*Flashback
Beberapa saat ketika Ryan dan Shina bertemu di sebuah cafe di dekat kantor Ryan, saat itu Shina dia mendadak pingsan. Sebenarnya Ryan baru saja keluar dari cafe itu, sampai tiba-tiba ada seseorang yang kembali memanggilnya dan mengatakan bahwa teman wanitanya itu mendadak pingsan. Ryan panik. Kemudian dia berlari ke cafe tersebut dan segera membawa Shina ke dalam mobilnya. Ryan kemudian membawa Shina ke sebuah klinik yang tidak jauh dari tempat itu.
Setibanya diklinik, Shina langsung mendapat penanganan oleh seorang dokter dan perawat disana. Saat itu, tiba-tiba saja handphone Shina berdering. Ternyata itu panggilan dari Lucy. Ryan kemudian menjawabnya. Ryan menjelaskan situasinya itu pada Lucy, hingga akhirnya Lucy memutuskan untuk datang ke klinik tersebut karena mengkhawatirkan kondisi Shina yang saat itu jatuh pingsan secara tiba-tiba.
Setibanya Lucy di klinik tersebut,
"Ryan, bagaimana Shina?" tanya Lucy khawatir
"Dia baik-baik saja. Hanya kelelahan. Mungkin karena tengah hamil, jadi kondisi fisiknya lemah. Dokter menyuruhnya untuk banyak-banyak beristirahat dan minum vitamin."
"Hamil??!" ucap Lucy tak percaya sambil mengeraskan suaranya
Saat itu, Ryan dia memberikan kode pada Lucy untuk mengecilkan suaranya karena pada saat itu perhatian orang-orang disana mengarah kepada mereka berdua.
"Kau tidak bercanda kan Ryan?" tanya Lucy kembali memastikan
Ryan mengangguk pelan menjawabnya.
"Tidak mungkin.." ucap Lucy sambil menutup kembali mulutnya yang masih tak percaya oleh berita yang baru saja didengarnya.
Pada saat itu, tatapan mata Lucy lalu mengarah pada Ryan seolah menyalahkannya atas semua perbuatan yang telah menimpa Shina itu, termasuk kehamilan Shina saat ini. Kemudian, Ryan yang mengerti tatapan tidak menyenangkan yang ditujukan Lucy padanya pun kembali memberi respon
"Bukan aku. Sungguh! Itu bukan anakku. Aku tidak berbuat macam-macam kali ini dengannya. Aku tidak menghamilinya.." ucap Ryan menolak tegas
"Jadi kalau bukan kau, lalu siapa?" tanya Lucy heran
"Suaminya Aris.." jawab Ryan
"Aris? Kau yakin?? Aku tidak mengira bahwa hubungan mereka berdua akan cepat berkembang sampai ke tahap itu." ucap Lucy tak percaya
"Kenapa memang? Shina memang mencintai Aris kok." Ryan berusaha meyakinkannya
Saat itu Lucy, dia masih tak percaya oleh semuanya. Kehamilan Shina, bahkan sampai kemajuan hubungan Shina dengan Aris. Yang Lucy tahu Shina sampai saat ini sepertinya masih belum bisa melupakan Ryan. Dia masih mencintai Ryan, bahkan sampai terobsesi mungkin dengannya. Walaupun sebelumnya Shina sempat menceritakan bahwa dia mulai tertarik dengan Aris (karena Shina pernah mengatakan bahwa kali ini dia akan benar-benar ingin menjadi seorang istri yang baik dengan menjalani semua peranannya dalam rumah tangga), tapi Lucy tidak mengira bahwa hal itu akan benar-benar terjadi. Maksudnya, bahkan sampai saat ini nomor Ryan, foto-foto, benda-benda kenangan mereka berdua, termasuk panggilan darurat di handphonenya pun masih menunjukkan bahwa Shina masih belum melupakan Ryan. Lucy yang masih tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba disadarkan ketika Ryan berkata padanya
"Karena kau sudah ada disini, maka aku bisa pergi sekarang.."
