"Pindah?" Shina tiba-tiba bangun terduduk, sambil menatap Aris tidak senang
"Iya. Apa kau keberatan kalau kita pindah dari sini?" tanya Aris kembali
"Kenapa kita yang harus pindah dari sini? Kenapa tidak mereka saja?"
"Shina.." ucap Aris seolah tidak setuju
"Iya tapi kenapa harus kita yang pindah dan bukan mereka?" tanya Shina tak terima
"Karena kita yang telah mengusik keberadaan mereka disini. Sebelum kedatangan kita kemari, seharusnya mereka bisa hidup lebih baik lagi.. tapi semenjak kepindahan kita itu, mereka berdua jadi sering bertengkar dan salah paham.. Tidak hanya itu, bahkan peristiwa buruk lainnya sering kali terjadi akibat kesalahpahaman hubungan kita dengan mereka.."
"Aku tahu, semua kesalahan ini berawal dariku. Aku yang memulainya. Seharusnya dari awal aku tidak memutuskan untuk tinggal dan menetap di apartemen ini.."
"Oleh karena itu Shina, tidak bisakah kau membantuku untuk mengurangi rasa bersalah dan semua penyesalanku itu terhadap mereka, kita semua pergi meninggalkan tempat ini, hmm?" Aris kembali membujuk Shina
"Mungkin bagi mereka kepindahan kita kemari merupakan musibah atau ancaman, tapi bagiku kepindahan kita kemari merupakan awal bagi hubungan kita. Pernikahan kita yang tadinya hanya sebatas kontrak.. Kita yang tadinya hanya sebatas orang asing yang memiliki keterikatan karena masalah Rani.. Bagiku apartemen ini mempunyai nilai tersendiri bagi kehidupan rumah tangga kita, Aris. Begitu banyak peristiwa besar terjadi disini untuk pertama kalinya. Aku belum siap untuk meninggalkan semuanya, kenangan keluarga kecil kita disini.." dan Shina pun bangkit dan memilih pergi keluar kamar sambil menahan kesedihannya itu.
"Shina.." Aris memanggil seraya mengikutinya pergi keluar kamar.
"Shina dengarkan aku.." Aris masih tetap membujuknya
Namun disisi lain, Shina ternyata dia terduduk diruang tengah sambil menangis.
"Aku tahu kau mungkin belum siap dengan semuanya, oleh karena itu aku juga telah memberikan tenggang waktu bagi kepindahan kita itu. Aku tahu Rani juga pasti akan sulit menerimanya sama seperti dirimu.. Tapi bagaimanapun kita tetap harus pindah dari sini." Aris masih mencoba membujuk dan menjelaskan situasinya
"Apa mereka yang memaksamu?" tanya Shina tidak senang
"Mereka tidak memaksaku. Ini atas inisiatifku sendiri. Aku benar-benar merasa bersalah dan menyesal pada mereka.. Selain itu, aku juga sudah berjanji bahwa setelah proyek pembangunanku itu berakhir, aku akan segera pindah dari sini.."
Shina, dia hanya bisa semakin menangis dan bersedih mendengar perkataan Aris tadi. Dirinya benar-benar tidak rela jika harus meninggalkan apartemennya itu. Melihat hal ini pun Aris kemudian berhenti membujuknya dan berusaha menenangkannya. Dia terlihat memeluk Shina yang sedang menangis saat itu.
"Maafkan aku.." ucapnya sambil berusaha menenangkan Shina dalam pelukannya.
Setelah peristiwa itu, siang harinya Shina menghubungi Ryan. Tidak seperti biasanya, kali ini Ryan terlihat merespon panggilannya. Bahkan Ryan pun tidak menolak ketika Shina meminta untuk mengajaknya bertemu di sela-sela waktu kesibukannya.
Dan pada saat mereka berdua bertemu disebuah cafe yang tidak jauh dari kantor Ryan,
"Ryan.." ucap Shina memanggil sambil melambaikan tangannya.
