*Flashback saat Ryan meninggalkanku waktu itu (baca Bab Perpisahan Kami)
Ryan terus memegang tangan Shina dan membawanya ke lantai basement untuk mengambil mobilnya disana. Dan ketika mereka telah sampai, Ryan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia melepaskan tangan Shina lalu menangis. Ryan terus menangisi keputusannya yang terpaksa harus meninggalkanku saat itu. Shina pun kembali menenangkannya dengan memeluknya.
"Kalau kau memang menyesal, kau bisa kembali ke atas sekarang.. Aku tahu kau tidak benar-benar ingin meninggalkannya disana."
Ryan tidak menjawabnya. Dia terus saja menangis dipelukan Shina. Shina kemudian mengemudikan mobil Ryan dan membawanya menuju Villanya di Puncak.
Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak saling berbicara. Ryan terus memandang ke arah jendela, tatapannya kosong. Sementara Shina, dia fokus mengendarai mobilnya. Dan setibanya mereka di Villa, Shina terus memandangi Ryan yang masih terlihat seperti sedang melamun.
"Sayang sekali, kita sudah berada disini sekarang. Tidak ada jalan untuk kembali lagi ke belakang.." ucap Shina
Namun, saat itu.. Ryan dia tiba-tiba berkata
"Aku tidak bisa seperti ini. Aku harus pergi.. Aku harus pergi meninggalkan tempat (kota/negara) ini.."
"Kau mau kemana? Planet Mars??" tanya Shina meledek
"Shina.. antarkan aku ke bandara sekarang. Kumohon.."
Shina tersenyun sinis. Itu pertama kalinya Ryan membuat permohonan padanya. Seperti yang kalian tahu, selama ini Ryan hanya menganggap Shina hanya sebagai pembuat onar dan masalah.. Jika memohon pun, pasti itu karena Shina yang terlebih dahulu membuat kondisi atau situasinya menjadi rumit.. tapi kali ini berbeda. Ryan terlihat memohon sungguh-sungguh padanya.
"Apa kau benar-benar yakin dengan keputusanmu?" Shina kembali memastikan
"Meskipun aku tahu kau melakukan semua ini untukku.. tapi entah kenapa aku merasa sebenarnya kau justru lebih memilih melakukan semua ini demi Lena dibanding aku.."
Saat itu Shina, dia tiba-tiba menghadap ke arah Ryan sambil berkata kembali padanya
"Ryan, aku tahu.. aku mendengarnya dari Lena bahwa kau memilih untuk menceraikannya karena kau tidak ingin aku diusir secara paksa oleh ibumu dari industri ini. Tidak hanya memilih untuk menceraikan istrimu, tatapi kau juga sampai mengirimiku semua hadiah-hadiah itu, bahkan juga bodyguard.. Sebenarnya apa maksud kau melakukan semua ini?"
"Apa karena masalah Rani?"
Saat itu Ryan terkejut. Apa mungkin Shina sudah tahu kalau Rani bukan anak kandungnya..
"Apa karena kau merasa bersalah padaku dan juga anakmu Rani jadi kau memilih untuk menebus semua perasaan bersalahmu dimasa lalu dengan melakukan semua tindakan ini pada kami?"
"Shina dengar, aku.."
"Aku tidak peduli!! Terserah kau mau menceraikan Lena atau tidak, itu bukan urusanku. Hanya saja aku tidak suka melihatmu yang seolah memanfaakanku disini demi memperumit keadaan rumah tangga kalian."
"Apa kau sengaja melakukan semua ini karena ingin melepaskan diri dari Lena?" tanya Shina sinis kembali pada Ryan
Saat itu Ryan tidak tahu kalau Shina berpikiran seperti itu padanya. Hingga tiba-tiba ketika dia akan menjelaskan
"Shina aku.."
*Plakkk (Shina menampar Ryan)
"Tidak hanya si bodoh itu, tapi juga kau Ryan.. Kenapa kalian senang sekali mempermainkanku seperti ini.."
Shina tiba-tiba menangis sambil menutup kedua matanya menggunakan tangan.
"Kenapa aku harus bertemu dengan pria brengsek seperti kalian dihidupku.."
"Apa ini kutukan keluargaku? Ayahku seorang bandar judi.. ibuku seorang pelacur.. sehingga aku harus menerima takdir kehidupan yang mengerikan seperti ini.." Shina masih saja menangis
"Tidak Shina. Tidak seperti itu. Kau berbeda dengan mereka. Kau itu spesial.." Ryan lalu memeluk Shina dan menenangkannya
"Aku akui aku memang pria brengsek.. Kau seharusnya tidak bertemu denganku.."