"Tunggu dulu Ryan.." ucap Lucy tiba-tiba menghentikannya
"Ada hal yang ingin kuberitahukan padamu. Ini mengenai masa lalu Shina dan Rani pada saat waktu itu kau meninggalkannya.."
Akhirnya Lucy kemudian membawa Ryan ke salah satu ruangan sepi yang ada di klinik tersebut. Kemudian dia mulai menceritakan semuanya. Beberapa hal mungkin sudah diketahui oleh Ryan. Shina hamil dan dia yang begitu gigih mencarinya, bahkan bukan hanya sekadar untuk meminta pertanggungjawabannya saja, tetapi karena ingin menjelaskan kesalahpahaman mengenai cek 15 milyar itu. Bagaimana Shina telah di jebak oleh Mamanya dan Shina yang frustasi ketika Ryan telah salah paham padanya dan menganggapnya telah menipunya.
Lucy bahkan menceritakan Shina sama sekali tidak menggunakan ceknya itu dan langsung merobeknya. Shina yang frustasi, kemudian menolak semua tawaran pekerjaan, hingga membuat karirnya sempat meredup. Bahkan dia sering menyiksa dirinya dengan meminum-minuman untuk menghilangkan stresnya itu. Tidak ada satu pun hari yang dilaluinya tanpa meminum minumannya dan mengkonsumsi berbagai jenis obat-obatan penenang.
Saat itu, Shina benar-benar mengalami kondisi terendah dalam hidupnya. Dia sempat dua kali pernah melakukan percobaan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. Beberapa kali aku membawanya ke dokter psikiater untuk mengobati depresi yang dialaminya, hingga akhirnya pada suatu hari Shina dia mengetahui bahwa dirinya itu tengah hamil dan mengandung anakmu Ryan. Dia kemudian mempunyai sedikit harapan untuk bertahan hidup.
Demi anak yang ada dalam kandungannya itu, dia rela melakukan apapun. Dia mulai bersemangat lagi untuk mencarimu, meskipun tahu kau tidak akan pernah mau kembali lagi padanya. Sampai akhirnya, ketika usia kandungannya mencapai empat bulan, dia akhirnya memutuskan untuk mencari seorang Ayah pengganti bagi anaknya itu.
"Kau tahu bagaimana Shina menjalani kehidupannya dalam keluarganya dulu. Bagaimana Ayahnya yang selalu memperlakukannya secara kasar dan juga Ibunya. Oleh karena itu, dia bertekad untuk mencari seorang Ayah yang baik untuk calon anaknya, sampai akhirnya dia bertemu dengan Aris.."
"Shina dan Aris, mereka berdua sebenarnya hanya menjalani pernikahan kontrak saja. Tadinya hanya sampai anak dalam kandungannya itu lahir, tapi aku tidak mengira bahwa sampai saat ini mereka berdua tetap bisa bertahan. Bahkan sampai Shina hamil kembali sekarang.." Lucy, dia kemudian menghentikan kata-katanya itu
"Tidak. Bukan itu bagian terpentingnya. Yang ingin kuberitahukan padamu sekarang adalah bahwa Rani sebenarnya dia bukanlah anak kandung kalian berdua. Rani.. dia itu bukan putrimu dan Shina, tapi orang lain.." ucap Lucy yang benar-benar membuat Ryan terkejut
"Shina.. saat dia melahirkan, putri kalian tidak selamat. Tentu saja aku tidak bisa memberitahukan hal itu padanya. Kau tahu bagaimana dia bisa bertahan hidup hingga detik ini demi anak kalian, putrinya itu. Aku tidak bisa membayangkan kalau seandainya dia mengetahui pada saat itu bahwa putrinya itu tidak selamat. Mungkin saat itu juga dia akan segera mengakhiri hidupnya.."
"Oleh karena itu Ryan, aku mohon dengan sangat-sangat padamu. Kau sebaiknya jangan berbuat hal yang dapat membuatnya terluka. Dia sudah cukup menderita saat ini karena dirimu.."
"Jangan memberitahukan hal ini juga padanya. Sampai saat ini aku berhasil membunyikan rahasia ini. Hanya aku saja yang tahu dan dokter yang menangani persalinannya saat itu. Tidak ada orang lain.."
