Saat itu aku terkejut.. ternyata handphoneku berada diluar ditempat Aris. Duh, bagaimana ini? pikirku panik.
Sementara saat itu Aris,
"Lena.. Handphonemu berdering.."
Masa aku harus keluar sekarang? pikirku menimbang.
"Lena.." panggilnya kembali
Mau tak mau aku pun segera keluar kamar. Aku mencoba bersikap biasa sambil memasang wajah tersenyum saat itu. Tanpa melihat siapa yang menelpon, kemudian aku mencoba mengheningkan nada deringnya (mengabaikan teleponnya).
"Siapa yang menelpon?" tanya Aris kembali
"Entahlah.. nomor tidak dikenal" jawabku canggung
"Kalau itu penting, dia akan menghubungiku kembali nanti.." jawabku terburu-buru.
Sebenarnya aku masih merasa malu mengingat semua hal yang kulakukan tadi dengannya. Kalau bisa aku ingin menghindar. Belum sempat aku melarikan diri kekamar, Aris kembali berkata padaku
"Menganai tadi.."
"Ahh.. Iya Mas Aris. Aku melakukan hal itu tidak sengaja.. Maksudku, aku melihat kau seperti kelelahan, jadi aku melakukannya.." aku mendadak kehilangan kata-kataku
"Kau ingat.. dulu-dulu aku juga sering melakukan itu. Jadi kupikir cara itu akan berhasil.."
Aku memasang wajah tersenyum seolah menganggap hal yang kulakukan padanya adalah sesuatu yang wajar dan biasa. Namun disisi lain, Aris masih menatapku seperti masih meminta penjelasan.
"Sungguh! Aku tidak ada niatan apapun. Apalagi hendak mencium kening dan pipimu .." ucapku menjelaskan
Aris terlihat tertawa. Dan hal itu membuatku semakin merasa malu.
"Aku tahu.. saat ini perasaanmu sedang cemas memikirkan Shina. Jadi tidak mungkin kalau kau tidak memiliki perasaan cinta padanya.."
"Apa menurutmu begitu?" tanya Aris meragu
"Tentu saja." jawabku
"Melihatmu begitu khawatir.. bahkan Mas Aris sendiri rela keluar dari rumah sakit, meskipun kondisi kesehatan Mas Aris belum pulih sepenuhnya.. Jika memang ini hanya perasaan iba dan kasihan, mungkin akan terkesan berlebihan.."
Aris, dia hanya terdiam mendengar semua penjelasanku.
"Masalah Mas Ryan tidak usah Mas Aris pikirkan. Mas Ryan hanya merasa cemburu. Dia tidak suka melihat Mas Aris dekat denganku.. Jadi dia mengatakan semua itu.."
"Aku tahu.." potong Aris tiba-tiba
"Hanya saja mendengarnya mengatakan itu membuatku merasa kesal..
Kesal? Kenapa hal itu membuatnya kesal. Dia kesal karena Mas Ryan menyuruhnya untuk tidak dekat lagi denganku atau karena Mas Ryan mengatakan bahwa dia tidak mencintai Shina melainkan aku..
"Maaf.." ucap Aris kembali
"Tidak apa-apa." jawabku
Lalu kami terdiam. Dan Aris kembali berkata,
"Aku tahu.. kau dan Ryan. Kalian berdua memutuskan untuk kembali rujuk. Selamat ya.. Lena!"
Entah kenapa mendengar dia mengatakan itu, hatiku sedikit tidak senang. Aku hanya merasa bersalah, jika dia masih memiliki perasaan padaku.. bukankah itu menyakitkan?
Aku memaksakan tersenyum menjawab ucapan selamat darinya.
"Aku harap Mas Aris juga bisa berbahagia dengan Shina.."
"Aku tahu Mas Aris sangat mencintainya.."
Aris hanya membalasnya tersenyum.
"Terima kasih.."
"Lena.." panggilnya kembali
"Mengenai kejadian di rumah sakit waktu itu.. Aku minta maaf. Aku membohongimu dengan sengaja dengan mengatakan aku mengalami amnesia.."
"Aku tidak bermaksud membuatmu merasa bersalah atas kejadian itu.."
