Chereads / My New Neighbour / Chapter 181 - Aku yang Dilema

Chapter 181 - Aku yang Dilema

Saat itu tengah malam, aku terbangun karena hendak ingin pergi ke toilet. Begitu aku turun dari kasur, aku terkejut melihat Ryan yang tertidur dilantai. Ternyata dia benar-benar melakukannya.

Aku pikir, ketika aku sudah tertidur, dia akan naik ke atas kasur dan tidur disebelahku dengan sendirinya. Ternyata kali ini tidak dilakukannya.

Ryan, sepertinya dia merasa bersalah padaku. Keinginannya untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan pernikahan kami benar-benar tulus dilakukannya dengan melihatnya melakukan semua tindakan ini.

Ada rasa tidak tega dan kasihan melihatnya tertidur disana sendirian, sementara aku tidur diatas kasur. Apa aku sudah keterlaluan ya melakukan semua tindakan ini padanya?

Tidak.. tidak.. Aku tidak boleh kalah dengan rasa empatiku ini. Kalau aku kembali memaafkannya, bagaimana kalau dia nanti melakukan kesalahannya itu lagi.

Selama ini hubungan kita terus saja berjalan seperti ini. Kita bertengkar kemudian saling meminta maaf, bertengkar lagi kemudian memafkan lagi.. terus saja berulang seperti itu, sampai aku sendiri kadang merasa lelah dan bosan dengan pola yang sama terus-menerus. Dia yang selalu egois dan melakukan semua itu padaku. Dia yang selalu menganggapku dan menuduhku dengan tuduhannya yang kasar dan menyakitkan hati. Tapi.. mungkin tidak semua merupakan kesalahannya. Aku paham kenapa dia bisa melakukan itu.. karena rasa cemburu dan tidak sukanya yang berlebihan terhadap Aris dan hubungan kami dulu. Karena aku juga. Dia yang membenci kenyataan bahwa sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan Aris dari hati dan pikiranku. Benar. Tidak semua merupakan kesalahannya.

Tapi bagaimana bisa dia melakukan itu semua padaku. Memilih menghabiskan malam bersama Shina hanya berdua-duaan di Villanya itu. Bahkan dia sendiri pun tidak pernah sama sekali membawaku ke sana. Kalau bukan karena masalah ini atau Mama yang mengajakku, mungkin seumur hidup aku tidak akan tahu tempat itu. Apa itu merupakan tempat kenangan bagi mereka berdua dulu?

Aku kembali memandanginya. Aku masih tidak percaya bagaimana dia bisa tertidur bersama Shina disana, bahkan sambil memeluknya dengan erat seperti kemarin. Apa benar mereka berdua tidak melakukan apapun sama sekali? Di Villa yang kosong dan hanya berdua-duan saja dikamar.

Saat itu, aku kembali menatapnya dengan kesal sambil mengingat semua kejadian itu. Bahkan, ketika Shina menciumnya, dia juga sama sekali tidak menghindar atau melakukan usaha apapun untuk marah dan menentangnya. Walaupun dia sudah bersumpah seperti itu, tetapi tetap saja.. membuatku kesal, benci, kecewa, dan merasa sangat-sangat panas dan cemburu padanya. Aku yakin seandainya posisinya terbalik, seandainya saja itu Aris dan aku yang melakukannya, dia juga pasti tidak akan senang. Bahkan lebih memungkinkan lagi kalau dia langsung membunuh Aris saat itu juga disana.

Aku harus bisa menahannya sampai 2 minggu. Aku ingin melihat apakah jika aku menahannya sampai 2 minggu akan ada perubahan pada hubungan kami nanti. Jadi, aku harap kamu bisa bersabar Mas. Aku ingin lihat perubahanmu selama 2 minggu ini, ucapku dalam hati sambil memandangnya.

Dan aku pun kemudian melakukan urusanku dengan pergi ke toilet.

Sekembalinya aku dari toilet, aku masih melihatnya tertidur disana. Aku kemudian memandanginya kembali, bahkan kali ini dari jarak yang cukup dekat. Kasihan dia.. apa dia tidak merasa kedinginan tidur dilantai seperti ini? pikirku khawatir.

Aku kemudian mengambil selimut dilemari dan langsung menyelimutinya.

Tidak. Harusnya lantainya yang kulapisi. Kalau seperti ini dia nanti bisa masuk angin.

Saat itu aku langsung mencari sesuatu untuk melapisi lantainya agak tidak langsung bersentuhan dengan tubuh Ryan. Kemudian setelah keluar dan mencari, akhirnya aku berhasil menemukan sebuah kasur lipat. Dengan kasur lipat ini, setidaknya tidurnya akan sedikit lebih nyaman.

Aku kemudian menaruh kasur lipat itu disampingnya dan mulai mendorong tubuhnya perlahan agar bisa menaiki kasur lipatnya itu. Sesekali Ryan terlihat seperti akan terbangun ketika aku mendorong sedikit tubuhnya. Kemudian aku menghentikannya (tidak mendorongnya lagi). Dan ketika dia tertidur dan mulai mendengkur kembali, aku kembali mendorong tubuhnya ke arah kasur. Selama hampir 10 menitan lebih aku melakukan hal tersebut, sampai akhirnya aku berhasil memindahkan tubuh Ryan untuk tertidur diatas kasur lipatnya itu.

