Ryan yang melihat perubahan ekspresi diwajahku begitu dia membicarakan tentang Mama,
"Sayang kenapa?" tanyanya
Aku kemudian memaksakan tersenyum.
"Gak apa-apa Mas.."
"Tadi Mas mau bilang apa tentang Mama? Mama baik-baik saja kan?"
"Kalau kita nikah sekarang aja gimana? Gak usah tunggu Mama. Maksud aku, kita buat kejutan buat Mama.. Biar pas Mama pulang nanti, Mama senang lihat kita udah kembali lagi bersama kayak dulu.."
Aku hanya terdiam menatapnya, tidak merespon perkataannya.
"Sayang..?" bujuk Ryan kembali
"Mas.. aku tahu. Mama tidak menginginkan kita untuk kembali rujuk.."
Ryan begitu terkejut mendengar ucapanku.
"Aku minta maaf sebelumnya. Waktu kamu mandi, aku sempet lihat handphone kamu. Dan aku juga udah baca semua pesan Mama disitu.."
"Sayang dengar, apapun yang dikatakan Mama.. aku tetap ingin balik sama kamu.. Tanpa kamu, hidup aku itu gak lengkap. Aku gak mau kalau harus kehilangan kamu lagi Sayang.."
"Tapi Mas.. yang dikatakan Mama itu benar. Aku akan membuatmu kecewa nanti. Jika kita kembali bersama, kita hanya akan saling menyakiti. Semua masalah dan konflik-konflik seperti sebelumnya akan kembali terjadi di kehidupan kita.."
"Aku gak peduli !!" Ryan membantah tegas
"Sayang kamu kan udah nerima aku. Aku gak mau ya, kamu narik kata-kata kamu dengan ngomong kayak tadi.."
"Mas.."
"Sekarang aku mau nanya sama kamu, jujur.. kamu masih cinta gak sama aku?" tanya Ryan sambil menatap kedua bola mataku, seolah mencari jawaban dari dalam sana.
"Apa masih perlu aku jawab?"
"Kalau gitu kenapa kamu selalu menolak setiap kali aku ajak kamu nikah?" tanya Ryan kembali tidak senang
"Bukannya aku menolak Mas, tapi masih ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Mas tentunya tahu.. tidak mudah untuk pasangan yang telah lama berpisah untuk memulai sesuatunya kembali dari awal.."
"Terus bagian mananya yang sulit? Restu Mama? Atau perasaanmu yang masih mengganjal sama Aris??"
"Mas..! Kok jadi bawa-bawa Aris sih?" ucapku tak senang
"Habis kamunya.. selalu saja menghindar. Pake alasan ini-lah.. itu-lah.. Jangan-jangan memang benar, kamu masih berat nerima aku karena perasaanmu yang masih mengganjal sama si brengsek Aris itu?"
Aku yang sudah mulai kesal mendengar ucapannya, kemudian memilih untuk pergi keluar dari mobil dan meninggalkan Ryan disana. Kemudian Ryan, dia yang juga mungkin merasa kesal, lalu membunyikan klakson mobilnya. Tidak hanya sekali tapi dua.. bahkan tiga kali, untuk membuatku berhenti atau menyuruhku kembali masuk ke dalam mobilnya. Namun aku yang masih kesal dengannya memilih untuk mengabaikannya dan semakin mempercepat langkah kakiku (berjalan meninggalkannya).. hingga Ryan tiba-tiba dia keluar dari dalam mobil, lalu datang berlari kearahku dan kemudian menghentikan langkahku melalui dekapannya.
"Aku minta maaf Sayang.. Maafin aku.." ucapnya ketika dia berhasil memelukku dari belakang
"Aku tahu aku salah.. Aku hanya takut kamu akan benar-benar ninggalin aku lagi.."
Saat itu aku kemudian menangis dan Ryan berusaha menenangkanku.
"Maafin aku ya.. sepertinya memang masih sulit untukku mengontrol emosi dan juga sikap posesifku ini sama kamu.."
"Maafin aku Sayang.." ucapnya kembali.
Kali ini Ryan membalikkan posisi tubuhku dan memelukku dari depan. Aku masih menangis saat itu. Kemudian,
"Mama Papa nanti malam akan pulang ke rumah. Aku pusing.. aku panik.. Makanya aku paksain kamu buat kita nikah sekarang agar mau gak mau, terpaksa Mama harus nerima kondisi kita berdua yang sudah terlanjur nikah nanti.."
