Hati manusia sangat kompleks. Tidak mudah untuk diprediksi. Aku sampai saat ini masih belum bisa memahami bagaimana cara hati itu bekerja. Terkadang.. ada seseorang yang begitu kuat menjaga hatinya (hanya) untuk seseorang yang sangat dicintainya (tidak bisa berpaling dari orang itu). Namun, ada pula yang dengan mudahnya berpaling.. mengkhianati rasa yang dulu pernah ada dan menutupinya, hingga sampai saatnya rasa itu benar-benar (dianggap) hilang.. walaupun sebenarnya itu sama sekali tidak bisa dihilangkan.
Aku mungkin termasuk salah satunya. Entahlah.. Aku sendiri terkadang tidak mengerti, kenapa disaat aku (masih) mencintai Ryan dan ingin kembali padanya, namun disisi lain.. aku juga tidak rela jika Aris harus pergi dariku (berpaling rasa cintanya dariku).
Apakah aku egois? Aku tahu.. tidak seharusnya aku bersikap seperti ini. Akan tetapi, mengetahui bahwa rasa yang dulu pernah ada didalam dirinya kini menghilang.. Bahkan, saat ini dia sama sekali tidak mengingatku.. membuatku merasa sedih dan kecewa.
Hari itu aku begitu terkejut. Dia sama sekali tidak mengenalku. Bagaimana mungkin?
"Apa aku mengenalmu?" tanyanya kembali membuyarkan semua lamunanku
"Maaf kalau boleh tahu, kau ini siapa? Dan kenapa bisa aku sampai mengalami kejadian ini karena dirimu?"
"Apa hubungan kita cukup dekat sehingga aku bisa melakukan ini semua untukmu?"
Jujur.. saat itu aku bingung bagaimana harus merespon perkataannya. Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku ini adalah mantan pacarnya kan? Lagipula, apa bagusnya seorang mantan pacar sehingga membuatnya harus berkorban nyawa demi melindungiku.. kecuali jika dia masih mempunyai perasaan terhadapku sebagai mantannya itu.
Mengingat rumitnya hubungan kami yang sekarang.. dia sudah memiliki Shina dan aku juga seorang single parent.. aku kemudian memilih untuk menjawab pertanyaannya dengan berkata,
"Aku Lena.. juniormu dulu waktu dikampus. Dan kita juga sempat bertetangga di apartemen Royal, sebelum kau pindah.." aku tiba-tiba bingung bagaimana harus melanjutkan perkataanku
"Aku ingin mengucapkan terima kasih. Kalau bukan karena Mas Aris yang menolongku.. mungkin aku yang akan mengalami semua ini. Aku minta maaf karena telah membuatmu.."
"Jadi kita ini teman satu kampus? Juga bertetangga?" potongnya tiba-tiba
"Ii.. I-ya.." jawabku gugup
"Bagaiman bisa kita bertetangga?" tanyanya kembali membuatku terkejut
"Ahh.. Itu.." belum sempat aku menjawabnya, Aris dia tiba-tiba tersenyum.
Aku kembali memasang ekspresi wajah terheran dan bingung.
"Aku tidak tahu, kenapa aku melakukan ini semua untukmu.. Mungkin benar, kau adalah juniorku dikampus dulu.." ucapnya kembali
"Rasanya aneh.. tiba-tiba terbangun dengan kondisi seperti ini dan merasakan sesuatu yang benar-benar baru, seolah kau baru saja terlahir ke dalam dunia ini.."
"Aku bahkan tidak percaya bahwa aku telah menikah dan baru saja dikaruniai seorang anak laki-laki.."
Saat itu, Aris kembali menatapku.
"Maaf.. Aku tidak bermaksud menyudutkanmu dengan berkata seperti ini mengenai kondisiku. Aku benar-benar tidak apa-apa.. Lena. Begitu kan aku seharusnya memanggilmu?"
Aku kemudian mengangguk pelan sambil tersenyum menjawab pertanyaannya.
"Aku tidak apa-apa. Sungguh.. Kau tidak perlu merasa khawatir dan bersalah padaku.."
"Lagipula, sepertinya aku sendiri yang berinisiatif untuk melakukannya. Maksudku, aku sendiri kan yang memutuskan untuk menolongmu waktu itu? Jadi kau bisa menganggapnya seperti itu.."
Saat itu Aris terus menatapku, mungkin dia berusaha membaca ekspresi diwajahku.
"Maaf.. aku tidak pandai menghibur untuk membuatmu merasa tidak cemas atau bersalah atas semua hal yang telah terjadi.."
Aku terus berdiam. Sebenarnya aku bingung bagaimana harus merespon perkataannya. Aku takut nanti dia akan tersadar dan mengingat kembali hubungan kami. Perkataanku yang menyakitkan itu.. Aku tidak ingin membuatnya sedih.