"Aku tahu.. Mas Aris berusaha menghapus semua kenangan masa lalu. Aku mengerti.. untuk itu pada saat itu aku juga tidak menceritakannya.. (kalau kita dulu mempunyai hubungan)" balasku
"Maafkan aku.. sebelumnya di rumah sakit (sebelum insiden penculikan Roy padaku terjadi).. Aku sempat memikirkan bahwa aku terlalu ikut campur dalam urusanmu Lena.. tidak seharusnya aku menceritakan itu semua pada Ryan.."
"Yang sudah terjadi biarlah.. tidak usah diungkit lagi.."
"Maaf.." ucap Aris kembali merasa bersalah
Kemudian,
"Lena.. Apa sebaiknya kita tidak usah saling bertemu?"
"Masalah Shina dan Ryan.. Mereka berdua tidak senang dan menganggap kita masih memiliki hubungan.."
"Aku tidak ingin kembali menjadi perusak rumah tanggamu dan Ryan. Terlebih lagi kalian akan kembali bersama.."
"Lebih baik menjadi orang asing dan saling menghindar untuk tidak menimbulkan salah paham.."
"Orang asing..?" ucapku terkejut
"Ya.."
"Apa kita juga harus berpura-pura tidak saling mengenal?" tanyaku tidak senang
"Jika memang itu yang terbaik.."
Entah mengapa saat itu aku merasa kecewa. Menjadi orang asing baginya.. apa itu mungkin? Apa tidak bisa kita tetap berhubungan seperti ini, tanpa menimbulkan salah paham.
"Baiklah.. kalau memang itu maumu.." balasku datar
Lalu aku pun pergi meninggalkan Aris untuk masuk kembali kedalam kamar, hingga tiba-tiba tangan Aris kembali manahanku.
"Lena.."
Saat itu perasaanku sangat sedih. Aku tidak bisa membendung air mataku, hingga tanpa sadar ketika Aris melihatnya
"Lena kau menangis?" ucapnya terkejut
Aku terdiam tidak menjawabnya. Lalu Aris pun memelukku. Hal itu semakin membuatku menangis dipelukannya.
"Lena maafkan aku.." ucapnya masih memelukku
Sambil melepaskan pelukan, Aris kembali menatapku.
"Apa kau tidak senang kita menjadi orang asing? Lena kau.. apa kau masih memiliki perasaan padaku?"
Saat itu aku tersadar, tidak seharusnya aku menunjukkan sikap seperti ini padanya. Belum sempat aku melarikan diri dari situasi tersebut, Aris tiba-tiba menciumku.
Aku sungguh terkejut. Namun disisi lain, aku juga tidak memberikan perlawanan atau bahkan menolaknya. Aku tidak tahu kenapa, tetapi aku malah membalas ciuman Aris tadi. Logikaku mendadak lumpuh. Sepertinya saat itu aku mengikuti naluriku untuk membalas perlakuannya dengan membalas menciumnya. Kami saling berciuman, hingga tiba-tiba suara dering handphoneku kembali menyadarkanku.
Aku lalu mendorong tubuh Aris menjauh dengan keras, sambil berusaha melepaskan diri darinya. Aku mengambil handphoneku terburu-buru, lalu kembali masuk ke dalam kamar. Saat itu aku masih mengabaikan panggilan teleponku. Tanpa sadar aku mereject panggilan telepon tersebut, lalu mematikannya.. tanpa aku tahu bahwa saat itu Ryan yang mencoba menghubungiku.
Ditempat lain, Ryan yang sedang menyetir terlihat gusar karena aku seperti mengabaikan panggilannya. Dengan capat dia lalu melajukan mobilnya menuju apartemen. Entah dari mana dia tahu mengenai keberadaanku disana. Mungkin dia memasang alat pelacak diponselku, seperti yang biasa dilakukannya. Tidak butuh waktu lama, lima belas menit kemudian dia tiba di apartemen kami. Dan setibanya dia disana,
"Sayang..?" panggilnya
Ryan kemudian terkejut melihat Aris sedang berdiri tepat didepan pintu kamar kami.
***Dear readers, maaf banget baru update lagi setelah hampir 3 minggu belakangan. Ada penambahan anggota keluarga baru namanya baby G 😍. Usia baby G baru 22 hari. Jadi bertepatan dengan author update terakhir disini tanggal 14 Juli kemarin, sorenya mamanya langsung lahiran mendadak karena air ketubannya yang hampir habis. Padahal niatnya mau kontrol, jadi sekalian lahiran😅. Minta doanya buat baby G semoga jadi anak yang soleh dan sukses yang selalu berbakti pada kedua orang tuanya🙏😇