Ryan akhirnya menceritakan pada Shina, momen pada saat mereka pertama kali bertemu dan Ryan langsung jatuh cinta padanya.
"Saat itu, untuk pertama kalinya.. aku melihat seorang wanita yang sangat berbeda dari kebanyakan wanita yang berada disekelilingku. Bagai mutiara yang berada di dalam kubangan lumpur.. Ya, dia sespesial itu dulu.."
"Tidak seperti wanita-wanita pada umumnya yang sengaja berusaha melakukan sesuatu agar mereka bisa dekat denganku karena mereka tahu aku seorang anak pejabat. Wanita itu berbeda.. Dia menolak ketika aku mengulurkan tangan untuk membantunya. Bahkan lebih dari itu, dia memandangku dengan tatapan sinis ketika aku hendak menolongnya.." Ryan mengingat kejadian itu sambil tersenyum
"Kau tidak tahu bagaimana perjuanganku setiap hari yang terus menerus menunggumu di bar itu.."
"Mungkin kau tidak tahu, tapi kau satu-satunya wanita waktu itu yang menolak semua hadiah mewah pemberian dariku.."
Saat itu Shina melepaskan pelukan Ryan dan berusaha memandangnya (menatap matanya dengan jelas)
"Shina, aku ingin kau tahu bahwa kau itu spesial. Tidak peduli bagaimana orang tuamu, tapi kau adalah kau. Aku menyukai karaktermu yang kuat, mandiri, dan pemberani. Kau tidak suka menerima bantuan dari orang lain dan lebih suka melakukan semuanya sendiri dengan caramu.. Aku menyukai dirimu yang seperti itu.."
"Itulah mengapa pada saat Mama menjodohkanku waktu itu dengan Lena, aku melihat sebagian sifatnya itu mirip denganmu.."
"Bisa kau bayangkan, dia berani memberikanku nomor telpon palsu saat kita pertama kali bertemu. Saat itu aku tahu dirinya memang tidak ingin dijodohkan denganku. Semua itu terpancar jelas dari wajahnya.. Wajahnya yang polos sama seperti dirimu.."
Saat itu Shina, sepertinya dia tidak suka mendengarkan Ryan tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan (menjadi menceritakan tentang diriku), hingga kemudian dia
"Kalau kau memang benar-benar menganggapku spesial, bisakah aku memintamu untuk membuktikannya?" pinta Shina tiba-tiba pada Ryan
"Aku ingin kau menciumku sekarang.." lanjut Shina yang membuat Ryan terkejut
"Kenapa? Kau merasa jijik padaku?"
Shina lalu tersenyum sinis.
"Inilah sosokku yang sebenarnya. Aku adalah seorang jalang. Seperti yang Mamamu sering katakan, bahwa anak dari seorang pelacur pasti akan menjadi jalang juga seperti ibunya.. Aku.. sangat jauh berbeda dengan istrimu Lena yang suci itu. Aku.."
Tiba-tiba saja Ryan langsung mencium Shina dan membuat Shina terkejut. Shina lalu mengeluarkan air matanya saat itu. Ternyata Ryan benar-benar melakukannya. Ryan berbeda dengan pria brengsek yang dilabelinya selama ini, dia terlihat tulus saat melakukan itu (untuk menghilangkan perasaan insecure yang dirasakan oleh Shina).
Beberapa saat setelah kejadian itu, Aris menghubungi Shina tetapi tidak dijawab. Kemudian, dia menghubungi Ryan. Sama seperti Shina, Ryan juga tidak menjawabnya. Lalu dia mengirimi sms pada Ryan,
"Kalau kau tidak mau aku melaporkanmu pada polisi, cepat kembalikan istriku ke apartemen ini sekarang !"
Namun ternyata pada saat itu Shina yang langsung membaca pesan darinya. Shina lalu tersenyum. Kemudian,
"Sebaiknya aku kembali ke apartemen sekarang atau kau akan berada dalam masalah nanti.." ucap Shina sambil masih tersenyum melihat ponsel Ryan
"Terima kasih Ryan.. Berkatmu aku jadi sedikit menemukan rasa kepercayaan diriku lagi.."
"Mungkin aku sedikit beruntung mempunyai mantan seperti dirimu.. Meskipun kau pria brengsek karena pernah menelantarkan aku dan Rani dulu, tapi aku menghargai pengorbananmu yang sekarang untuk karirku.."
"Mungkin.. ini saatnya bagiku untuk pensiun dari dunia hiburan. Maaf atas masalah perceraianmu dengan Lena. Dan aku harap kau tidak menyesal dan menyalahkanku karena telah mengambil keputusan seperti itu.."