"Aku terlalu membosankan ya?" ucapnya tiba-tiba sambil tersenyum
"Apa aku selalu seperti ini Lena?" tanyanya kembali
"Kalau kau tidak keberatan, bisakah kau menceritakan sedikit hal mengenai diriku dulu?"
Lalu aku pun menceritakan semuanya. Semua hal.. kecuali masalah kedekatan hubungan kami dulu sebagai pasangan kekasih.
Rasanya aneh.. mengenang semua masa lalu kami, tanpa pernah sedikit pun dia tahu mengenai hal itu. Sebisa mungkin aku mencoba bersikap biasa, walaupun itu sulit.. karena Aris yang terus menatapku dan membuatku gugup. Aku tidak tahu kenapa saat itu jantungku berdetak tidak karuan.. hingga pada satu momen, saat itu aku hampir saja menceritakan padanya mengenai kedekatan hubungan kami sebagai pasangan kekasih.. belum sempat aku mengucapkannya, Ryan.. dia tiba-tiba menghubungiku
"Sayang, Shina akan segera menuju ke tempatmu. Sebaiknya kamu pergi dari sana sekarang.." ucap Ryan memperingatkanku
"Ahh, Iya Mas.." jawabku panik
Lalu aku pun berpamitan pada Aris.
"Mas Aris, maaf sepertinya aku harus pergi sekarang.."
"Ada apa? Kenapa terburu-buru sekali Lena?" tanyanya
"Aku baru ingat aku ada urusan.."
"Apa itu karena orang yang barusan menelponmu?" tanyanya kembali
"Mas Ryan.. dia juga baru keluar dari Rumah Sakit ini hari ini. Sama sepertimu, dia juga terluka gara-gara peristiwa itu.."
"Ryan??"
"Iya. Suamiku.." jawabku
Lalu aku pun pergi menuju pintu setelah berpamitan padanya. Aku mempercepat langkah kakiku, berusaha untuk segera keluar dari area tempat itu, sampai akhirnya tiba-tiba.. aku berpapasan dengan Shina diujung jalan, ketika aku akan berbelok menuju ruangan Ryan. Saat itu Shina hanya berjalan melewatiku, tanpa menyapa atau melirikku sedikit pun, seolah dia tidak melihat keberadaanku disana. Padahal sebelumnya, mata kami sempat bertemu ketika aku berbelok.. berjalan menuju ke arahnya.
*Momen saat Ryan dan Shina bertemu, dimana saat itu aku sedang pergi menuju ruangan Aris
"Ada hal penting apa yang ingin kau diskusikan denganku?" tanya Shina tiba-tiba saat dia masuk ke dalam ruangan Ryan
"Bagaimana Aris? Apa dia baik-baik saja? Aku dengar dari perawat katanya dia sudah siuman dari kemarin malam.."
"Aku tahu kau tidak mungkin menyuruhku kemari hanya untuk menanyakan masalah Aris. Katakan apa maumu?" tanya Shina sinis
"Tidak. Aku benar-benar mengkhawatirkannya. Bagaimanapun dia telah menolong Lena.."
"Aris dia baik-baik saja. Selain bekas luka tusukan didadanya sehingga membuatnya dalam kondisi kritis karena kekurangan banyak darah dan menyebabkannya koma selama beberapa hari, semua fungsi tubuhnya berjalan dengan baik.. Setidaknya itu yang kudengar dari dokter tadi malam mengenai kondisinya.. Hingga saat ini dokter masih terus melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk perkembangannya.."
"Syukurlah.." Ryan merasa lega
"Kalau tidak ada hal penting lain yang ingin kau tanyakan, lebih baik aku pergi.. Aris masih membutuhkanku disana.." dan Shina pun berbalik hendak pergi meninggalkan Ryan
"Tunggu dulu Shina.." Ryan tiba-tiba menghentikan langkah Shina dengan memegang tangannya
"Aku.. aku.. sebenarnya ada yang ingin kudiskusikan denganmu." saat itu Ryan terlihat kebingungan mencari topik pembicaraan
"Lena.. benar seperti dugaanmu, Lena masih mencintai Aris.." akhirnya Ryan berhasil memancing Shina untuk tetap berada disana dengan mengangkat topik itu
"Bagaimana penilaianmu terhadap Aris? Apa menurutmu Aris juga masih mencintai Lena?"
"Aris..? Tentu saja dia menolong Lena waktu itu hanya karena rasa kemanusiaannya saja. Aku percaya Aris sudah tidak mencintainya lagi. Aku yakin itu.." bantah Shina
"Apa kau yakin Aris benar-benar mencintaimu?" tanya Ryan kembali, menyangkalnya.
