Chereads / My New Neighbour / Chapter 205 - Kemunculan Roy (Kembali)

Chapter 205 - Kemunculan Roy (Kembali)

Saat itu aku ragu untuk melangkah dan duduk disamping Aris. Kemudian Aris, yang seolah tahu mengenai hal itu tiba-tiba saja berdiri dan berjalan mendekat ke arahku. Saat itu aku sempat terkejut. Aku pikir, untuk apa dia datang mendekat kemari. Kemudian,

"Aaa.. Aaaaa.. Aaaw.. Aaaww.." suara ringisan seorang bapak-bapak yang berdiri tepat dibelakangku.

"Kembalikan dompetnya!" ucap Aris membentak sambil meremas tangan bapak itu

Aku pun kemudian menoleh ke arah bapak tadi. Dan bapak itu pun langsung menyerahkan dompetku yang sempat dicurinya, tanpa aku sadari. Orang-orang di dalam bus menjadi heboh. Mereka ingin memukul (menghakimi) bapak pencuri itu, tapi Aris kemudian melarangnya.

"Sudah.. Sudah.. Jangan memukulnya. Jangan main hakim sendiri! Kita tidak berhak memberikan hukuman pada bapak ini. Biarkan pihak berwajib yang mengurusnya nanti."

"Ibu, mohon periksa dompetnya. Apa ada uang atau barang-barang lain yang hilang atau dicuri?" ucap Aris yang membuatku terkejut

Sungguh aku tidak menyangka bahwa Aris akan memanggilku dengan sebutan formal "Ibu", tanpa memanggil namaku.

"Apa ada yang hilang?" tanyanya kembali yang membuatku tersadar

Aku pun kemudian memeriksanya, lalu menggeleng seraya menjawab, "Tidak.."

Setelah melakukan hal itu, Aris langsung turun di pemberhentian berikutnya dengan turut serta membawa bapak pencuri tadi. Aku bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih padanya.

Aku yang tiba-tiba tersadar, langsung ikut turun ditempat itu juga.

"Saya tidak akan membawa bapak ke kantor polisi, tapi saya ingin bapak berjanji untuk tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi.." ucap Aris pada bapak tersebut

Bapak tersebut kemudian terharu. Sambil mengeluarkan air matanya, dia kemudian berkata pada Aris

"Terima kasih Pak. Terima kasih sudah mau memaafkan saya dan tidak melaporkan saya ke polisi.."

"Saya juga kalau tidak kepepet, tidak akan melakukan hal ini.. Istri saya sakit keras. Saya butuh biaya untuk pengobatannya.." ucap bapak itu mengadu pada Aris sambil menangis

Tanpa berkata-kata, Aris kemudian memberikan bapak tersebut sejumlah uang.

"Pak ini..?" bapak tersebut merasa enggan untuk menerima uang itu

"Itu untuk biaya berobat istri bapak. Mohon diterima.."

"tapi Pak.."

"Sudah Pak, diterima saja.." ucapku yang membuat Aris dan bapak tersebut terkejut melihat kedatanganku.

Lalu bapak itu pun segera menghampiriku dan meminta maaf.

"Maafkan saya Bu. Saya hampir saja berbuat hal tercela dengan mencuri dompet ibu.. Saya benar-benar malu dan menyesal.." ucap bapak itu sambil menangis

"Iya pak. Sudah. Lain kali jangan diulangi ya? Lebih baik bapak mencari pekerjaan daripada harus mencuri seperti tadi kan.."

Aku pun kemudian ikut memberikan sedikit uang pada bapak itu.

"Ini untuk biaya tambahan berobat istri bapak. Saya doakan semoga istri bapak cepat pulih dari sakitnya dan bapak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.."

"Aamiiin.. Terima kasih Bu."

"Kalau begitu saya pamit dulu Bu.. Pak.." ucap bapak tersebut sambil menganggukkan kepalanya berpamitan padaku dan juga Aris.

Dan beberapa saat setelah bapak itu pergi,

"Hmm.. Tadi itu saya belum sempat mengucapkan terima kasih pada bapak karena telah menolong saya. Terima kasih ya Pak! Kalau tidak ada bapak, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya, tanpa adanya dompet saya itu.." ucapku sambil tersenyum, seraya meledek Aris yang sebelumnya juga berbicara secara formal padaku

Aris yang mendengarku berkata seperti itu padanya tiba-tiba ikut tersenyum. Lalu, kami berdua pun tertawa bersama.