Ryan hanya terdiam tidak menjawab Shina.
"Kau tidak jadi ke bandara, biar kuantar ?" tanya Shina kembali yang tidak juga direspon oleh Ryan
"Kalau kau membutuhkan bantuan apapun dariku, kau bisa menghubungiku.." ucap Shina menambahkan
Lalu,
"Ryan dengar.. masalah kita waktu itu.. Aku dan Rani, kami telah ikhlas menerima keadaan kami yang sekarang. Kau tidak perlu lagi melakukan pengorbanan apapun demi kami. Dan aku juga tidak akan menuntutmu atau mengancammu kali ini.."
"Aku minta maaf, kalau dulu aku sempat membuat hidupmu dan Lena menderita.. Aku harap kita bisa menjalin hubungan baik tanpa ada rasa dendam apapun.."
"Sekali lagi terima kasih Ryan.." ucap Shina tersenyum dan diapun lalu keluar kamar meninggalkan Ryan sendirian disana
Semenjak hari itu, hubungan Shina dan Aris menjadi membaik. Shina mau mengikuti Aris pindah kerumah kontrakannya, yang mungkin untuk level Shina rumah itu terkesan biasa saja atau standar (jauh dari kriteria rumah idamannya).. Begitupun dengan Rani, Rani juga sudah mulai terbiasa dan menyukai hidup disana.
Hubungan Rani dan Oka memburuk, seiring dengan perceraian yang terjadi antara aku dan Ryan. Sementara dibalik itu, hubungan Ryan dan Shina justru membaik.
Semenjak hari itu, Ryan jadi semakin respect padanya. Kapanpun Shina menelpon dan membutuhkan bantuan, dia pasti selalu akan datang dan berada disisinya.
Ironi, disaat rumah tangga kami hancur berantakan, tapi hubungan Ryan dan Shina mantannya justru membaik. Bahkan seperti saat ini, Shina menelpon dan Ryan langsung datang menghampirinya. Entah apa yang dibicarakan oleh Shina pada Ryan ditelpon saat itu, tapi seolah Shina telah menggantikan posisiku dihati Ryan.
Semoga saja tidak. Dan aku berharap kesempatan kedua bagi kami masih ada.. karena aku masih membutuhkan (mencintai) Ryan.
Aku menyadarinya setelah perpisahan kami waktu itu. Semua orang mengatakan bahwa dia tidak benar-benar melakukannya (ingin menceraikanku). Dan setelah kejadian di hari ulang tahunku saat Ryan menjelaskan semuanya, aku sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan besar dengan memilih untuk meninggalkanku. Dia terlihat begitu menyesali keputusannya. Mungkin ada baiknya aku memberinya kesempatan kedua..
Pagi itu setelah Oka berangkat sekolah, aku pergi ke makam Papa. Aku kemudian menceritakan semua keinginanku untuk bisa kembali lagi bersama dengan Ryan. Sesuai dengan amanat Papa, waktu itu Papa pernah memintaku berjanji untuk tidak berpisah dengan Ryan.
"Pa.. Maafkan Lena. Lena baru bisa memenuhi janji Lena untuk tetap bersama dengan Ryan sekarang.. Ryan meminta Lena untuk rujuk. Papa pasti tidak keberatan jika Lena menuruti keinginannya kan?" ucapku berbicara dimakam Papa
"Pa.. Lena minta ijin sama Papa untuk bisa memulai kembali semuanya dari awal dengan Mas Ryan. Seandainya Papa disini, Papa mungkin akan merestui kami.." ucapku kembali sambil mengeluarkan air mata
Setelah pulang dari makam, aku memutuskan untuk pulang ke rumahku. Saat itu aku memilih untuk naik transportasi umum bus trans untuk menghemat pengeluaran. Ya, semenjak berpisah dari Ryan, aku jarang menggunakan transportasi online atau taksi. Aku jadi sedikit perhitungan untuk masalah biaya pengeluaran dan lain-lain. Sebab aku bukanlah Lena yang dulu, yang hidupnya serba berkecukupan bahkan lebih.
Namun tidak disangka, didalam bus aku bertemu dengan Aris. Dia melihatku, tetapi tidak berusaha untuk menyapaku. Posisi bus saat itu sedang ramai. Aku berdiri dan dia duduk dengan posisi kami berdua yang tidak terlalu berjauhan.
Beberapa halte tempat pemberhentian terlewati, hingga akhirnya ketika bangku di sebelah Aris kosong, seseorang kemudian menyuruhku untuk duduk disampingnya.