"Maafin aku kalau cara aku salah dan udah buat kamu nangis kayak gini.." ucap Ryan kembali merasa bersalah
Setelah beberapa saat, Ryan kembali mengajakku masuk ke dalam mobilnya. Tidak ada percakapan saat itu, dia hanya terdiam sambil terus menatapku yang masih berusaha untuk menenangkan diri dari tangisanku. Kemudian,
"Kemungkinan aku akan kembali tinggal dirumah sama mereka.." ucap Ryan tiba-tiba memecah keheningan
Saat itu aku masih terdiam, tidak meresponnya.
"Kamu.." ucap Ryan kembali, namun dia tiba-tiba menghentikannya
Sebenarnya saat itu, Ryan ingin meminta bantuanku untuk membantunya membujuk Mama, seperti yang telah disarankan oleh Heru sebelumnya. Namun, melihat kondisiku yang sepertinya masih belum siap, dia jadi mengurungkan niatnya itu.
"Aku tahu, mungkin masih sulit buat kamu untuk nerima keadaan kita yang sekarang ini.. tapi aku akan tetap nunggu sampai kamu benar-benar siap. Aku gak akan maksa kamu.." Ryan memaksakan tersenyum, walaupun hatinya merasa sedih.
"Anterin aku pulang Mas.."
Tanpa menjawab perkataanku, Ryan lalu melajukan mobilnya menuju rumahku. Dan setibanya disana, aku terkejut melihat kondisi rumah yang berantakan karena sedang direnovasi oleh tukang.
"Tadinya aku mau bikin surprise buat kamu supaya bikin kamu nangis terharu.. tapi kenyataannya aku malah bikin kamu nagis beneran sampai sedih kayak tadi.." ucap Ryan tiba-tiba
"Ada baiknya untuk sementara kamu tinggal di apartemen aja sama Oka.. Nanti aku akan minta supir buat antar jemput kamu ke dapur buat ngurusin catering kamu.."
Lalu Ryan pun kembali mengantarkan aku ke apartemen, setelah aku mengemasi beberapa barang dan pakaianku. Dan ketika dia hendak pergi meninggalkan unit kami (setelah membantuku membereskan beberapa pakaian didalam lemari),
"Seandainya Mama dan Papa gak pulang hari ini, mungkin kita bertiga sama Oka bisa tinggal bareng-bareng lagi kayak dulu.." ucap Ryan begitu aku mengantarkannya ke pintu depan
"Sayang.. Kamu percaya kan sama aku? Aku akan berusaha membujuk Mama supaya mau nerima kita kembali sebagai keluarga utuh seperti dulu.."
"Sampai saatnya nanti.. kamu jaga diri kamu baik-baik.. sama hati aku juga.." lalu Ryan kemudian menciumku. Ciuman yang sangat dalam dan cukup lama, hingga akhirnya dia benar-benar pergi meninggalkanku setelah sebelumnya dia memelukku terlebih dahulu.
Saat itu aku sangat sedih. Aku berharap seandainya saja seperti yang dikatakannya tadi.. Mama dan Papanya tidak jadi pulang, lalu aku, dia, dan Oka.. kita tinggal bersama-sama lagi diapartemen ini.
Untuk sesaat aku jadi menyesali keputusanku yang menolak ketika Ryan ingin mengajakku menikah tadi. Kenapa tidak aku terima saja ajakannya itu dan mengenai urusan Mama.. nanti kita pikirkan belakangan.
Dini hari di kediaman Ryan, saat itu Papa dan Mamanya telah tiba dirumahnya.
"Pak Ryan?" tanya Mama pada salah satu pelayannya
"Dikamarnya Nya.."
Dan Mama pun pergi menemuinya dikamar. Namun saat itu, Ryan sudah tertidur disana. Mama terlihat senang melihat anak semata wayangnya itu dalam keadaan baik-baik saja dan sedang tertidur pulas dikamarnya, hingga ketika dia mengusap-ngusap lembut rambut putranya itu
"Sayang.." ucap Ryan mengigau sambil mengeratkan pelukannya pada guling