Saat itu, Shina yang malu kemudian menjawab
"Aris junior apa? Memangnya siapa bilang aku hamil?" jawab Shina ketus
"Jadi kau tetap masih mau menyangkalnya?" ucap Aris tersenyum sambil berusaha memegang perut Shina
Shina kemudian menepis tangan Aris yang hendak memegang perutnya itu.
"Sudah! Kita lewatkan basa basi mengenai kehamilanku. Apa yang ingin kau bicarakan?"
Aris, dia kemudian berdiri dan manaruh tasnya di meja. Dia juga merapikan peralatannya yang dibawanya dari kantor, sepertinya berusaha untuk menghindari pertanyaan Shina tadi.
"Bukankah kau ingin mengatakan sesuatu padaku? Sekarang aku sudah disini. Jadi mari kita bicarakan saja." desak Shina kembali.
"Nanti sesudah makan malam. Sekarang aku mau mandi dan memasak makanan untuk kita makan nanti.." jawab Aris. Dan Aris pun langsung keluar kamar meninggalkan Shina.
Sementara Shina, dia merasa semakin cemas saat itu. Dirinya sudah menunggu seharian, tapi kini Aris malah kembali mengulur waktu dan membuatnya kembali menunggu. Dengan tidak sabar, Shina akhirnya mulai mencari tahu mengenai hal itu sendiri. Dia mulai memeriksa barang-barang Aris ditasnya. Tidak ada yang mencurigakan. Kemudian dia melihat sekotak peralatan yang dibawa oleh Aris sebelumnya.
"Ini barang-barang kantor yang digunakannya untuk menggambar desain, kenapa dia membawanya semua kemari? Apa dia berniat untuk mengerjakan seluruh desainnya itu disini?"
Shina kemudian berpikir, hingga akhirnya tersadar.
"Aris.. dia tidak mungkin mengundurkan diri dari kantornya itu kan?"
Shina yang panik kemudian mencoba mencari sesuatu untuk membuktikan pemikirannya itu. Dan akhirnya dia pun menemukan handphone Aris disana.
Shina mulai memeriksa handphone Aris, mulai dari riwayat panggilannya dan juga pesannya. Ternyata riwayat panggilan terakhirnya itu dari Pak Han, kemarin malam. Apa Aris mengundurkan diri dari kantor karena ingin bekerja dengan calon mertuanya itu? Tidak.. Tidak mungkin. Dia kan baru saja ditolak Lena. Kalau aku jadi dia, aku tidak akan mau.."
"Tidak akan mau apa?" tanya Aris yang seketika mengejutkan Shina.
Ternyata pada saat itu Aris belum jadi mandi.
"Kau.. jangan masuk secara tiba-tiba seperti itu kekamar. Membuat orang terkejut saja.."
"Maafkan aku membuatmu terkejut. Tapi masa aku harus mengetuk pintu kamarku sendiri sebelum masuk ke dalam." jawab Aris meledek
"Tapi kau membuatku terkejut dengan tiba-tiba menjawab pertanyaanku seperti tadi.." balas Shina
"Ada orangnya kenapa malah sibuk mencari jawaban di handphonenya. Setidaknya kalau kau menanyakan langsung padaku, kau tidak akan terkejut seperti tadi.." ledek Aris kembali
"Mumpung sekarang orang itu sudah berdiri dihadapanmu. Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" ucap Aris ketika dia mendekat dan berdiri tepat dihadapan Shina.
Shina yang malu, akhirnya dia meletakkan handphone Aris kembali dan sedikit memalingkan wajahnya.
"Mau menanyakan apa, hah? Apa yang membuatmu begitu penasaran?"
tanya Aris kembali
"Apa kau berniat untuk mengundurkan diri dari pekerjaanmu?" akhirnya Shina memutuskan untuk menanyakannya langsung pada Aris.
