Didalam kamar mandi, aku berusaha memikirkan apa yang baru saja terjadi padaku. Aku mencoba menahan tangisku, karena ada Ryan disini.
"Kenapa disaat hubungan kami mulai membaik selalu saja ada masalah yang menghampiri. Mas Ryan.. Apa dia mau menerimaku setelah ini.."
"Ya Tuhan.. aku harus bagaimana? Apa aku harus kembali menjauh darinya?" ucapku membatin
Tanpa terasa air mataku kembali turun dengan sendirinya. Aku kemudian segera menepisnya. Aku tidak mau Mas Ryan melihat mataku yang sembab ini. Dan begitu aku keluar dari kamar mandi, Ryan sudah menungguku didalam kamar.
"Segernya yang habis mandi.. Ahh, seandainya aku bisa langsung lahap kamu sekarang.." ucap Ryan menggodaku
Saat itu aku hanya bisa memaksakan diriku untuk tersenyum.
"Kayaknya harus buru-buru halalin kamu lagi deh Sayang. Biar aku bisa tidur nyenyak lagi tiap malam, dengan meluk guling favoritku itu.."
Ryan terus menggodaku dengan candaan-candaan nakalnya.
"Ahh, iya susu. Susunya kamu minum sekarang aja ya?" ucap Ryan.
Tiba-tiba dia pun keluar kamar dan mengambil kembali susunya
"Diminum ya Sayang? Udah capek-capek aku beliin. Masa dianggurin gitu aja.."
Aku tersenyum mendengarkan perkataan Ryan. Kata-katanya hampir sama seperti ucapanku waktu itu, pada saat aku memintanya untuk menghabiskan teh yang telah kubuat. Aku pun kemudian mengambil susunya dan kembali menaruhnya diatas meja buffet.
"Yah.. Kok gak langsung diminum sih susunya?" ucap Ryan kembali protes
"Aku curiga.. Jangan-jangan kamu taruh sesuatu ya didalam susunya itu Mas, buat ngerjain aku?"
"Iya. Aku taruh obat tidur. Biar pas habis kamu minum susunya terus kamu tertidur, aku bisa nyulik kamu deh ke apartemen buat jadi istriku lagi. Dan kita bisa tinggal bareng kayak dulu lagi sama Oka.." jawab Ryan tersenyum
Entah kenapa, saat Ryan mengungkit soal obat tidur dan menculik, jadi mengingatkanku kembali akan peritiwa tadi. Mendadak moodku pun berubah seketika.
"Mas, maaf. Kepalaku pusing. Apa Mas bisa pulang sekarang? Aku ingin istirahat.."
"Sayang kamu kenapa? Apa kamu sakit?? Biar aku panggilin dokter kesini.."
"Gak usah Mas. Aku gak apa-apa.. Aku cuma capek aja. Aku ingin istirahat.."
"Bener kamu baik-baik saja Sayang?" tanya Ryan kembali cemas
Aku pun mengangguk pelan menjawabnya.
Ryan lalu mendekat kearahku dan menempelkan tangannya didahiku untuk mengecek suhu tubuhku, apakah aku sedang demam.. ternyata tidak.
Dengan berat hati, akhirnya Ryan melangkah menuju pintu depan. Aku pun turut mengantarkannya.
"Kalau ada apa-apa segera telepon aku.." ucap Ryan yang masih terlihat cemas memandangku
Aku mengangguk menjawabnya.
"Makasih ya Mas !" ucapku kembali
Ryan membalasnya tersenyum.
"Oh iya, susunya jangan lupa diminum ya. Buat nambah tenaga. Biar kamu cepat pulih."
"Iya." jawabku
"Jangan lupa diminum sampai habis susunya. Pokoknya harus sampai habis ya?" Ryan kembali memastikanku
Aku kembali mengangguk menjawabnya.
"Kalau kamu gak keberatan Sayang, aku ingin kamu bisa rekam waktu kamu minum susu nanti dan kirim videonya ke aku. Buat mastiin ke aku, kalau kamu sudah meminum susunya sampai habis.."
"Apaan sih.. sampai suruh rekam-rekaman segala. Cuma minum susu aja padahal.." ucapku tidak senang
"Tapi kamu janji sama aku harus beneran dihabisin loh susunya.."
"Iya, Pak Boss.." Kemudian
"Tunggu dulu, aku jadi curiga. Apa jangan-jangan beneran Mas taruh sesuatu ya disusu itu.."
"Gaklah.. Aku gak mungkin taruh yang macam-macam. Apalagi yang membahayakan kamu. Kalau kamu kenapa-kenapa kan aku juga yang repot. Tulang rusukku hilang nanti gimana.. Kamu tahu aku gak bisa hidup tanpa itu.."
"Iya deh. Iya.. Tuan Raja gombal. Mending kamu pulang aja deh sekarang, Mas. Aku gak punya receh buat bayar kamu soalnya.."
"Receh? Aku tuh gak perlu dibayar pake receh Sayang. Cukup pake hati kamu aja.."
"Iya ya terserah.." balasku
Ryan kembali berbalik.