"Habis Mas Aris duluan yang memanggilku dengan sebutan ibu. Jadi tidak masalah dong, kalau aku memanggil Mas Aris juga dengan sebutan bapak?" ucapku padanya

Sambil masih tersenyum, Aris menjawab

"Tadi itu, aku hanya.." Aris tiba-tiba tidak melanjutkan kata-katanya

"Oh iya Lena, sekarang kau tinggal dimana?" tanyanya kembali

Sesaat kemudian dia,

"Ahh..Kau tidak perlu menjawabnya. Aku tahu, kau mungkin berpikir aku menanyaimu hal ini agar aku bisa kembali tinggal ditempat yang sama denganmu.. karena aku masih menginginkan hubungan kita bisa kembali dekat seperti dulu.."

"Tidak. Aku tidak berpikiran seperti itu kok Mas Aris.." jawabku berbohong. Padahal memang benar seperti dugaannya. Aku benar-benar terkejut saat dia mananyakan alamat tempat tinggalku tadi.

"Tapi tidak apa Lena. Kau tidak perlu menjawabnya.." ucapnya kembali

"Kalau Mas Aris sendiri. Sepertinya kalian juga sudah pindah dari apartemen Royal kan? Kalian pindah kemana?" tanyaku kembali

"Kami pindah ke rumah kontrakkan yang lokasinya dekat dengan pembangunan konstruksi tempat proyekku dilapangan.."

"Ngomong-ngomong.. Kau tidak apa-apa ikut turun disini Lena? Apa tempat tinggalmu juga didaerah sini?" tanya Aris kembali

Saat itu aku hanya menjawabnya tersenyum. Hingga kemudian,

"Lena.. Aris.." sapa seorang laki-laki  terheran melihat kami dari kejauhan

Dan begitu dia mendekat. Aku terkejut mendapati bahwa orang itu Roy.

Mungkin kalian tidak tahu, saat ini Roy dia baru saja bebas dari rumah tahanan atau mungkin pusat tempat rehabilitasi, entahlah.. Tapi dulu dia sempat terjerat kasus narkoba. Sebenarnya itu ulahnya Ryan. Dia yang menyuruh temannya yang polisi untuk mengaturnya agar Roy bisa menjauh dari kehidupan kami (pada saat masalah Roy yang dengan sengaja membuat hubunganku, Ryan, dan Aris sempat memanas beberapa waktu dulu (baca bab Rasa Cinta itu (Masih) Ada)).

"Kalian berdua bagaimana bisa terlihat bebas bersama seperti ini? Lena, dimana Ryan?" tanyanya kembali yang membuat ekspresi Aris berubah menjadi tidak senang ketika memandanginya.

Saat itu Aris, dia tiba-tiba menarik tanganku dan mengajakku untuk berjalan cepat meninggalkannya. Dia terus menggenggam tanganku dan mempercepat langkah kami berjalan untuk bisa menjauh dari Roy, tetapi sia-sia. Hingga Roy kembali berkata padanya,

"Hey Aris, apa kau sudah bercerai dengan Shina, hah?" tanya Roy kembali yang membuat Aris menjadi jengkel.

Lalu tiba-tiba Aris berbalik dan

*bughh (Aris menghajar Roy)

Aku begitu terkejut saat itu.

"Hey, apa masalahmu? Aku kan hanya bertanya?" ucap Roy tidak senang sambil memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah ketika dihajar oleh Aris tadi.

Saat itu Aris tidak menjawabnya, tetapi langsung memegang tanganku kembali dan membawaku menjauh dari tempat itu.

Kita terus berjalan menjauh beberapa lamanya, hingga akhirnya Aris yang tiba-tiba tersadar, lalu melepas tanganku

"Maaf.." ucapnya seraya melapaskan genggaman tangannya yang memegangiku erat

Aris tiba-tiba mengatur nafasnya dan kemudian,

"Lebih baik kau menghindar darinya. Dia itu orang yang sangat berbahaya Lena.. Kita tidak tahu apa yang ada didalam hati dan pikirannya.."

"Aku tidak ingin dia mengetahui kondisi kita yang sekarang ini (aku yang sudah bercerai dengan Mas Ryan, serta kita berempat yang sudah tinggal terpisah, tidak di apartemen itu lagi).."

"Kalau kau bertemu dengannya, segeralah menghindar. Kau bisa menghubungiku atau polisi.." Aris kemudian menghentikan kata-katanya

"Maksudku kau bisa menghubungi Ryan juga polisi.."

"Dia itu orang yang sangat berbahaya Lena. Aku khawatir karena kau sedang tidak bersama Ryan saat ini.." ucap Aris kembali

"Tenang saja Mas Aris. Aku bisa menjaga diri. Aku tahu Roy bukan orang baik, tapi aku yakin dia tidak akan berani berbuat macam-macam padaku.."

"Kau tidak mengerti masalahnya disini. Kalau seandainya Roy tahu saat ini kau sudah bercerai dengan Ryan, maka dia akan.."

Aris tiba-tiba menghentikan kata-katanya karena melihat Ryan yang datang mendekat ke arah kami.