Semenjak hari itu, beberapa hari setelahnya aku tidak pernah lagi bertemu dengan Ryan. Mungkin aku sedikit menyesalinya. Seandainya kami berbicara waktu itu dan aku mau memaafkannya, mungkin keadaan kami akan berbeda. Aku bisa saja kembali padanya seperti dulu.
Saat itu aku berpikir bahwa selama ini aku selalu bergantung pada Ryan. Iya, memang benar. Sifatku itu memang seperti itu. Apabila aku sudah merasa nyaman dan dekat dengan seseorang, maka aku akan selalu bergantung padanya (selalu membutuhkannya). Tidak peduli jika dia melakukan kesalahan apapun, aku pasti akan selalu memaafkannya dan menerimanya kembali. Karena aku merasa bahwa setiap orang yang bisa dekat denganku adalah orang yang sangat spesial. Aku takut jika suatu saat nanti aku harus kehilangan mereka dihidupku.
Selama aku menjalani rumah tanggaku dengan Ryan, aku senang.. Ryan dia lebih banyak dan senang untuk menghabiskan waktunya denganku dibandingkan hal lain atau mengurusi pekerjaannya. Itulah mengapa dulu aku selalu bersikap manja, ketergantungan, dan sedikit jual mahal padanya.. karena aku tahu dia akan selalu mengejarku (membutuhkanku).
Tetapi sepertinya pada saat ulang tahunku waktu itu, sikapnya berubah. Dia tidak lagi mengejarku seperti dulu. Entah karena perasaan bersalahnya atau apa, tapi aku jadi merindukan sifatnya yang dulu (Ryan yang bucin).. Dia yang selalu mengejar, membujuk, serta merayuku dengan semua gombalannya agar aku mau memaafkannya dan kembali padanya.
Aku sadar keadaan kami sekarang telah berubah. Kami telah berpisah. Tidak mungkin bagiku untuk memintanya merubah sifatnya itu terhadapku.
Tidak hanya Ryan, tapi aku juga mengalami perubahan. Semenjak perpisahan dengannya, aku merasa bahwa aku sudah sedikit lebih mandiri (tidak ketergantungan lagi padanya atau orang lain). Ya, perpisahan membuatku tersadar dan merubah sikapku menjadi dewasa. Hanya saja.. semua dinding pertahanan yang sudah kubangun itu, hampir saja runtuh seketika.. ketika Ryan mengatakan semua itu kemarin (alasan saat dia pergi meninggalkanku waktu itu). Bahkan, aku hampir saja kehilangan akal dan berniat kembali untuk mengejarnya, tetapi tidak aku lakukan. Aku kembali berpikir mungkin takdir kebersamaan kami hanya sampai disini. Dan aku mencoba menerima semuanya kembali (perpisahan kami).
Semenjak hari itu, aku tidak takut lagi mengunjungi Oka di apartemen. Aku terbilang cukup sering mengunjunginya disini, bahkan sampai menginap. Mungkin seminggu bisa dua kali atau lebih aku mengunjunginya disini.
Aku berharap seandainya aku bisa bertemu dengan Ryan, aku ingin sekali berbicara padanya.. Setidaknya membuat hubungan kami tidak buruk seperti kemarin. Walaupun berpisah, tetapi kita tetap harus menjaga hubungan baik.. demi Oka. Kasihan anakku, dia terlihat begitu sedih kemarin saat peristiwa itu terjadi.
Pagi itu, ketika aku sedang membuat sarapan untuk Oka, aku mendengar seseorang membunyikan bel pintu. Sontak aku pun terkejut. Kalian tahu aku sangat berharap bahwa itu dia. Akan tetapi, ketika aku membukakan pintu
"Mas Heru?" sapaku terkejut
"Lena.. lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu? Apa sekarang kau memutuskan untuk tinggal kembali disini?" tanya Heru padaku
Saat itu aku menjawabnya dengan tersenyum. Mataku terus menantikan seseorang yang kehadirannya sangat kuharapkan bisa muncul di balik sosok Heru. Heru yang menyadari hal itu pun kemudian,
"Ryan tidak ikut kemari. Dia ada dirumahnya.." lanjut Heru berkata, seolah menjawab pertanyaanku.
Walaupun aku sudah mempersiapkan diri untuk menjaga hubungan baik dengan Ryan.. Aku sangat penasaran ingin menanyakan kabarnya langsung pada Heru, tetapi tidak jadi kulakukan.. hingga akhirnya Heru
"Kalau kau mau mengunjunginya, Ryan pasti akan senang sekali.."
Melihat respon ku yang terus berdiam diri membuat Heru kembali meralat perkataannya,
"Ah, Maaf.. Aku tidak bermaksud merusak moodmu pagi ini Lena dengan berkata seperti itu. Aku hanya ingin.."
"Tidak apa-apa Mas Heru.." balasku memotong perkataannya
"Aku kesini untuk mengambil barang-barang Ryan.. Dia merasa tidak nyaman, jika kau datang kemari lalu melihat semua itu (barang-barang miliknya).."
Jujur, saat mendengar itu aku tiba-tiba ingin menangis. Maksudku, Ryan.. dia benar-benar ingin membereskan semua barang-barangnya itu dari sini. Apa dia ingin menghilangkan jejak bahwa dia dulu pernah tinggal disini?
Aku yang takut tidak bisa membendung semua air mataku itu langsung masuk kedalam menuju kamar mandi dan meninggalkan Heru sendirian disana. Aku begitu sedih. Aku melampiaskan semua emosiku dengan menangis didalam sana.