"Kamu yakin kamu gak apa-apa sendirian disini dalam keadaan sakit. Kalau kamu butuh apa-apa nanti gimana. Apa kamu gak mau kalau aku temenin kamu nginep disini?"
"Atau.. kamu aja yang pergi ke apartemen ya? Tinggal bareng aku sama Oka. Aku gak apa-apa kok nanti tidur bareng Oka juga.." ucap Ryan kembali menawarkan
Aku tersenyum.
"Memangnya Mas mau tinggal disini? Disini panas gak ada AC-nya. Ahh, terus juga toiletnya. Mas belum pernah kan ke toiletku sebelumnya. Aku gak yakin Mas bisa menggunakan toilet jongkok disini.."
"Apapun itu asal tinggal bareng kamu, aku siap.. Biar tinggal digubuk sekalipun.."
"Udahlah Mas.. Kalau kamu ngegombal terus nanti gak kelar-kelar sampai besok pagi." balasku
"Sayang, boleh aku memelukmu?" pinta Ryan tiba-tiba
Belum sempat aku mengiyakannya, Ryan langsung memelukku.
"Entah kenapa, aku ngerasa kamu beda dari biasanya. Kamu kalau ada masalah cerita sama aku.."
Saat Ryan berkata seperti itu, tanpa sadar aku langsung mengeluarkan air mataku. Kemudian,
"Sayang kamu nangis?" tanya Ryan kembali sambil menatap mataku
"Gak Mas. Aku gak apa-apa.." aku lalu menghapus air mataku
"Sudah kamu pulang saja. Aku gak apa-apa.."
Ryan tiba-tiba mengecup keningku.
"Kalau gitu aku pulang. Kamu jaga diri kamu baik-baik.."
Aku pun mengangguk mengiyakannya. Dan Ryan pun kemudian pergi. Sesaat setelah Ryan pergi, aku kembali menangis. Aku menangis sejadi-jadinya.
Saat itu Ryan terlihat menghubungi seseorang,
"Aku ingin kau cari tahu apa saja yang terjadi pada istriku seharian ini. Nanti aku kirimkan data-datanya, kau coba cek apa ada masalah yang terjadi dengan Catering Wijaya dengan perusahaan-perusahaan ini.." ucap Ryan pada salah seorang asistennya ditelpon
"Sayang, kau tenang saja. Aku akan berusaha untuk menyelesaikan semua masalahmu, apapun itu.."
Saat itu Ryan tiba-tiba mengingat soal bunga yang ada dikamarku.
"Ah, sial..! Aku lupa menanyakan tentang bunganya. Tapi, kalau aku menanyakannya, apa Lena akan menceritakannya padaku? Seharusnya tadi kufoto dulu bunganya.." ucap Ryan kesal
Ryan kembali menghubungi seseorang. Kali ini dia menyuruh orang tersebut untuk memasang kamera cctv di sekitar kawasan rumahku.
Ditempat lain di Rumah Sakit, Shina baru saja berjuang untuk melahirkan anak pertamanya dengan Aris. Kali ini segala sesuatunya berjalan dengan baik. Bahkan, kali ini dia melakukan persalinan secara normal. Meskipun, tidak ada Aris yang menemani selama prosesnya, tetapi dia melakukannya dangan baik dan lancar, tanpa ada masalah.
Seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3 kg dan tinggi 50,7 cm bernama Arsy Nugroho telah lahir secara normal sekitar pukul 2:45 WIB. Arsy diambil dari nama Aris dan Shina, sedangkan Nugroho diambil dari nama belakang Aris.
Saat itu Shina begitu kecewa, Aris tidak menemani dirinya ketika dia harus menjalani semua proses sulit itu. Bahkan yang lebih menyayat hati, ketika dia tahu saat itu Aris sepertinya sedang mencariku, mantan pacar yang mungkin sampai saat ini masih dicintainya. Shina mengetahui hal ini dari Rani, ketika dia menanyakan tentang Aris sebelumnya. Rani mengatakan bahwa Ayahnya tadi sempat menghubunginya untuk menanyakan nomor handphoneku.
"Kau baik-baik saja?" tanya Lucy begitu dia melihat ekspresi menyedihkan dari wajah Shina
Shina hanya terdiam, tidak menjawabnya. Dirinya masih memasang ekspresi kecewanya saat itu.
"Mungkin dia ada urusan penting dengan pekerjaannya, sehingga dia datang terlambat kemari. Kau tenang saja, dia pasti akan datang menemuimu.." Lucy berupaya menenangkan Shina
Dan, tak lama dari itu pun Aris kemudian muncul.
"Shina maafkan aku.. Apa semuanya baik-baik saja?" Aris terlihat panik dan kelelahan
"Lucy, bisa kau keluar sebentar? Ada yang ingin ku bicarakan berdua dengannya.."
Lucy pun lalu keluar. Namun sebelum itu, Shina kembali berkata padanya
"Kau ajaklah Rani jalan-jalan sebentar. Ada sesuatu yang harus ku selesaikan dengannya. Untuk sementara jangan biarkan Rani datang mendekat kemari." ucap Shina melanjutkan