"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?" tanya Aris kembali
"Ini.. Semua barang-barangmu.." tunjuk Shina berusaha menjawab pertanyaan
Aris tersenyum. Kemudian dia menjawab
"Kalau aku bilang iya apa kau akan marah dan tidak menyetujuinya?" tanya Aris kembali
"Kau mengundurkan diri dari sana karna ingin bekerja di kantor Papanya Lena?" tanya Shina kembali.
Aris kemudian tertawa terbahak-bahak. Shina yang melihatnya pun menjadi tidak senang.
"Kenapa malah tertawa? Jawab..!!" ucap Shina mulai kesal
"Aku tidak mengundurkan diri dan juga tidak berpikiran untuk bekerja disana. Apa jawaban itu membuatmu puas?" jawab Aris yang membuat Shina kembali merasa malu mendengarnya.
Aris, dia kemudian menarik Shina dan membawanya untuk duduk di atas tempat tidur.
"Dengar Shina, aku tidak akan pergi meninggalkanmu sendirian, aku juga tidak akan mengundurkan diri dari pekerjaanku, dan aku juga tidak akan bekerja diperusahaan Pak Han.. jadi, kau tidak perlu merasa cemburu dan tertekan seperti tadi."
"Siapa yang merasa cemburu dan tertekan? Aku hanya.." Shina dia terlihat kebingungan, malu, dan panik saat itu. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali berkata
"Kau.. apa kau bersikap baik seperti ini padaku hanya karena kau tidak bisa mendapatkan kembali cinta Lena?"
"Aku tahu kau telah ditolak olehnya. Jadi kau mulai berpikir untuk kembali lagi bersama denganku.." ucap Shina menyindir.
Aris, dia kemudian terdiam. Shina yang melihatnya pun menyadari bahwa mungkin semua tebakannya itu benar.
"Kau memang hebat.. Tadinya tanpa desakan darimu, aku tidak akan pernah berpikir atau berani mencoba untuk mengungkapkan semuanya. Tapi kini aku sudah merasa lega karena telah berhasil mengatakannya. Terima kasih Shina!Meskipun idemu itu terdengar gila, tapi itu cukup membantuku."
"Sekarang aku tahu Lena sudah tidak memiliki lagi perasaannya padaku. Dan itu sedikit lebih bisa membuatku merasa lega karena kini aku bisa benar-benar merelakannya pergi.."
Shina terlihat memandang Aris dengan ekspresi sedih. Dirinya merasa kasihan pada pria bodoh yang ada didepannya itu. Kemudian Aris yang menyadari tatapan memelas Shina terhadap dirinya pun kembali berkata,
"Karena sekarang aku sudah ditolak dan patah hati, apa aku bisa mengharapkan cinta darimu? Apa kau mau menerimaku kembali Shina?"
"Aku tahu kau mungkin menganggapku pria brengsek karena telah mempermainkan perasaanmu seperti ini. Aku hanya.." Aris yang belum mengatakan semua perkataannya itu tiba-tiba terkejut karena Shina tiba-tiba saja memeluknya
"Dasar kau bodoh.. bodoh.. Kau memang benar-benar bodoh Aris.."
"Sebelumnya kau bodoh kerena selama ini telah memendam perasaan padanya. Tapi setelah mengungkapkan perasaanmu pun kau masih juga terlihat bodoh.."
"Aku tidak tahu kenapa aku juga bisa begitu bodoh mau menerimamu kembali, meskipun aku tahu kau ini tidak bersungguh-sungguh padaku dan masih mengharapkan cintanya. Aku begitu bodoh karena menganggap kau yang bodoh ini dapat membalas perasaanku. Tapi aku juga tidak bisa pergi menjauh darimu, meskipun aku tahu kau telah melakukan semua tindakan bodoh ini padaku.." Shina, dia tiba-tiba menangis sambil mengungkapkan semua perasaannya itu pada Aris sambil memeluknya.