Saat itu Ryan dia tiba-tiba mengigau,

"Sayang jangan tinggalin aku sendirian disini.." ucapnya dalam tidur dengan ekspresi sedih.

Aku kemudian memegang pipinya,

"Aku disini dan tidak akan pergi kemanapun." jawabku

Dan seketika itu juga Ryan langsung menarikku ke dalam pelukannya.

"Benar, ini istriku. Aku menyukai aroma mangga dari tubuhnya.." ucap Ryan tersenyum sambil mengeratkan pelukannya dan seolah mengendus aroma tubuhku.

Aku tersenyum melihat tingkah polanya itu. Kemudian, perlahan aku berusaha bangkit untuk melepaskan diri dari pelukannya. Dan sesaat sebelum aku menaiki ranjangku kembali, aku menyempatkan diri untuk mengecupnya. Tidak disangka bahwa hal yang aku lakukan itu justru membuatku kembali terperangkap dalam pelukannya. Ryan kembali menarik dan memelukku. Aku yang lelah, kemudian membiarkan diriku itu untuk tetap berada disana untuk beberapa saat, sampai aku tidak sadar, hingga akhirnya aku benar-benar tertidur didalam pelukannya.

Keesokan paginya, aku mendapati diriku tertidur diatas ranjangku, sementara Ryan dia sudah tidak lagi berada dibawah sana. Bahkan kasur lipatnya pun sudah dibereskannya. Kemana Ryan pergi? pikirku bingung.

Tak berselang lama, Ryan kemudian masuk ke dalam kamar.

"Aku udah nyiapin bubur buat sarapan kamu. Karena aku gak tahu kamu biasa beli bubur dimana, jadi aku beli semuanya 3 bubur, yang satu dipasar, yang satu di blok B, dan yang satu lagi di gang ujung didepan komplek."

"Kalau kamu merasa keberatan aku ngelakuin ini, kamu bisa menganggap ini sebagai balasan dari kasur lipat yang udah kamu bawain buat aku semalam. Terima kasih Sayang, berkat kasur lipat itu badanku jadi sedikit lebih nyaman tidur disana.."

"Ehm.. untuk masalah guling favoritku juga (maksudnya itu aku).. Aku bersyukur berkat kamu aku bisa kembali memeluknya." ucap Ryan kembali sambil tersenyum

"Aku berharap bahwa setiap hari ditidurku aku akan bisa selalu memeluknya.. guling favoritku itu."

Saat itu aku terdiam tidak meresponnya, hingga Ryan kembali berkata padaku

"Sekarang aku akan pergi kekantor karena Heru menyuruhku untuk menandatangani dan memeriksa laporan yang sudah menggunung selama beberapa hari ini aku tidak datang kesana. Dan sorenya aku juga ada meeting dengan klien. Mungkin aku akan pulang jam 5 atau bisa juga malam, tapi akan kuusahakan lebih cepat dari itu.."

"Aku harap setelah aku pulang kantor nanti, kamu sudah mau ngobrol lagi kayak dulu sama aku.."

"Dan kamu juga bisa menghubungiku kapanpun kamu butuh aku. Kali ini aku janji tidak akan pernah lagi mengabaikan semua panggilan darimu. Maafin aku sebelumnya.."

"Kalau begitu aku pamit berangkat dulu Sayang. Sampai jumpa nanti." dan Ryan pun kembali keluar dan menutup pintunya.

Untuk pertama kali, Ryan berpamitan ke kantor tanpa memeluk atau mengecupku terlebih dahulu. Mungkin dia tidak mau membuatku merasa tidak nyaman. Atau takut nanti aku akan kembali menolaknya. Aku jadi merasa kasihan padanya. Tidak biasanya kami bertengkar hingga seperti ini. Bahkan aku yang sama sekali tidak mau berbicara dengannya melebihi satu hari.

Ditempat lain di apartemennya Aris, Aris akhirnya mulai mau membicarakan masalah kepindahannya itu dari apartemen dengan Shina. Alasan kemarin dia tidak mau menceritakannya adalah karena dia tahu sepertinya mood Shina sedang tidak baik. Tentu saja mengajaknya berbicara mengenai hal itu justru akan semakin memperparah hubungan mereka berdua. Terlebih lagi Shina waktu itu masih marah padanya. Tapi pagi ini, akhirnya Aris memutuskan untuk berbicara dengannya.

Saat itu posisi mereka berdua sedang berada didalam kamar, dimana Shina dan Aris sedang berbaring diatas kasur dengan posisi Shina masih memeluk Aris. Kemudian,

"Shina, aku sudah memikirkan hal ini beberapa hari belakangan dan aku rasa ini merupakan solusi terbaik bagi kehidupan kita kedepannya agar kita tidak perlu lagi berurusan dengan mereka, Ryan dan Lena.. Bagaimana kalau kita pindah dari apartemen ini?" tanya Aris tiba-tiba yang membuat Shina terkejut

"Aku akan memilih untuk ikut tinggal denganmu dimana pun yang kau mau, asal kita semua pindah dari sini. Apa kau tidak keberatan jika kita pindah dari apartemen ini?"