Ryan pun terlihat menghampiri mejanya dan kemudian duduk disana.
"Ada masalah penting apa?" tanya Ryan
"Apa kau yang mendesak Aris untuk segera pindah dari apartemen kami?" tanya Shina tanpa basa-basi
Ryan menggeleng merespon pertanyaan Shina. Kemudian dirinya kembali berkata
"Aku memang tidak suka melihatnya berada disekitar, tapi aku juga tidak bisa mengusirnya begitu saja karena hal itu akan membuat Lena marah dan tidak senang. Lagipula, seandainya aku bisa mengusirnya dari sana, untuk apa aku bersusah payah membujuk Lena waktu itu untuk pindah dari apartemen kami. Kau tahu Lena sangat menyukai tempat itu."
Shina terlihat bingung saat itu mendengar jawaban Ryan.
"Selain itu, bukannya kau yang memaksaku untuk pindah dalam kurun waktu seminggu? Kau lupa bagaimana dulu kau mengancamku dengan menggunakan Rani. Kau bilang kalau kau akan memperkenalkan Rani pada Papa mertuaku jika aku tidak mau pindah dari sana?" ucap Ryan kembali dengan ekspresi tidak senang
"Kalau bukan kau, lalu siapa yang menyuruhnya untuk pindah? Tidak mungkin Papanya Lena kan? Aku tahu beliau sangat menyukai Aris. Bahkan, dia yang menyuruh Aris untuk tetap berada disisi putrinya untuk menjaganya, sebab dia tahu kau sama sekali tidak bisa diandalkan sebagai seorang suami.." ucap Shina yang berhasil membuat Ryan yang mendengarnya menjadi tidak senang.
"Apa mungkin itu Mamamu Ryan?"tanya Shina kembali
"Mama?" ucap Ryan heran
"Apa sebelum ini Mamamu pernah bertemu dengan Aris?"
"Tidak mungkin. Bagaimana bisa Mama bertemu Aris, sedangkan Mama sendiri tidak mengenalnya." jawab Ryan
"Kau lupa, waktu di Villa, Mamamu pernah menyinggung tentang hubungan Aris dan juga Lena. Dia bahkan tahu kalau sebelumnya Aris sempat menyatakan perasaannya pada Lena.." Shina kembali menjelasakan
"Tapi bagaimana bisa mereka berdua bertemu?" pikir Ryan heran
Saat itu, sebelum Ryan memikirkan semua jawabannya, tiba-tiba Shina
"Papanya Lena!! Pasti dirumah Papanya Lena. Aku yakin itu. Mungkin Papanya Lena yang menyuruhnya datang sehingga mereka berdua bisa bertemu.."
"Darimana kau yakin?" tanya Ryan yang masih tidak percaya
"Insting seorang wanita.." jawab Shina. Padahal dia tahu karena sebelumnya dia telah mengecek handphone Aris dan melihat ada panggilan terakhir dari Pak Han disana.
Ryan yang masih tidak percaya dengan semua dugaan Shina itu kembali disadarkan ketika Shina tiba-tiba berkata padanya
"Ryan.. Aku mohon bilang pada Mamamu itu untuk jangan menyuruh Aris pindah dari apartemen. Katakan padanya bahwa kau dan Lena yang akan pindah dari sana."
"Ryan.. Aku sangat menyukai tempat itu. Aku, Aris, dan Rani.. Bagi kami apartemen itu mempunyai arti tersendiri. Bisakah kau membicarakan hal ini pada Mamamu?" ucap Shina memohon dengan sungguh-sungguh
Ryan terlihat gelisah. Dia tahu tidak akan mudah membujuk Mamanya untuk melakukannya.
"Apapun.. apapun yang kau mau akan kukabulkan Ryan.."
"Apa kau masih bertengkar dengan Lena?" tanya Shina kembali
"Aku berjanji aku akan membuat hubunganmu dan Lena kembali membaik seperti dulu. Aku akan menjelaskan padanya bahwa di Villa itu kita tidak melakukan apapun.." Shina masih terus membujuk Ryan untuk mengikuti keinginannya.
