Hati orang tua pasti akan selalu berpihak pada anaknya. Tidak peduli seberapa nakal atau buruk anak tersebut, tetapi seorang ibu pasti akan tetap melindungi anaknya. Saat itu aku memahami perasaan Mama yang tidak menginginkan anaknya Ryan untuk kembali rujuk bersamaku. Memang pernyataan Mama tidak sepenuhnya salah. Mama hanya tidak ingin jika Ryan harus kembali terluka dan kecewa karena aku yang tidak mungkin mencintainya secara utuh. Mendadak timbul perasaan takut dalam diriku.. memikirkan kembali mengenai keinginanku untuk kembali rujuk bersama dengan Ryan. Apakah kami akan terus mengalami konflik-konflik dan pertengkaran seperti yang dikatakan Mama sebelumnya?
Hari itu aku terus memikirkan masalah tersebut, sehingga membuatku tidak fokus dalam bekerja.
Kemudian,
"Sayang.." panggil Ryan tiba-tiba menyadarkanku.
"Ayamnya nanti gosong kalau kamu biarin lebih lama lagi disana.." ucap Ryan kembali heboh
Saat itu aku baru sadar kalau ternyata Ryan, dia juga ikut membantuku memasak didapur. Walaupun tidak banyak yang bisa dia lakukan, selain hanya mencicipi makanan serta memberikan komentar mengenai beberapa hal terkait masalah penyajian, tapi aku sedikit terhibur dengan keberadaannya disini.
Aku meminta Ryan tidak ikut dalam proses pengantarannya. Aku hanya tidak ingin dia meninggalkan pekerjaannya dikantor.. membuat Mama dan Papanya merasa keberatan, jika mengetahui dia lebih memilih mengurusi masalah cateringku dibandingkan perusahaannya.. walaupun aku tahu hampir semua masalah perusahaannya itu dikerjakan oleh Heru disana.
Setelah kepergianku, saat itu sebenarnya Ryan ingin menghubungi seseorang untuk memanggil tukang, mengganti seluruh peralatan kamar mandi dan juga memintanya memasang AC dikamarku.. Namun, saat membuka handphonenya, dia melihat pesan dari Aris disana. Lalu dia pun segera menghubungi Aris.
"Katakan apa yang kau inginkan?" tanya Ryan tanpa basa basi ketika Aris menjawab panggilannya
"Bisa kau datang menemuiku di Rumah Sakit. Ada beberapa hal yang ingin kumintai tolong padamu.."
"Masalah apa?" tanya Ryan penasaran
"Kau datanglah kemari.. Anggap saja ini sebagai permohonan terakhirku padamu.."
Saat itu Ryan, dia tiba-tiba teringat bahwa Aris sekarang masih terbaring di Rumah Sakit. Berkat jasanya, kini istri dan dirinya dapat terselamatkan dari ulah Roy yang ingin berbuat jahat padanya. Setelah menutup teleponnya, Ryan lalu pergi mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit. Dan, setibanya dia disana.
"Ariss.." sapanya begitu dia masuk
"Sebelumnya, aku ingin kau menjawab pertanyaanku.." ucap Ryan kembali sambil mendekat pada Aris
"Apa maksud dan tujuanmu mangatakan bahwa kau mengalami amnesia pada Lena? Apa kau ingin Lena merasa iba dan kasihan padamu, sehingga kau bisa menjadi lebih dekat dan bergantung padanya?"
"Aku tahu, kau telah berjasa sebelumnya karena telah menyelamatkan nyawa Lena. Aku tahu kau juga masih mencintainya hingga detik ini, tapi kau dengar.. aku tidak akan membiarkan Lena pergi dariku. Aku tidak akan melepaskannya.."
"Jika kau ingin bersama dengannya, kau langkahi dulu mayatku.. karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah membiarkan dia pergi.." ucap Ryan pada Aris dengan nada penuh penekanan
Entah kenapa mengetahui Aris ingin meminta bantuan padanya, membuat emosi Ryan meluap.. Mungkin dia takut, jika Aris ingin meminta agar Ryan tidak kembali lagi padaku. Karena sebelumnya, saat pertengkaran hebat antara dirinya dan Aris, Aris berharap agar aku tidak mau kembali lagi padanya.
"Ini bukan masalah Lena, tapi Rani.." jawab Aris kemudian
"Tidak usah mengalihkan pembicaraan.. Kau belum menjawab pertanyaanku tadi.." ucap Ryan tidak senang
"Kau benar.. Aku masih belum bisa melupakannya.." Aris menjawab, sehingga membuat mata Ryan membulat dan melotot ke arahnya
"Tapi alasanku berpura-pura amnesia adalah karena aku ingin melupakannya. Semua kenangan itu.. masa lalu kami.."
