Saat itu ketika Oka akan berjalan membuka pintu depan, aku menghalanginya. Aku takut itu Mas Ryan yang datang kemari karena mengetahui aku yang berulang tahun hari ini, jadi dia sengaja datang kemari.
"Jangan dibuka..!" responku membuat Oka terkejut
"Jangan dibuka Oka.."
"Tapi Ma.. Mungkin itu abang ojol yang nganterin paket hadiah untuk Mama." jawab Oka
Aku pun segera masuk ke dalam kamar dan mengajak Oka. Lalu,
"Kenapa kameranya mati.." ucapku sambil mengetuk-ngetuk layar tv yang menunjukkan rekaman cctv.
"Kamera? Kamera apa?" tanya Oka bingung
"Itu Papa kamu kan masang cctv didepan pintu, biar kita bisa ngelihat siapa tamu yang ada didepan.." ucapku menjelaskan sambil masih mengetuk-ngetuk layarnya
"Jadi selama ini Papa naro cctv didepan pintu? Kenapa gak pernah bilang sama Oka.."
"Udah Ma.. Gak usah diketuk-ketuk itu layarnya. Layarnya gak apa-apa, mungkin kamera depannya yang rusak atau mati.. biar Oka cek sekalian lihat siapa yang datang.."
"Tapi Oka.." aku masih berusaha menahannya untuk tidak keluar
"Kalau itu Papa, apa mungkin Papa masih memencet bel untuk masuk kemari?" tanya Oka menjawab keraguanku
Benar juga. Kalau itu Ryan untuk apa dia membunyikan bel. Dia kan bisa saja langsung masuk. Dia tahu kode aksesnya kan. Akhirnya, aku membiarkan Oka untuk pergi keluar dan membukakan pintu, sementara aku masih bersembunyi didalam kamar.
Dan setelah Oka membuka pintu, ternyata itu Mas Heru.
"Om..? Loh Papa mana?" tanya Oka heran sambil berbisik
"Mamamu sudah datang?"
Oka mengangguk pelan menjawab, setelah sebelumnya dia memastikan bahwa aku tidak menguping pembicaraan mereka.
"Ahh.. Si Papa gimana sih. Kenapa suruh Om yang datang?"
"Memangnya Lena sudah mau bertemu Ryan?"
"Mama sih bilangnya gak mau.. tapi buktinya Mama datang kemari. Pasti Mama sudah menyiapkan hati buat ketemu Papa. Suruh Papa cepetan kesini Om.."
"Ryan ada diparkiran di bawah.."
"Yasudah panggil Papa kemari.."
"Kamu saja yang menelpon Oka.. Ryan sepertinya masih takut untuk bertemu dengan Lena.."
"Papa niat mau balikan gak sih. Jarang-jarang momennya ada kan. Mumpung Mama sudah mau keluar dari tempat persembunyiannya.." ucap Oka ngedumel
"Kamu telepon Papamu sekarang.." sambil Heru memberikan handphone-nya pada Oka
"Oka gak bisa Om.. Nanti Mama curiga kalau Oka lama-lama disini.. Udah, pokoknya Om bawa Papa kemari gimana pun caranya..Terus juga Papa suruh ganti baju sama yang tadi Oka suruh dan jangan lupa hadiahnya Mama juga dibawa.." dan Oka pun langsung menutup pintunya saat menyuruh Heru pergi
Saat itu Heru, dia melihat Ryan yang menunggu cemas didalam mobilnya.
"Bagaimana?" tanya Ryan antusias
Heru hanya menggeleng menjawab pertanyaannya.
"Lena gimana? Dia masih terlihat sedih? Kira-kira dia masih mau ketemu aku gak Mas?"
"Kenapa kau tidak pergi memastikannya sendiri.."
"Ada kau kenapa harus aku yang memastikannya sendiri. Kalau begitu untuk apa aku menyuruhmu turun sebelumnya. Kau mau gajimu ku potong 30%?" ucap Ryan mendadak emosi
"Tapi Ryan, Oka tadi menyuruhku untuk membawamu kesana. Sesuai rencana kita sebelumnya, kau datang kesana menggunakan pakaian ini dan langsung membawakan hadiahmu itu untuknya.."
"Bagaimana kalau dia menjadi marah dan menolaknya. Aku tidak mau kalau dia semakin menjauh dariku, apalagi sampai menghilang.."
"Kalau tidak dicoba bagaimana bisa tahu kan? Sudahlah, yang penting kau coba saja dulu.. Pergi temui Lena sesuai rencana kita.."
"Kau yakin dia tidak akan menolakku?" tanya Ryan ragu
Heru mengangguk seraya berkata,
"Kalau Lena masih memilik perasaan padamu dia pasti akan menerima apapun hadiah darimu. Yakinkan dia bahwa kau kini telah berubah dan ingin kembali bersamanya. Tunjukkan rasa ketulusanmu dengan sikapmu itu.. Kalau kau bersungguh-sungguh, aku yakin Lena akan tersentuh dengan niat baikmu. Dan kalian dapat memulai kembali semuanya dari awal.."