"Lena.. dia kini sangat marah dan membenciku. Bahkan dia berniat ingin menceraikanku.." ucap Ryan tiba-tiba dengan ekspresi sedih
Shina yang mendengar hal itu pun terkejut. Seketika itu dirinya merasa bersalah pada Ryan.
"Ryan.. Maafkan aku..!"
"Gara-gara dia melihatku dan kau berada didalam kamar saat itu, dia benar-benar marah dan kecewa. Terlebih, saat itu aku lebih memilih untuk bersama denganmu dan meninggalkannya sendirian dilobi.. Bahkan, sampai sekarang Lena masih tidak mau berbicara sama sekali denganku.." ucap Ryan menjelaskan sambil frustasi
"Ryan, aku benar-benar menyesal.. Saat itu aku menciummu karena aku sengaja memang ingin membuatnya kesal dan cemburu. Maafkan aku Ryan. Aku tidak mengira bahwa situasinya akan berakhir seperti ini.." Shina benar-benar merasa bersalah dan menyesal. Bahkan ketika dia mengucapkan semua itu, dia terlihat memegang tangan Ryan sambil berusaha untuk memohon permohonan maaf darinya.
"Tidak perlu meminta maaf. Lagipula ini semua juga merupakan salahku. Aku seharusnya langsung menjelaskan mengenai situasinya. Aku juga tidak seharusnya mengabaikan semua panggilannya saat itu.. Aku benar-benar menyesal telah membuatnya kecewa padaku.." Ryan terlihat menundukkan kepalanya
Saat itu Shina, dia tiba-tiba bangkit dari duduknya dan memeluk Ryan yang sedang bersedih.
"Maafkan aku.." ucap Shina sambil memeluk Ryan
"Aku tahu kau sudah begitu baik dengan berusaha menghiburku. Kau bahkan memilih untuk meninggalkan Lena disana demi untuk menenangkan kondisiku yang saat itu sedang merasa tertekan.. Aku sangat menghargai niat baikmu Ryan. Terima kasih. Berkatmu aku merasa benar-benar tertolong.."
"Ryan dengar, sekarang izinkan aku untuk memperbaiki semua masalahmu dengan Lena. Akan kupastikan Lena nanti tidak akan jadi menceraikanmu."
"Tidak usah.." ucap Ryan tiba-tiba sambil melepaskan diri dari pelukan Shina
"Lena, dia justru semakin marah dan kesal saat dia melihatmu nanti. Biar aku sendiri yang menyelesaikan masalahku dengannya.."
"Tapi Ryan.." ucap Shina khawatir
"Kau tidak perlu cemas. Nanti aku akan berusaha membujuk Mama untuk membuatmu dan Aris agar kalian semua bisa tetap tinggal di apartemen kalian.." ucap Ryan
"Tapi Ryan.. Bagaimana dengan masalahmu dengan Lena?"
"Kau tidak perlu khawatir. Aku yang akan menangani semuanya. Aku yakin Lena pasti mau memaafkanku nanti.." Ryan mencoba tersenyum
"Terima kasih Ryan.." ucap Shina
Dan Ryan pun pergi meninggalkan Shina.
Saat itu dirumah Papa, waktu menunjukkan hampir pukul 9 malam, tapi Ryan belum juga pulang kerumah. Aku sangat mengkhawatirkannya, tapi disisi lain aku merasa gengsi untuk menelponnya.
Tiga menit aku menunggu sambil menatap layar ponselku (menantikan kabar darinya), akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Heru.
Menurut Heru, Ryan sudah pergi meninggalkan kantornya sebelum mahgrib tadi, tapi bagaimana sampai jam 9 seperti ini dia masih belum pulang. Aku yang khawatir kemudian menyuruh Heru untuk menghubunginya dan menanyakan dimana keberadaannya.