"Shina.." ucap Aris terkejut
Saat itu Ryan dan Aris sama-sama melemparkan padangan kepada satu sama lain, seolah berkata melalui bahasa isyaratnya, "Apa dia tadi mendengarkan kita?"
"Ryan.." tanya Shina heran
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanyanya kembali curiga
Saat itu Ryan seperti kebingungan. Oleh karena itu Aris kemudian membantu menjawabnya dengan,
"Dia kemari karena.."
"Lena.." potong Ryan tiba-tiba
"Iya. Ryan bilang bahwa Lena telah menerima lamarannya.." sahut Aris melanjutkan
"Aku memperingatkannya untuk tidak berani lagi mendekati Lena.." ucap Ryan yang dibalas oleh tatapan Aris yang memandang ke arahnya
Kemudian Aris,
"Sebenarnya awalnya Ryan datang kemari ingin mengetahui mengenai kondisiku. Dia ingin mengucapkan terima kasih karena aku telah menyelamatkan Lena waktu itu.." ucap Aris berusaha menyindir sambil menjelaskan pada Shina, yang kemudian dibalas oleh tatapan Ryan kembali ke arahnya.
"Kalian berdua.." Shina yang belum sempat menyampaikan perkataannya tiba-tiba dipotong oleh Ryan yang langsung pamit sambil berkata
"Kalau kau mengerti maksudku Aris, jauhi Lena.. Aku tidak ingin melihat kalian berdua jalan bersama atau hanya sekedar berpapasan dijalan.."
"Kali ini aku serius.." ucap Ryan sungguh-sungguh
Lalu Ryan pun pergi meninggalkan ruangan Aris sehingga membuat Shina semakin kebingungan dan heran.
Kemudian tak berselang lama, terdengar bunyi nortifikasi pesan di handphone Aris. Ternyata sms dari Ryan.
"Masalah Rani aku akan mengurusnya. Kau jaga jangan sampai Shina mengetahui pembicaraan kita tadi." tulis Ryan dalam pesan singkatnya
Kemudian di kamar inap Aris, Shina yang mulai curiga dengan keanehan sikap Aris dan juga Ryan,
"Apa ada hal yang kau sembunyikan dengan Ryan dibelakangku?" tanya Shina sambil mendekat perlahan
Aris terlihat gugup saat itu, tapi dia bisa mengendalikan situasinya.
"Apa ini tentang Lena?" tanyanya kembali tidak senang
Lalu Aris pun tersenyum.
"Kenapa malah tersenyum? Jawab!!" ucap Shina menggertak
"Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu jika aku menceritakan mengenai hal ini.."
"Jadi benar ini tentang masalah Lena?" tanya Shina kembali. Kali ini dia terlihat benar-benar cemburu dan kesal.
Aris kemudian bangun terduduk. Dia menarik tangan Shina agar Shina bisa lebih mendekat ke arahnya.
"Maafkan aku.." sambil Aris memeluk Shina.
Shina terlihat tidak senang dan ingin melepaskan diri dari pelukannya, namun Aris tetap menahannya.. sehingga akhirnya Shina hanya bisa memberontak dengan memukul-mukul tubuh Aris menggunakan tangannya.
"Maafkan aku Shina, aku hanya tidak ingin kau terluka.."
"Apa bisa aku memilih tidak menceritakan masalah ini padamu?" tanya Aris sambil melepaskan pelukan Shina untuk kemudian memandang wajahnya meminta persetujuannya.
Lalu Shina,
"Apa menurutmu aku akan terluka jika kau menceritakan semua itu?"
Aris tidak mengira, Shina akan memberikan respon seperti ini.
Saat itu Shina terus manatap Aris, mungkin ingin melihat bagaimana responnya, hingga akhirnya dia terlihat pasrah dan kembali berkata
"Kalau memang tidak mau menceritakannya tidak apa-apa. Aku percaya penilaianmu.. Mungkin aku akan kesal dan menjadi marah jika kau menceritakan semua itu padaku. Lalu aku akan mengambil ponselmu dan kembali membantingnya, hingga membuatnya rusak seperti waktu itu.." balas Shina yang seketika membuat Aris tersenyum ketika mendengarnya
Aris kembali menyuruh Shina mendekat dengan berusaha menggenggam tangannya.
"Terima kasih Shina! Aku senang kau yang menjadi istriku.."
"Jadi menurutmu aku ini lebih baik daripada Lena?" ledek Shina
Aris kembali menatap Shina. Sambil tersenyum dia berkata
"Jika hal itu dapat membuatmu senang.."
"Cihh.." Shina mendengus
"Memangnya kau tidak senang?" tanya Aris kembali
"Kau tidak pernah memujiku barang sekali. Apalagi mengatakan aku lebih baik dari pada Lena.."