Ryan pun kemudian menggunakan jaket dan helmnya. Kemudian,
"Doakan ini berhasil.. sebab kalau tidak, maka bersiaplah.. bulan depan gajimu akan ku potong Mas.." ancam Ryan sambil meledek
Heru hanya dapat mengelus dada mendengar ancaman Ryan itu padanya.
Sementara diapartemen kami, aku dan Oka,
"Tadi itu siapa?"
"Ohh, Om Heru. Tadi dia minta mau ambilin beberapa barang Papa terus Oka suruh pulang.."
"Loh kok.." responku terkejut
"Memangnya Mama mau Oka suruh Om Heru masuk terus ketemu sama Mama disini? Bagaimana kalau Om Heru datang sama Papa? Mama mau ketemu sama Papa??"
"Bukan masalah mau ketemu atau nggak, tapi kan gak sopan kamu main usir orang pergi gitu aja dari sini Sayang. Apalagi dia punya keperluan yang menyangkut urusan Papa. Bagaimana kalau itu penting dan berhubungan dengan kerjaannya Papa. Lain kali kamu gak boleh gitu lagi ya Nak?"
"Iya Ma. Maafin Oka. Oka tahu Oka salah.. Oka cuma berusaha menjaga perasaan Mama aja. Mama kan masih belum mau ketemu sama orang-orang.. terutama Papa. Kecuali Mama udah mau ketemu Papa, baru Oka biarin Om Heru untuk masuk ke dalam tadi.."
Saat itu Oka, dia berusaha membaca responku. Namun aku hanya terdiam.
"Mama.. seandainya tadi itu Papa yang datang, apa Mama keberatan kalau Oka biarin Papa masuk?"
Aku tidak menjawab pertanyaannya, langsung memilih keluar kamar.
"Maa.." Oka mengekoriku
Kemudian bel pintu apartemen kembali berbunyi.. membuatku terkejut.
"Bukain gak? Kalau itu Papa gimana?" tanya Oka kembali memastikanku
"Gak apa-apa bukain aja. Siapa tahu itu paket yang kamu bilang hadiah ulang tahun untuk Mama.." Aku berusaha mengelak pertanyaan Oka tadi
Dengan wajah sumringah Oka pun langsung mengarah ke pintu depan. Namun terkejut, melihat Aris yang ada disana dan bukan Papanya.
"Om Aris?" ucapnya sambil mengernyitkan keningnya.
Saat itu, Oka langsung keluar dan menutup pintunya. Dia tidak ingin aku melihat bahwa tamu yang datang itu Aris.
"Ngapain Om kesini?" tanyanya tidak senang.
Mungkin kalian belum tahu bahwa Oka sekarang sangat membenci Aris. Dia mengira bahwa keretakan dan perpecahan yang terjadi diantara aku dan Ryan Papanya itu bersumber pada Aris. Neneknya yang menceritakan dan memberitahukan semua hal itu padanya. Jadi tidak heran kalau sekarang dia sangat membenci Aris. Bahkan, kini hubungannya dengan Rani juga tidak berjalan baik karena hal itu. Baik Aris maupun Rani, mereka sudah lama pindah dari apartemennya. Dan disekolah juga Oka selalu menghindari Rani.
"Lebih baik Om segera pergi dari sini dan jangan mengacaukan semuanya.."
"Oka, ini masalah Rani. Aku tahu kamu sangat membenci Om sekarang, tapi semua masalah ini tidak ada hubungannya dengan Rani. Om kemari hanya ingin agar kamu tidak mengacuhkan Rani lagi disekolah dan menganggapnya musuh. Rani sangat sedih sekali mendapatkan perlakuan itu darimu.."
"Halah Alasann!! Bilang saja Om kemari karena tahu Mama datang kan? Om tahu kalau sekarang itu ulang tahun Mama dan ingin bertemu Mama karena itu Om datang kemari.. Oka sudah bisa menebak semuanya."
"Dengar Om.. Sekarang Papa sedang menuju kemari. Kalau Om tidak mau terjadi keributan atau dihajar, lebih baik Om segera pergi tinggalkan tempat ini.." ucap Oka mencoba mengusir Aris
"Sebenarnya kedatangan Om kemari ingin meminta maaf padamu dan menyampaikan pesan dari Rani. Setelah akhir semester ini berakhir, dia akan pindah dari sekolahmu. Jadi dia meminta Om meminta maaf atas semua perbuatan buruknya yang telah menyakitimu.. termasuk dia juga ingin agar kamu bisa maafin Om dan juga Maminya.."
"Sekali lagi Om minta maaf..! Atas nama Om, Rani, dan juga Tante Shina, Om benar-benar minta maaf sama kamu, Lena, dan juga Ryan.."
Tiba-tiba saja saat itu aku keluar dan membuka pintu. Aku terkejut melihat Aris disana. Begitupun dengan Aris yang melihatku. Sesaat setelah mata kami saling bertatapan, Aris pun pamit pada Oka tanpa mengucapkan sepatah katapun atau berusaha untuk menyapaku.
Sementara ditempat lain, Ryan baru saja keluar dari lift. Dengan pakaian ojol lengkap, dia pun berjalan menuju unitnya. Ryan kemudian menghentikan langkahnya karena terkejut melihat Aris yang sedang berdiri dihadapanku dan juga Oka.