"Kalau kau mengira Aris rela melakukan itu semua karena Lena, kau salah besar Ryan. Sebelumnya dia juga pernah melindungiku.. Bahkan, sampai merelakan dirinya yang tertabrak mobil. Kau ingat kejadian saat aku datang kerumah Pak Hans untuk meminta Lena mendonorkan darahnya pada Aris? Saat itu kau menentangku karena Lena yang tengah hamil.. Waktu itu Aris juga sekarat sama seperti sekarang.. Jadi tidak mungkin dia khusus berkorban demi Lena dalam kasus ini, kalau kau mengerti maksudku.." Shina menjelaskan
"Apa kau yakin sudah memastikannya? Kau sudah yakin Aris benar-benar memiliki perasaan cinta padamu?" tanya Ryan kembali meragukan pernyataan Shina
"Sama seperti dirimu, dulu aku juga sangat yakin bahwa Lena benar-benar mencintaiku, hanya mencintaiku seorang.. hingga tiba-tiba hari itu aku melihatnya sendiri.. Rasa kepeduliannya pada Aris sangat besar dan begitu dalam dibandingkan rasa cintanya padaku.."
"Aku rasa Aris juga begitu.. melihatnya melakukan itu semua demi Lena.. Kau tidak ada disana untuk melihat betapa cepat dan sigapnya dia saat mendorong Lena dan membiarkan dirinya yang terkena hujaman pisau dari Roy. Seolah dia telah mempertimbangkan semuanya dan tidak ingin agar sampai Lena terluka.."
Saat itu Shina mulai terpengaruh. Dia terus berdiam diri mendengar pernyataan dari Ryan, tanpa pernah sedikitpun memotong atau membantahnya.
"Shina aku tidak bermaksud menyudutkanmu disini.. Aku hanya ingin memastikan berdasarkan penilaianmu sebagai istri Aris, apakah Aris masih mencintai Lena atau tidak?" ucap Ryan kembali menjelaskan
"Kalau dia memang masih mencintainya, lalu apa yang akan kau lakukan, hah? Membiarkan mereka agar bisa bersatu??" tanya Shina meledek
"Mungkin.. Mungkin aku akan melakukannya.." jawab Ryan yang membuat Shina terkejut
Saat itu, Shina tiba-tiba maju mendekat pada Ryan dan menempelkan telapak tangannya diatas keningnya.
"Kau sedang tidak sakit kan?" tanya Shina sambil seolah mengukur suhu badan Ryan melalui keningnya
Ryan kemudian menepis tangan Shina.
"Shina, aku serius!! Untuk apa kita berdua hanya menjadi pemeran cadangan disini. Aris tidak mencintaimu, begitupun dengan hubungan Lena dan aku.."
"Ryan apa kau sadar dengan apa yang kau katakan ini?" tanya Shina tak percaya
"Terserah kau kalau kau ingin membiarkan Lena pergi dan menggapai kebahagiaannya sendiri.. tetapi kalau aku, aku tidak akan pernah melepaskan Aris.." ucap Shina menambahkan
Saat itu Shina tiba-tiba tersadar,
"Kau.. apa kau sengaja menahanku disini agar bisa membiarkan Lena berduaan dengan Aris disana?" tanya Shina sinis, tidak senang
Dan Shina pun segera berbalik dan pergi keluar meninggalkan Ryan.
"Shina tunggu.. Shina..!" panggil Ryan
"Shina dengar. Apapun yang terjadi, jangan sampai menyakiti Lena. Aku tidak mau kalau kau sampai menampar atau melakukan tindakan kekerasan apapun padanya.." ucap Ryan sambil mengejar Shina
"Shina..!" ucap Ryan kembali. Kali ini dia berhasil menghentikan langkahnya.
"Baiklah. Aku janji aku tidak akan menyakiti Lena.. tapi kau juga harus berjanji satu hal padaku Ryan. Jangan biarkan hal ini terjadi lagi. Aku tidak suka kau memberikan kesempatan kepada mereka berdua untuk saling bertemu.. Jangan dengan sengaja membiarkan Lena untuk bertemu Aris secara diam-diam seperti ini dibelakangku.."
"Baiklah.." jawab Ryan
Lalu Shina pun pergi meninggalkan Ryan.
*Beberapa saat setelah aku kembali dan masuk ke dalam ruangan Ryan
Saat itu Ryan seperti terkejut melihat kedatanganku. Kemudian dia menghampiriku dan bertanya,
"Bagaimana Aris?" tanyanya padaku
"Dia mengalami amnesia Mas. Dia sama sekali tidak bisa mengingatku.."
"Amnesia??" ucap Ryan terkejut
Padahal yang dia tahu dari Shina kondisi Aris itu baik-baik saja. Ryan mulai berpikir, untuk apa Aris melakukan itu semua padaku? Kenapa dia harus berpura-pura amnesia? pikir Ryan bingung.