Setibanya aku di rumah Papa, Mama langsung menyambutku
"Lena Sayang.. Kamu tidak apa-apa?" tanyanya khawatir
Mama lalu memelukku.
"Maafkan Mama Sayang! Tidak berada didekatmu ketika kamu mengalami semua itu. Mama terkejut begitu mendengar beritanya dari asisten Mama. Mama memesan tiket pesawat dan langsung kemari untuk menemuimu.."
"Kamu beneran baik-baik saja kan, Sayang? Apa kata dokter? Apa dia memvonismu untuk tidak bisa punya anak lagi??" tanya Mama tanpa henti
"Nggak Ma. Tidak separah itu kok. Lena baik-baik saja.." jawabku tersenyum
"Tapi Pak Han bilang katanya kamu sempat mengalami amnesia karena shock. Apa itu benar?" tanya Mama kembali
Aku mengangguk menjawabnya. Kemudian
"Tapi semuanya sudah berjalan normal Ma. Lena kini sudah dapat mengingat semuanya.."
Mama kemudian menarikku, sepertinya berusaha menjauhkanku dari Papa saat itu.
"Katakan pada Mama apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Mama setengah berbisik
"Apa benar ini semua karena Ryan?" Mama mulai menginterogasiku
"Tidak perlu takut. Ryan tidak ada disini. Begitu pun Papamu. Kamu bebas cerita semua masalahnya ke Mama Sayang.." ucap Mama kembali
"Gak kok Ma.. Bukan karena Mas Ryan. Saat itu Lena.."
"Sudah.. kamu tidak perlu berbohong dan menutupi semua kesalahannya. Ayo cerita sama Mama.." potong Mama tiba-tiba
Saat itu aku bingung. Kenapa Mama seolah seperti meyakini bahwa ini semua terjadi karena ulah anaknya Ryan. Apa mungkin Papa sudah menceritakan semua pada Mama.
"Apa Papa yang mengatakan pada Mama bahwa Lena keguguran karena Mas Ryan?"
Mama kemudian mengangguk menjawabnya. Aku pun menarik nafas panjang.
"Jadi benar karena Ryan?" tanya Mama kembali memastikan
"Ini semua terjadi karena kami sedikit ada masalah waktu itu.." akhirnya aku mulai bercerita pada Mama.
Aku menceritakan semuanya pada Mama bahwa ketika itu aku bertengkar dengan Ryan karena dia merasa cemburu pada Aris. Aku menceritakan bagaimana Ryan menyuruhku untuk mengatakan semua kalimat-kalimat kebencianku itu pada Aris untuk menunjukkan bahwa aku sudah tidak memiliki perasaan lagi terhadapnya. Bagaimana Aris akhirnya pindah dari unit apartemennya itu. Kemudian, ketika dia secara tiba-tiba mengunjungi kami, aku langsung meminta maaf padanya, serta menarik semua kata-kataku yang kemarin, sehingga membuat Ryan kecewa.. terluka.. lalu pergi meninggalkanku.
Mendengar semua ceritaku itu, respon Mama kemudian
"Apa kamu masih mencintai Aris? Kamu masih ada sedikit perasaan padanya?"
Saat itu aku benar-benar terkejut mendengar Mama menanyaiku hal itu. Bagaimana ini? Apa yang harus kujawab? pikirku dalam hati.
"Sepertinya memang benar kamu masih ada perasaan ke dia." ucap Mama yang terlihat agak kecewa
"Ma.. Lena gak mencintai Aris. Mungkin benar kalau Lena masih memiliki sedikit perasaan, tapi itu bukan cinta Ma.. hanya perasaan bersalah. Lena merasa selama ini Lena terus saja membuatnya terluka. Dan Lena terus dihantui perasaan bersalah itu.."
"Maafin Lena Ma.." ucapku merasa bersalah sambil menundukkan kepala.
Mama terlihat kecewa. Jelas sekali terlihat dari raut wajahnya saat itu. Mama kemudian menarik nafas panjang dan berkata
"Kamu seharusnya tidak melakukannya. Mau itu perasaan bersalah.. Meski itu hanya sedikit.. Itu sama saja seperti kau telah mengkhianati suami sendiri, Lena. Itu tidak baik.. Cepat singkirkan jauh-jauh semua perasaanmu itu, sebelum dia berkembang dan menjadi bumerang bagi kehidupan rumah tangga kalian."
