka dimensi itu namun perlu taruhan nyawa untuk membuka dimensi itu,"Jawab Hana.

Disore hari itu, suasana di sekolah terasa biasa seperti biasanya. Namun, di balik keadaan tenang itu, terdapat rahasia besar yang dipegang oleh Eugene dan para pendeta serta rekan-rekannya. Mereka kembali ke sekolah, membawa pesan penting dari Klan Penyihir Tetua. Pesan tersebut menyatakan bahwa Eugene akan menjalani serangkaian proses latihan yang intens di bawah bimbingan para tetua.

Namun, ada satu hal yang harus mereka patuhi dengan sungguh-sungguh: menjaga rahasia bahwa Eugene sebenarnya adalah Pewaris Sah yang telah lahir. Ini adalah tugas berat yang diberikan kepada mereka, karena pengungkapan identitas Eugene sebagai pewaris dapat menarik perhatian dan potensi bahaya bagi dirinya.

Para pendeta dan Eugene melanjutkan rutinitas harian mereka di masing-masing, seolah-olah tidak ada yang berubah. Namun, di balik kegiatan sehari-hari, Eugene tengah menjalani pelatihan yang ketat, memperdalam kemampuannya dalam sihir dan kebijaksanaan. Setiap latihan dan ajaran dari para tetua membantu Eugene untuk tumbuh dan matang dalam perannya sebagai pewaris klan yang terpilih.

Pergolakan dalam diri Eugene semakin kuat seiring dengan pengalaman-pengalaman barunya. Ia belajar tentang tanggung jawab yang besar yang akan diembannya dan betapa pentingnya untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan dan moral. Selama proses ini, Eugene mendapat dukungan penuh dari teman-temannya, termasuk Mario, Hana, dan Maori, yang tetap setia berada di sisinya meski tidak mengetahui sepenuhnya apa yang sedang terjadi.

Puncak dari pelatihan Eugene terjadi dalam sebuah upacara khusus di kuil rahasia Klan Penyihir Tetua. Di hadapan para tetua dan mentor-mentornya, Eugene diuji dengan ujian akhir yang menguji semua yang telah ia pelajari dan alami selama perjalanan panjangnya. Ketenangan dan kematangan batin Eugene mengesankan para tetua, dan dengan penghormatan yang besar, mereka mengakui Eugene sebagai pewaris yang pantas.

Saatnya tiba bagi Eugene untuk kembali ke sekolah dan menjalani kehidupan sehari-harinya. Namun, kali ini ia tidak sendirian. Di balik senyum ramah dan sikap rendah hati, Eugene membawa beban besar sebagai pewaris sah dari Klan Naga. Perjalanan baru telah dimulai, dan Eugene siap menghadapinya dengan tekad dan semangat yang tinggi, didukung oleh para pendeta, teman-teman, dan rahasia besar yang mengikatnya dengan nasib Klan Naga.

Dengan demikian, kisah Eugene sebagai seorang pemuda biasa yang tak sengaja terlibat dalam dunia sihir dan takdir besar Klan Naga berakhir, dan kisah barunya sebagai pewaris yang kuat dan bijaksana pun dimulai. Dan sambil matahari terbenam di ufuk barat, petualangan Eugene masih terus berlanjut, penuh dengan misteri, tantangan, dan harapan baru yang tak terbatas.