"Apa boleh aku tidur dikamar bersamamu malam ini?" tanya Ryan seketika yang membuatku terkejut
Aku tidak mengira, Ryan akan menanyaiku hal seperti ini. Mengajakku tidur bersama.. Apa dia sudah tidak marah dan membenciku?
"Maksudku Oka, dia bilang dia ingin tidur sendiri dikamarnya. Dia membenciku tidur disini karena menurutnya suara dengkuranku itu berisik.." Ryan mencoba menjelaskan sambil mencari alasan
"Kamu kan tahu aku tidak terbiasa tidur di sofa. Itu sangat tidak nyaman.." Ryan masih mencari alasan
"Baiklah. Kalau begitu biar kita bertukar posisi. Mas tidur dikamar. Biar aku yang tidur di sofa atau di kamar Oka."
"Tidak, maksudku bukan seperti itu. Aku tidak ingin tidur sendirian. Aku ingin tidur denganmu.."
Aku tahu Ryan.. saat ini dia mencoba untuk membujukku. Jujur aku sangat senang, tapi disisi lain aku juga merasa tidak enak. Maksudku, hubungan kita ini.. entah kapan akan bertahan terus seperti ini. Mungkin saat ini kita merasa senang dan bahagia, akan tetapi kedepannya? Aku tidak mau dengan aku yang menuruti semua keinginan Ryan, maka dia akan semakin berharap banyak padaku. Maksudku, saat ini aku masih dilema. Ya aku masih belum bisa menghilangkan Aris sepenuhnya dari hidupku. Kalau dulu aku berharap masih bisa kembali bersama Ryan dan menjalani kehidupan kami seperti dulu (rujuk kembali), tapi kalau sekarang sepertinya aku agak sedikit ragu.
Kasihan Aris.. Bagaimana kondisi dia sekarang? Apa dia sudah siuman? Apa Shina disana menjaganya dengan baik?
"Apa kamu tidak keberatan untuk tidur denganku malam ini?" tanya Ryan kembali yang seketika membuyarkan semua lamunanku.
"Aku tidak bisa Mas. Kalau hanya menemanimu tidur saja, aku tidak masalah, tapi kalau lebih dari itu.."
Ryan tersenyum mendengar jawaban dariku.
"Aku tahu kamu pasti sudah tahu dengan jelas maksud dan tujuanku itu. Tapi tidak apa-apa.. sepertinya untuk malam ini, aku bisa menahannya."
"Sepertinya..?" aku mencoba mengulang perkataan Ryan
"Maaf Mas.. tapi aku rasa hubungan kita ini.."
"Sssttt..!" Ryan mencoba menghentikan perkataanku dengan menaruh jari telunjuknya di depan mulutku
"Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun darimu mengenai hubungan kita. Cukup temani aku tidur saja malam ini.."
Lalu Ryan mengulurkan tangannya padaku sambil berkata,
"Ayo! Kasihan Oka, dia pasti sedang gelisah menunggu kita keluar dari singgasananya ini.."
Akhirnya, kami pun keluar bersama dari kamar Oka. Oka terlihat tersenyum bahagia saat itu. Tak lupa, dia pun mengedipkan sebelah matanya kepada Ryan, pertanda bahwa misinya berhasil untuk membuat kami berdua akur kembali sesuai dengan keinginannya itu.
Sementara ditempat lain di Rumah Sakit, Shina terlihat terus memandangi Aris. Dirinya terlihat sedih. Dia masih berharap bahwa Aris dapat sadar saat ini juga. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, terutama mengenai hubungannya denganku.
Menurut Ryan, Aris telah berkata padanya bahwa mulai sekarang dirinya akan berniat serius untuk merebutku kembali dari Ryan. Apakah ini mungkin? pikir Shina tidak percaya. Berarti selama ini, selama Aris menjalani pernikahannya, selama aku mengandung anaknya selama ini.. dia tidak pernah sedikitpun menganggap hubungan kita ini sungguh-sungguh. Bahkan sampai saat ini, dia masih belum bisa melupakan perasaannya terhadap Lena sebagai mantannya.." pikir Shina kecewa
Apakah aku bodoh? Apakah aku terlalu dibutakan oleh cintaku sendiri.. Aku merasa benar-benar bodoh berada dalam situasi ini.
Dan kau.. kenapa kau masih juga tertidur seperti ini. Kumohon bangunlah dan katakan sesuatu padaku. Aku tidak peduli jika kau akan mengatakan hal yang sangat kutakutkan itu, tapi kumohon bangunlah Aris.. Aku hanya ingin melihatmu tersadar.
