"Maafkan aku Pak! Sebenarnya semua ini terjadi karena aku. Semua permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga Lena dan Ryan, semuanya bisa terjadi karena aku. Aku yang menjadi sumber masalahnya disini.." ucap Aris merasa bersalah sambil menundukkan pandangannya didepan Papa.
"Seandainya aku tidak pindah di apartemen itu dan menjadi tetangga mereka, mungkin rumah tangga mereka akan baik-baik saja tanpa ada masalah.. Aku menyesal telah melakukannya. Aku benar-benar minta maaf Pak!" ucap Aris kembali
"Tunggu.. Aku tidak mengerti. Apa maksud perkataanmu itu Aris? Yang aku tanyakan tadi, apakah Ryan dan Lena sedang bertengkar sekarang? Kalau iya, apa masalahnya? Aku bukannya mempermasalahkan mengenai kepindahanmu ke apartemen dan menjadi tetangga mereka.." ucap Papa bingung
"Seperti yang aku katakan tadi Pak, mereka bertengkar karena aku. Selalu aku yang menjadi penyebabnya disini. Ryan selalu merasa cemburu terhadapku karena statusku sebagai mantan pacar Lena dulu." jawab Aris
"Jadi, maksudmu Ryan marah karena melihatmu dan Lena bersama?" tanya Papa memastikan
Aris kemudian mengangguk mengiyakannya.
"Kapan kejadiannya? Bagaimana bisa kalian berdua bersama? Coba ceritakan lebih detail lagi mengenai hal ini padaku.." pinta Papa
Aris kemudian menceritakan semuanya pada Papa. Bagaimana saat itu aku ke apartemennya untuk bertemu dengan Shina. Bagaimana Shina yang sedang mengalami masalah dengannya kemudian mengurung kami berdua di apartemen itu agar dirinya dapat menyatakan perasaannya secara langsung padaku. Sampai Ryan akhirnya tahu hal ini dan menjadi marah. Kemudian, dia memutuskan untuk pergi meninggalkanku.
Tidak sampai disitu, Aris juga menceritakan alasan yang membuat Shina kecewa padanya karena Shina tahu bahwa dirinya masih menyimpan rasa padaku hingga saat ini. Aris menceritakan pada Papa alasan sebenarnya dirinya bisa tinggal di apartemen yang sama denganku adalah karena dia masih mencintaiku dan tidak bisa melupakannya.
Papa tentu saja terkejut mendengar pengakuannya karena sebelumnya dia pernah menyangkal hal ini ketika Shina berupaya menjelaskan kepadanya dulu di Rumah Sakit.
Disisi lain, Mama yang tidak sengaja mendengarkan pembicaraan antara Papa dan Aris kemudian menghampiri mereka berdua dan tiba-tiba
*Plak.. (Mama menampar Aris)
"Kau benar-benar kurang ajar! Menjauh dari kehidupan menantu dan anakku sekarang!! Jangan pernah kau menampakkan dirimu lagi dihadapan mereka berdua! Apa kau mengerti?!!" ucap Mama marah
Papa terkejut melihat ulah besannya itu yang tiba-tiba datang dan langsung menampar Aris. Papa pun kemudian berusaha menenangkannya.
"Sabar Bu Tomo.. Tahan emosi Ibu. Tidak perlu memarahinya lagi. Dia sudah mengakui semua kesalahannya.." ucap Papa
"Bagaimana aku bisa sabar Pak Han. Gara-gara orang ini rumah tangga anak dan menantuku berantakan. Bagaimana kalau sampai mereka berdua bercerai, hah?!! Kalau sampai itu terjadi, maka aku tidak akan pernah mengampunimu.. Hey, kau dengar itu!!" ucap Mama sambil menunjuk Aris
"Mereka tidak akan bercerai. Aku tahu Lena sangat mencintai Ryan.." ucap Aris
"Ketika aku mengungkapkan perasaanku padanya, dia bilang dia tidak akan pernah menceraikan Ryan, dan itu tidak akan mungkin terjadi.."
"Saat itu aku sadar bahwa ternyata disini hanya aku sendiri yang masih memiliki perasaan padanya. Perasaannya padaku telah lama hilang semenjak perpisahan kami dulu.." ucap Aris menambahkan
Saat itu Mama, dia tahu betul bahwa apa yang dikatakan oleh Aris tadi tidak sepenuhnya benar. Dia tahu menantunya juga masih memiliki perasaan yang sama padanya. Hanya saja aku masih belum sepenuhnya sadar dan berupaya untuk mengelaknya.
"Karena kau sudah mengakui semuanya dan meminta maaf, maka aku akan melupakannya.. Asal kau berjanji untuk tidak pernah muncul lagi dihadapan menantu dan juga anakku.."
"Aku akan segera pindah dari apartemen karena itu Ibu tidak perlu khawatir. Setelah proyek pembangunanku selesai, maka aku akan segera pergi dari sana.. Sekali lagi aku minta maaf.. Aku benar-benar menyesal telah melakukannya.." ucap Aris frustasi
"Sebaiknya kau pegang janjimu itu.." dan Mama pun pergi meninggalkan Papa dan juga Aris disana.
Beberapa saat setelah Mama pergi,
"Aku tidak tahu kalau kau masih memiliki perasaan terhadap Lena hingga detik ini.." ucap Papa tiba-tiba pada Aris
"Seandainya dulu aku tidak menentang hubungan kalian.."