"Ryan, bisakah kau berjanji padaku satu hal? Aku mohon padamu, perlakukanlah Shina dan Rani dengan baik. Anggap saja mereka sebagai keluargamu.. atau mungkin mantan istri dan anakmu. Aku tahu aku tidak bisa memaksamu kembali lagi dengannya, terlebih lagi jika memang benar yang kau ucapkan itu bahwa dia kini telah mencintai Aris.."
"Aku sudah menganggap Shina seperti adikku sendiri. Untuk usianya yang belum terbilang matang, dia telah melalui banyak hal dalam kehidupannya. Aku hanya tidak ingin melihatnya kembali terluka. Jadi Ryan, mungkin sebagai penebus semua rasa bersalahmu padanya, perlakukanlah Shina dengan lebih baik. Jangan pernah menyakiti dan melukainya lagi.. karena bekas luka yang kau tinggalkan dulu padanya begitu mendalam dan masih menimbulkan trauma.."
Ryan, dia begitu shock, terkejut, dan benar-benar merasa bersalah mendengar semua hal yang diceritakan oleh Lucy tadi. Dia tidak mengira bahwa kesalahannya yang dilakukan terhadap Shina dulu begitu besar dan mendalam. Dirinya hanya terdiam dan mematung, seolah telah tenggelam oleh rasa bersalah dan penyesalannya saat itu.
"Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa terbebani dan bersalah dengan menceritakan semua ini padamu. Hanya ingin agar kau bisa lebih menghargainya lagi dan memperlakukannya dengan baik.." ucap Lucy tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung Ryan.
Lucy kemudian pergi meninggalkan Ryan untuk melihat kondisi Shina. Namun saat itu Shina masih belum sadar. Beberapa saat setelahnya, Ryan pun kemudian masuk kedalam.
"Biarkan aku yang menemaninya disini. Kau pulang saja.." ucap Ryan tiba-tiba pada Lucy
"Aku akan menjaganya dengan baik dan tidak akan menyakitinya. Jika dia melihatmu disini justru dia akan semakin curiga padamu nanti.. Dia akan menginterogasimu dan mananyaimu macam-macam saat melihatmu bersama denganku. Kau mengerti maksudku itu kan?" ucap Ryan kembali pada Lucy.
Akhirnya Lucy pun pergi meninggalkan ruangan itu, namun sebelumnya dia sempat berkata pada Ryan.
"Kali ini aku akan benar-benar mempercayainya padamu. Tolong jaga adikku ini dengan baik.." ucap Lucy
*Flashback off
Malam itu, Mama begitu terkejut melihat foto-foto Ryan dan Shina yang tengah asyik mengobrol disebuah cafe dekat dengan kantor Ryan. Tentu saja Mama geram karena ternyata Ryan, anak semata wayangnya itu diam-diam masih berhubungan dengan kekasih masa lalunya, bahkan hingga detik ini. Tidak sampai disitu, foto-foto tersebut juga memperlihatkan bagaimana Ryan yang panik membawa Shina ke klinik begitu dia pingsan. Mama juga mendapat kabar bahwa Shina tengah hamil dan menganggap bahwa itu juga merupakan anaknya Ryan. Dan menurut laporan dari orang suruhannya itu, Ryan terlihat menemani Shina bahkan hingga malam hari di klinik tersebut dan sampai mengantarkannya pulang kembali ke apartemennya. Mama yang tidak terima dengan semua itu, kemudian menyuruh orang suruhannya untuk terus memantau perkembangan hubungan mereka berdua. Mama juga menyuruh orang itu untuk mengambil sample DNA Rani untuk dicocokan terhadap DNA putranya. Jika memang benar bahwa Rani merupakan cucunya, maka Mama akan menyuruh Ryan bercerai dariku karena dirinya merasa bersalah dan malu terhadap aku dan juga Papa, bahwa ternyata anaknya selama ini telah berbuat hal buruk pada keluarga kami. Akan tetapi, jika ternyata Rani bukan cucunya, maka Mama akan benar-benar membuat perhitungan pada Shina karena telah berani mengusik rumah tangga putra dan menantunya itu.