"Apa Pak Han mengetahui tentang hal ini? Alasan kenapa kalian bertengkar sehingga membuat Ryan pergi meninggalkanmu waktu itu.." tanya Mama kembali
Saat itu aku bingung. Mama seharusnya sudah mengetahui hal ini dari Papa kan. Kenapa menanyaiku lagi mengenai ini..
"Bukannya Papa sudah memberitahukan Mama semuanya? Papa tentu saja tahu mengenai hal ini.." jawabku
"Pak Han sebenarnya tidak pernah menceritakan apapun padaku. Aku hanya berusaha menebaknya saja dan memancingmu untuk menceritakan semuanya.."
Kemudian Mama kembali berkata,
"Tapi masalah ini.. sebaiknya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut seperti ini. Mama ingin kalian berdua segara pindah dari apartemen itu. Tidak peduli dimana pun kalian akan tinggal nanti, secepatnya kalian harus pindah dari sana.." ucap Mama kembali
"Aku akan mendiskusikan hal ini pada Pak Han agar beliau juga tidak salah paham akan permasalahan yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga kalian.."
Sebelum Mama beranjak pergi, Mama kembali berkata
"Lena, coba kau hubungi Ryan. Suruh dia secepatnya kemari. Kita harus mendiskusikan masalah ini dengannya.. Kau hubungi dia sekarang!"
"Tapi Ma, Mas Ryan kan sekarang sedang.."
"Sudah.. Cepat hubungi dia! Katakan padanya, kalau dia tidak kesini dalam waktu 30 menit, maka Papanya akan mengusirnya dari perusahaan.." ucap Mama memberikan ancaman
Aku begitu terkejut mendengarnya. Aku yang panik, kemudian segera menghubungi Ryan kembali. Tapi saat itu Ryan masih saja tidak menjawabnya. Ya Tuhan.. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang? pikirku pusing.
Akhirnya saat itu aku.. aku berupaya memainkan peranku kembali, pura-pura berbohong..
"Aaaakh... Aaakkh.. Aaaakkhh.. Kepalaku.." aku mulai berakting
Seketika itu Mama pun langsung berhenti dan berbalik ke arahku
"Lena, kamu tidak apa-apa?" ucap Mama khawatir
Mau tak mau aku pun pura-pura pingsan. Kemudian, Mama yang panik segera memanggil Papa. Aku kemudian dibawa ke kamarku dilantai atas. Dan Mama lalu menelpon salah satu dokter keluarganya untuk datang dan memeriksakan kondisiku.
Saat itu, aku pasrah. Aku hanya berharap agar Ryan dapat segera membaca semua pesanku itu dan segera kemari.
Lalu, Papa.. dia mencoba menghubungi Ryan. Papa terkejut karena ternyata handphonenya Ryan aktif, tidak mati seperti yang kuceritakan padanya tadi. Seketika itu Papa dapat menarik kesimpulan, sepertinya telah terjadi sesuatu antara aku dan Ryan. Mungkin kami bertengkar sehingga membuat Ryan mengabaikan panggilanku dan tidak mau datang kemari menemui mereka, pikir Papa saat itu.
Kemudian, Papa menceritakan hal tersebut kepada besannya Bu Tomo. Tentu saja Mama kaget mendengarnya. Mama yang tidak percaya akan hal itu kemudian mencoba menghubungi Ryan melalui ponselnya.
Sama seperti Papa tadi, Ryan juga tidak menjawab panggilannya. Akhirnya, mereka berdua yang sama-sama diabaikan panggilannya oleh Ryan berusaha mencari keberadaan Ryan saat itu. Mama kemudian menelpon Heru, sedangkan Papa menghubungi Oka dan Aris.
Nihil! Tidak ada dari mereka semua yang tahu dimana keberadaan Ryan. Namun, saat itu Papa berhasil menyuruh Aris untuk datang kemari untuk memintai keterangan darinya.
Setibanya Aris dirumah Papa
"Aris, aku tahu kau orang yang paling jujur disini dan dapat kupercaya. Aku ingin kau menceritakan semua hal yang kau ketahui mengenai putriku dan Ryan, tanpa ada yang ditutup-tutupi.."
Saat itu Aris begitu tegang mendengarkan perkataan Papa. Hingga Papa kembali bertanya,
"Aku ingin bertanya padamu, apakah benar Ryan dan Lena sedang bertengkar saat ini?"
"Apa kau mengetahui sesuatu tentang masalah mereka?" tanya Papa kembali yang membuat Aris semakin tertekan, bahkan ragu-ragu untuk menjawab.