Aris tersenyum mendengar pernyataan tersebut. Kemudian,
"Tapi kau itu menarik Shina.. Selalu banyak hal tidak terduga keluar dari dirimu.. Bahkan tindakanmu terkadang tidak masuk akal.."
"Jadi kau ingin bilang.. aku ini wanita gila dan tidak normal, begitu?" balas Shina tidak senang
Aris kembali tertawa. Kali ini membuat Shina juga ikut tersenyum.
"Sepertinya memang karakter seperti dirimu yang aku butuhkan untuk menjadi pasangan hidupku.."
Lalu Aris kembali memeluk Shina
"Terima kasih.. sudah mau bertahan sampai sejauh ini denganku.."
Setelah mengatakan itu, Aris pun kemudian mencium Shina.
Saat itu, sebenarnya didalam hatinya, Shina sangat penasaran ingin mengetahui hal yang dibicarakan oleh Aris dan Ryan tadi. Akan tetapi, dia dapat menahan diri untuk tidak memperlihatkannya didepan Aris. Dia menghormati Aris dan tidak ingin membuat suaminya itu merasa terbebani, jika dia terus mendesaknya untuk memberitahukan masalah itu padanya.
Di tempat lain, saat itu Ryan sedang mengendarai mobilnya kembali menuju rumahku. Sambil mengendarai mobil, dia terlihat menghubungi seseorang untuk memintanya memanggil beberapa tukang untuk melakukan sedikit renovasi pada beberapa bagian dirumahku.
Ryan berencana memberikanku kejutan, sehingga membuatnya antusias saat membicarakan hal-hal apa saja yang harus diganti untuk merubah rumahku itu menjadi tempat tinggal yang layak huni menurut versinya. Ryan terlihat memberikan pengarahan pada tukang-tukang yang bekerja dirumahku itu. Dia terlihat begitu fokus, sehingga membuatnya tidak sadar bahwa Heru sedari tadi terus menerus berusaha menghubunginya. Saat panggilan dari Heru masuk, Ryan mengabaikannya. Sampai akhirnya ketika urusannya telah selesai dengan para tukang, dia terkejut melihat pesan yang dituliskan oleh Heru untuknya.
"Papa dan Mamamu tiba hari ini pukul 23. Malam ini kau harus kembali ke kediamanmu."
Ryan lalu menghubungi Heru.
"Mas Heru apa itu benar? Apa Papa dan Mama pulang hari ini?"
"Iya Ryan. Aku sudah memastikannya dari Pak Rudi. Meraka semua akan kembali hari ini.."
"Kenapa kau baru mengabariku sekarang??!" tanya Ryan kesal, emosi
"Maafkan aku.. Aku juga tidak tahu. Pak Rudy juga mengabariku mendadak.."
Ryan terlihat begitu gusar saat itu.
"Ryan, sebaiknya kau kembali ke rumahmu. Jangan sampai Mamamu tahu kau masih berupaya mengejar Lena.."
"Aku sudah berhasil menyuruh orang-orang yang mengawasimu itu untuk tidak menceritakan hal ini padanya, tapi Ryan.. aku tidak bisa menahan mereka untuk tetap tutup mulut.. terlebih jika Mamamu sudah berada disini nanti.."
Ryan terus terdiam ditelpon. Dia terlihat sangat cemas.
"Ryan, sebaiknya untuk beberapa hari ini kau jangan temui Lena dulu.."
"Lalu aku harus bagaimana Mas?!" tanya Ryan panik
"Bicarakan pelan-pelan dengan Mamamu kalau niatanmu itu baik, ingin kembali bersama dengan Lena karena Oka masih membutuhkan kalian berdua sebagai orang tuanya.."
"Sudah aku coba.. tapi Mama tetap tidak menginginkan aku kembali bersama Lena.."
"Ryan.. aku percaya kau bisa membujuknya. Mamamu itu sangat sayang padamu. Jika kau memberikan penjelasan yang baik, maka hatinya juga pasti akan terbuka.."
"Tapi Mas.." Ryan masih menyangsikan Heru
"Kau harus percaya pada kemampuanmu.. Beri Mamamu pengertian atau kau bisa meminta Lena juga turut membantumu untuk ikut membujuk Mamamu.."
"Apa cara ini akan berhasil?"
"Kalau tidak dicoba kan tidak akan tahu.." balas Heru
Setelah itu Ryan pun mengakhiri panggilannya. Ryan kemudian menghubungiku. Dan setelah menjemputku secara paksa, dia kemudian langsung membawaku pergi ke apartemen kami.
"Mas sebenarnya ada apa?" tanyaku bingung melihat sikapnya
"Mama.."
Entah kenapa begitu dia menyebut kata Mama membuat hatiku menciut. Aku sungguh takut untuk mendengar penjelasan lebih jauh mengenai hal ini. Namun aku juga tidak bisa menghindarinya karena pada saat itu posisi kami masih berada didalam mobil Ryan, yang sedang terparkir di lantai basement apartmen kami.