"Bukan salah Bapak, tetapi takdir memang tidak menginginkan kita untuk bersama. Meskipun aku berusaha saat ini, bahkan ketika aku telah menyampaikan semua perasaanku padanya, tetap saja.. tidak ada yang berubah.. Sepertinya Lena memang bukan jodohku.."
"Aku kurang pantas untuknya. Aku memiliki banyak kekurangan.. Tidak bisa dibandingkan dengan Ryan.."
"Tapi.. Bagaimanapun aku senang karena Lena terlihat hidup bahagia saat ini. Dia begitu mencintai Ryan. Bagiku itu saja sudah cukup.." ucap Aris kemudian
"Sedari awal, niatku pindah ke apartemen yang sama dengannya adalah untuk mengawasinya lebih dekat. Aku senang melihatnya berada disekitar, meskipun kita tidak bersama.. sampai akhirnya aku sadar bahwa kemunculanku itu ternyata hanya membawa petaka bagi kehidupan rumah tangganya.."
"Bagaimana dengan kehidupan rumah tanggamu dengan Shina? Apa kau menyesal telah menikahinya?"
"Aku merasa bersalah padanya Pak. Aku tahu perasaannya tulus padaku, tapi aku tidak bisa membalasnya.."
"Aku mencoba membuka hatiku dan memulai mencintainya sepenuh hati, tapi aku tetap tidak bisa menghilangkan perasaanku pada Lena.."
"Kini Shina tengah hamil, tapi dia memilih untuk menyembunyikan hal ini dariku.."
"Aku mengerti, mungkin dia merasa kecewa karena aku masih belum bisa melupakan Lena. Akan tetapi, bagaimana bisa dia lebih nyaman menceritakan semua hal itu pada Ryan.."
"Ryan..??" tanya Papa heran
"Maksudku, dia lebih nyaman menceritakan masalah kehamilannya itu pada Lena dan juga Ryan tetangganya dibandingkan aku suaminya.. Bahkan dia menyuruh mereka untuk merahasiakan ini dariku.."
Malam itu tanpa terasa, Aris terus menceritakan mengenai kehidupan rumah tangganya dengan Shina pada Papa. Sementara Mama, Mama sibuk menelpon semua orang hanya untuk mencari keberadaan Ryan.
Keesokan paginya, aku terkejut mendapati Mama tertidur disampingku. Aku merasa bersalah karena telah membohonginya kamarin dengan berpura-pura pingsan.
Aku kemudian turun ke kamar Papa dan mencari Ryan disana, tapi ternyata dia tidak ada. Apa yang sedang Ryan lakukan diluar sana? Apa dia menghabiskan malam bersama Shina? Tanpa terasa air mataku pun turun dengan sendirinya.
Aku kemudian berpikir untuk menghubungi Aris. Namun aku baru ingat, aku tidak mempunyai nomor kontaknya di handphoneku. Kemudian aku menelpon Oka untuk menanyakan nomornya Rani. Aku hanya ingin memastikan apakah Shina juga tidak pulang ke apartemennya saat itu. Saat aku menelpon Rani, tanpa sadar hal itu diketahui oleh Mama. Mama yang curiga, kemudian menginterogasiku.
Aku terpaksa menceritakan semuanya pada Mama, karena sebelumnya Aris juga telah menceritakan masalah ini. Mendengar penjelasan dariku, Mama seolah tak percaya. Bagaimana bisa Ryan malah pergi membawa Shina dan meninggalkanku sendirian disana.
Saat itu, tiba-tiba suara panggilan telepon Mama berdering. Ternyata itu panggilan dari salah satu asistennya yang memberi kabar bahwa mereka melihat Ryan berada disalah satu Villanya yang berada dipuncak. Namun saat itu Ryan tidak berada sendirian disana. Asisten tersebut mengatakan bahwa Ryan dan istrinya sedang bermalam di Villa itu.
Sesaat kemudian,
"Ada apa Ma? Siapa yang menelpon? " tanyaku penasaran. Karena waktu itu aku melihat ekspresi muka Mama begitu tegang.
"Ahh.. Tidak apa-apa Sayang. Mama harus segera pergi sekarang. Ada keadaan mendesak.."
"Keadaan mendesak apa Ma? Mama baik-baik saja?" tanyaku cemas
Mama masih terlihat begitu tegang dan khawatir, seperti seseorang yang baru saja mendapatkan kabar buruk. Mama terdiam, termenung, hingga kemudian aku berinisiatif untuk ikut menemaninya pergi.
"Ma, Lena ikut ya?"
"Tidak boleh!!!" jawab Mama spontan seraya ketakutan.
Aku pun terkejut mendengar penolakannya yang tiba-tiba itu.
"Maksud Mama kamu disini saja bersama Pak Han, Sayang. Temani Papamu.." ucap Mama kembali
Saat itu aku mulai curiga, hingga kemudian
"Apa itu kabar mengenai Mas Ryan?" tanyaku kembali yang seketika itu membuat Mama begitu terkejut.
"Ma.. Lena mohon! Mama jangan menyembunyikan ini dari Lena.."
"Lena Sayang dengar.." ucap Mama
"Apa mereka mengatakan bahwa Mas Ryan sedang bersama dengan Shina sekarang?"
Saat itu aku sudah tidak bisa membendung air mataku itu untuk tidak turun. Hingga akhirnya, Mama pun memutuskan untuk mengajakku pergi ke Villa itu.
Dan, setibanya kami disana, aku tidak menyangka, aku akan melihat Mas Ryan tidur sekamar, bahkan seranjang dengan Shina. Mereka terlihat menggunakan selimut bersama, dimana saat itu Ryan tertidur dalam kondisi memeluk Shina.