Setelah beberapa saat,
"Jadi diantara kita berdua ini siapa yang lebih bodoh?" Aris kembali meledek
Shina yang malu, akhirnya dia kemudian melepaskan pelukannya itu dari Aris. Namun, tiba-tiba Aris menahannya dengan berusaha memeluknya kembali sambil berkata
"Maafkan aku yang bodoh ini.. karena telah melakukan semua hal bodoh itu padamu dan membuatmu menjadi bodoh seperti diriku.."
"Tapi.. aku berharap semoga anak kita yang lahir nanti tidak menjadi bodoh seperti Ayah dan Ibunya ini." ucap Aris kembali yang dibalas oleh senggolan kecil Shina dibahunya.
Shina akhirnya dia bisa merasakan sedikit kebahagian saat itu. Dia tahu Aris tidak akan pernah pergi meninggalkannya. Untuk sekali lagi, dia kembali mau mencoba menjalani kehidupan rumah tangganya dengan Aris. Meskipun dia tidak begitu yakin bisa merebut kembali hati Aris, tapi untuk sementara hanya itu yang dia butuhkan (membuat Aris tidak pergi begitu saja meninggalkannya).
Ditempat lain dirumah Papa, Ryan dengan segala macam caranya selalu berusaha membuatku untuk bisa memaafkannya kembali. Dia membantuku mencuci piring, menjemur pakaian, menyiapkan makanan, dan lainnya. Sebenarnya saat itu, aku berusaha bekerja dengan mengerjakan semua pekerjaan rumah untuk menghindar darinya. Tidak disangka dia ternyata terus mengikutiku dan membantuku melakukan semua pekerjaanku itu. Aku sungguh merasa jengah dibuatnya.
Ingin rasanya aku berteriak dan menyuruhnya untuk berhenti mengikutiku dan menjauh dariku, tapi aku hanya bisa menahannya didalam hati. Aku tidak ingin Papa mengetahui kondisi kami yang sedang bertengkar itu dan aku yang berniat ingin menceraikannya.
Kemudian pada saat malam hari, ketika itu kami hanya berdua saja dikamarku, aku kembali memutuskan untuk bersikap dingin padanya. Saat itu Ryan,
"Aku tahu kamu pasti tidak ingin aku tidur diranjang yang sama denganmu, oleh karena itu aku memutuskan untuk tidur dilantai saja seperti ini.." ucapnya memelas sambil menidurkan dirinya sendiri dilantai persis disebelah ranjangku itu.
"Aku hanya berharap semoga keajaiban datang dan hati istriku yang cantik ini bisa kembali melunak, sehingga dia mau memaafkan semua kesalahanku dan membatalkan niatannya itu untuk menceraikanku.."
"Sebab aku tidak tahu lagi, selain dia.. siapa yang bisa menerimaku sebagai seorang suami yang kasar, egois, posesif, sangat cemburuan.. kekanakan.. manja.. Hmm.. apa lagi ya?.. Sayang kau tidak mau menambahkannya?" ucap Ryan mengajakku berbicara.
Saat itu aku diam tidak meresponnya. Aku sengaja memejamkan mataku itu agar terlihat seolah aku ini sudah tertidur. Tapi disisi lain Ryan, dia terus saja mengoceh dan memohon padaku agar aku mau segera memaafkannya dan menerimanya kembali sebagai suami.
Kalau kalian bertanya dimana Mama berada saat ini, Mama sudah pulang kekediamannya. Sebenarnya itu Ryan yang memintanya. Dia bilang untuk tidak membuat Papaku khawatir dan curiga. Sebelumnya Mama telah memintaku untuk mempertimbangkan kembali menganai keputusanku saat itu untuk berpisah dari Ryan. Jadi Mama meminta waktu untuk aku memikirkan kembali dan membuat Ryan agar dia mau berubah selama masa percobaan 2 minggu, selama kami tinggal sementara di rumah Papa. Jadi, sampai 2 minggu ke depan Ryan akan terus berusaha mengubah sifatnya itu agar aku mau kembali menerimanya dan membatalkan niatanku itu untuk menceraikannya.