Setidaknya dengan melihatmu, aku baru bisa menilai. Apakah semua yang dikatakan Ryan itu benar dan sungguh-sungguh. Aku bisa menilai semua itu hanya dengan melihat tatapan matamu. Tatapan mata yang takkan pernah bisa berbohong. Hanya dengan melihatnya saja aku bisa tahu.
Tatapan mata sendu yang menyimpan begitu banyak cerita rahasia didalamnya. Tatapan mata yang seolah-olah merelakan, meskipun hal itu bertentangan dengan isi hatinya yang sebenarnya. Tatapan mata penuh cinta dan kasih, walaupun itu hanya sebatas rasa perhatian dan belas kasihanmu saja.. seperti saat ketika kau sedang memandangiku. Namun begitu, aku masih tetap merindukannya.. tatapan matamu itu Aris.
Sadarlah.. dan lihatlah aku! Hanya ada aku.. Bukan Lena atau yang lainnya, tapi hanya aku.. satu-satunya orang yang mengerti semua tentang perasaanmu. Aris.. Kumohon sadarlah !! ucap Shina memohon didalam hati.
Dia terus menggenggam tangan Aris, tanpa pernah sekalipun melepaskannya. Saat itu Shina, dia kemudian membenamkan kepalanya di atas tangan Aris. Dirinya terlihat menangis frustasi, sambil masih menggenggam tangannya.. hingga akhirnya Aris, dia tiba-tiba membuka matanya dan tersadar. Dia terkejut mendapati dirinya berada di Rumah Sakit dan Shina yang sedang menggenggam erat tangannya.
"Aris.." ucap Shina tak percaya, ketika melihat Aris siuman.
Dengan segera dia pun memeluk Aris sambil menangis histeris.
"Shina.."
"Shina sudahlah.. Aku tidak apa-apa.."
Shina masih menangis, tidak mau melepaskan pelukannya.
"Shina, aku baik-baik saja. Maafkan aku karena telah membuatmu khawatir.."
Saat itu Shina kemudian melepaskan pelukannya dan
"Ngomong-ngomong bagaimana bisa aku kembali ke Rumah Sakit ini lagi. Apa kau yang membawaku kemari?"
Shina terdiam, tidak menjawab pertanyaan dari Aris. Dia masih berusaha menenangkan diri sambil menghapus sisa-sisa air matanya itu.
"Shina, maafkan aku.." ucap Aris kembali, yang juga tidak direspon olehnya
Beberapa saat setelah berhasil menenangkan diri, akhirnya Shina mulai berani menanyakan hal yang sangat mengganggu pikirannya saat itu.
"Kau bisa berada di Rumah Sakit ini sekarang, harusnya kau yang lebih tahu dari pada aku. Apa saja yang telah kau lakukan sampai-sampai kau bisa mengalami semua kejadian ini dan berada disini Aris.."
Seperti sebuah jaringan yang terhubung satu sama lain, ketika Shina menyindir Aris dengan perkataannya barusan.. membuat Aris mengingat semua hal yang terjadi sebelum dirinya jatuh pingsan. Bagaimana kami berciuman sebelumnya.. Bagaimana aku berusaha untuk mengelaknya ketika dia menanyakan mengenai perasaanku.. Lalu aku yang tiba-tiba datang menemuinya di apartemen, sehingga mumbuat Ryan murka dan menyebabkan perkelahian antara dirinya dengan Ryan, juga ketika aku telah menolaknya dan dia berjanji untuk tidak muncul lagi dihadapan kami dan mengganggu hubunganku dengan Ryan. Ya, Aris mengingat semua itu, terutama bagian sedih dan kecewa dari perasaannya (karena aku yang masih belum tergerak untuk membuka hatiku kembali untuk menerimanya).
"Kenapa? Bahkan kau masih berupaya keras untuk menutupi ini semua dariku.. meskipun tanpa pemberitahuan darimu sekalipun, aku juga bisa mendengarnya dari Ryan.. tanpa ada satu hal pun yang terlewatkan. Termasuk saat dirimu mengatakan bahwa kau ingin serius merebut Lena darinya.."
"Shina.. aku akui aku salah. Aku telah mengkhianatimu dengan melakukan semua itu, tapi aku.."
"Kau ingin meminta maaf?" tanya Shina sinis, memotong pembicaraan Aris
"Sayang sekali, tapi aku tidak akan menerimanya begitu saja.."
"Aku tidak akan membiarkanmu kembali bersama dengan Lena ataupun membuat kalian berdua hidup bahagia.."
"Kecuali kau membunuhku sekarang atau aku sendiri yang akan membuat diriku sendiri terbunuh, aku tidak akan pernah membiarkan kalian berdua bersatu.. Tidak akan pernah.."