"Harusnya kau senang Ryan.. Saat aku memintanya untuk menceritakan mengenai ingatanku, dia sama sekali tidak membahasnya. Dia berkata aku hanya seorang seniornya dikampus.. juga tetangganya.. tanpa pernah sekali pun dia mengungkit masa lalu kami dulu sebagai pasangan kekasih.."
"Mungkin saat itu aku masih berharap.. Aku ingin tahu mengenai penilaiannya selama ini terhadapku.."
"Ternyata.. baik dulu maupun sekarang, dia hanya menganggapku sebagai seniornya.. tidak lebih.." ungkap Aris dengan nada kecewa
"Kauu.." ucap Ryan emosi, marah
Saat itu Ryan berniat maju untuk memukulnya. Akan tetapi, tiba-tiba Aris kembali berkata
"Dia hanya mencintaimu. Didalam hatinya hanya ada dirimu.. Bahkan dia masih menganggap kau ini sebagai suaminya, meskipun kalian telah lama bercerai.."
Akhirnya, Ryan dia mengurungkan niatnya untuk menghajar Aris setelah mendengarkan perkataan itu dari Aris.
"Kali ini aku menyerah.." ucap Aris kembali
"Seharusnya memang dari dulu.. Saat dia pergi meninggalkanku yang sedang sekarat dan berlari ke arahmu.. harusnya aku sudah tahu.. dihatinya hanya kau yang paling berharga.."
Saat itu Ryan, dia tiba-tiba menyangsikan perkataan Aris tadi. Mengingat bagaimana saat itu aku terlihat sedih dan frustasi.. bahkan menurutnya aku terlihat seolah menyesal telah meninggalkan Aris sendirian disana. Ryan menyadari bahwa perkataan Aris tadi tidak sepenuhnya benar. Aku masih memiliki rasa pada Aris, bahkan mungkin lebih besar daripada rasa cintaku pada Ryan.
"Selamat Ryan.. Mungkin tidak lama lagi aku akan mendengar kabar bahagia dari kalian berdua.." ucap Aris kembali membuyarkan Ryan dari lamunannya
"Aku ingin kali ini kau menjaganya dengan baik.. tidak mengecewakannya lagi.."
"Ryan, kali ini aku benar-benar mohon padamu.. Dia hanya sebatang kara, sudah tidak ada lagi Ayahnya.. Bahkan Karin sahabatnya pun telah menetap diluar.. Jadi jangan sampai kau berbuat ulah dengan melukainya.."
"Kalau dia kabur lagi, mungkin kau akan kesulitan untuk mencarinya.. Aku hanya tidak ingin, dia berbuat hal-hal seperti yang Shina lakukan dulu saat kau pergi meninggalkannya.."
"Kau tidak perlu khawatir.." potong Ryan tiba-tiba
"Kali ini aku akan menjaganya dengan baik.. Dia juga bahkan telah menerima lamaranku.." ucap Ryan sambil tersenyum senang
"Benarkah?" tanya Aris
"Baguslah." ucap Aris kembali, (mungkin memaksakan) tersenyum
Kemudian,
"Masalah Rani.. Hal apa yang ingin kau mintai tolong padaku?" tanya Ryan kembali, kali ini dengan nada ramah.. tidak seperti sebelumnya
"Lucy.. Dia tidak mau menceritakan padaku mengenai identitas orang tua Rani yang sesungguhnya.."
"Tadi aku sempat menanyakan padanya, tapi dia memilih untuk bungkam, tidak menjawabnya.."
"Maksudku Ryan, waktuku terbatas jika aku ingin berbicara dengan Lucy dan menginterogasinya, sebab Shina selalu berada disana (didekatku). Aku ingin kau membantuku menyelidiki masalah ini.."
Ryan terkejut mendapatkan permohonan itu dari Aris.
"Bukankah lebih baik kau tidak usah mencari tahu.. Bagaimana kalau sampai Shina jadi tahu hal ini?"
"Aku hanya ingin mempersiapkannya.. Jika suatu hari hal ini terbongkar, maka Rani tidak perlu repot-repot lagi mencari orang tua kandungnya.."
"Apa kau bermaksud menyerahkan Rani pada mereka?" tanya Ryan kembali
"Tidak..!" jawab Aris langsung membantahnya
"Aku sangat menyayangi Rani.. Aku berharap dia tidak akan pernah pergi meninggalkanku, meskipun nantinya dia telah tahu mengenai hal ini.."
Saat itu, tiba-tiba saja Shina masuk ke dalam ruangan dan membuat Aris dan Ryan terkejut.