"Lena.." sapa Heru kembali sambil mengetuk pintu kamar mandi
"Tidak apa-apa kan kalau aku masuk kedalam kamar kalian dan membereskan semua barang-barangnya?" tanya Heru meminta izin
"Ya Mas. Masuk saja.. Maaf, tidak bisa membantumu ikut membereskannya. Aku harus menyelesaikan urusanku disini.." jawabku berusaha senormal mungkin agar Heru tidak tahu bahwa saat itu aku sedang menangis didalam sana
Dan Heru pun langsung masuk kedalam kamar kami dan membereskan semuanya.
Saat itu Oka terbangun dan terkejut melihat Heru yang berada didalam kamar sedang membereskan pakaian-pakaian Ryan didalam kopor.
"Om..?"
"Ngapain beresin pakaian Papa? Papa mana?" tanya Oka heran
Heru pun lalu menceritakan semuanya pada Oka. Oka yang tidak senang mendapat penjelasan dari Heru, langsung menghubungi Papanya.
"Pa.." sapa Oka ketika telponnya mulai terhubung
"Papa ngapain mindahin semua baju dan barang-barang Papa dari sini?"
Saat itu Ryan, dia tidak menjawab pertanyaan Oka, tapi malah menanyakanku.
"Mamamu ada?" tanya Ryan
"Ada. Sedang masak didapur.. Papa mau bicara?" tanya Oka
"Tidak usah. Jangan berikan teleponnya ke Mamamu! Aku tidak ingin membuatnya semakin membenciku nanti.."
"Pa, Mama itu udah gak benci Papa. Kalau dia benci Papa ngapain dia sering main kemari, bahkan sampai nginep.."
"Karena dia tahu Papa tidak akan datang kesana, makanya dia berani menginap.."
"Nggak Pa.. Nggak kayak gitu. Mama.. malam-malam Oka sering lihat Mama mandangin foto Papa sambil menangis (Oka berbohong). Kasihan Mama Pa.. Mama sebetulnya mau kembali lagi sama Papa, tapi gengsi aja buat ngomongnya."
"Sudahlah.. Kamu tidak usah berbohong seperti itu untuk menyatukan kami berdua. Mamamu malah semakin membenciku nanti.." Ryan tahu Oka berbohong.
"Tapi Pa.."
"Sudah. Papa tutup telponnya. Kamu jaga Mamamu yang bener.."
"Paa.." ucap Oka setengah berteriak
"Kenapa lagi?"
"Mama.."
"Kamu mau buat alasan apalagi kali ini, hah?" tanya Ryan tidak senang pada anaknya
"Mama jatuh dikamar mandi.." Oka berbohong
"Apa?!!" Ryan terkejut
"Papa cepetan kemari.." dan Oka pun lalu menutup telponnya.
Sebenarnya Oka diberi tahu Heru tadi, kalau Ryan ada di mobilnya di basement. Bahkan, Heru tadi yang menyuruh Oka untuk berbohong seperti itu agar Ryan mau datang kemari.
Tidak sampai 5 menit kemudian, Ryan langsung muncul di unit kami. Dalam keadaan panik seperti itu, dia langsung membuka pintu dan
"Sayang.." ucap Ryan panik seraya masuk mencariku ke dalam ruangan
Aku yang mendengar suaranya pun terkejut dan langsung keluar dari kamar mandi untuk memastikan bahwa memang benar dia yang memanggilku.
Saat keluar dari kamar mandi, Ryan terkejut melihatku yang baik-baik saja berdiri dihadapannya. Sesaat kemudian dia lalu diam mematung. Oka tiba-tiba keluar dari kamar
"Mumpung sudah saling bertemu, lebih baik kalian berdua bicara.."
"Pa, bilang ke Mama kalau Papa ingin kembali lagi bersama dengannya.."
"Mama juga.. jangan cuekin Papa lagi kayak waktu itu ya Ma? Kasihan Papa.."
"Apa Mama tahu, Papa tadi rela buru-buru datang kemari karena khawatir mendengar Mama yang jatuh dikamar mandi.."
"Belum sampai 5 menit Oka menutup telpon, tapi Papa sudah muncul disini. Bisa Mama bayangin seberapa besar rasa sayang dan cinta Papa ke Mama? Mama bisa lihat itu semua dengan melihat ekspresi wajah Papa yang terkejut, khawatir, dan shock memandang Mama sekarang.."
"Oka tahu Oka egois jika meminta kalian berdua untuk bisa rujuk kembali.. Oka melakukan eksperimen kecil ini untuk membuktikan bahwa perasaan cinta dan sayang kalian berdua itu masih ada sampai sekarang.."
"Oka harap Papa dan Mama bisa menuntaskan segala kesalahpahaman yang terjadi selama hampir setengah tahun lebih itu.."
"Walaupun kalian berdua memutuskan untuk tetap berpisah seperti ini, tapi Oka harap hubungan Papa dan Mama bisa jadi lebih baik.. Mama tidak perlu lagi bersembunyi dan menghindari Papa. Begitu pun dengan Papa, tidak perlu segan dan takut lagi untuk berbicara dengan Mama.."
"Kalau begitu Oka dan Om Heru akan keluar agar kalian berdua bisa berbicara dengan leluasa disini. Ayo Om.." ajak Oka pada Heru
Ketika dia berjalan menuju pintu dan melewati Papanya,
"Pa, Papa harus ngomongin semuanya ke Mama.." ucap Oka memberi semangat pada Papanya
"Ini semua idenya Om Heru. Jadi Papa gak usah ngancem-ngancem dia lagi dengan ngurangin jatah gajinya bulan depan.." lanjut Oka berbisik memberitahu Ryan
Lalu Oka dan Heru pun pergi meninggalkan kami berdua disana.