Beberapa saat sebelumnya, saat Ryan pergi membawa Shina dan memilih untuk meninggalkanku, saat itu Shina tidak menyangka bahwa seorang Ryan akan lebih memilih dirinya dibandingkan dengan istrinya sendiri yang sangat dicintai. Shina tidak menyangka hal ini akan terjadi, hingga pada saat mereka berdua menaiki mobil, Shina terus memperhatikan Ryan.
Saat itu Ryan hanya terdiam. Tidak ada sepetah kata pun keluar dari mulutnya untuk dikatakan pada Shina. Dirinya terlihat serius menyetir dengan ekspresi tegangnya itu. Shina yang mulai penasaran, akhirnya dia mulai bersuara terlebih dahulu.
"Apa kau kecewa pada Lena?" tanyanya tiba-tiba
"Sama sepertimu, aku juga tidak menyangka bahwa Aris juga akan melakukan ini padaku.."
Ryan tidak merespon. Dia masih terdiam sambil serius menyetir.
"Dulu aku sempat mengira bahwa setelah kau, Aris adalah seorang pria baik-baik yang bisa kupercaya karena bagaimanapun dia telah membesarkan Rani dan berperan menjadi Ayah terbaik untuknya hingga saat ini.."
"Aku tahu dia itu memang pria baik, tapi aku terlalu berharap lebih.. Gara-gara kebaikannya itu, sehingga aku tidak bisa membedakan antara rasa simpati dan belas kasihan dan menganggap bahwa dia memiliki perasaan yang sama padaku.."
"Kau tahu, biasanya aku tidak akan bertindak bodoh seperti ini hanya karena aku membutuhkan kasih sayang atau rasa cinta dari orang lain, tapi entah mengapa ketika bersama dengannya aku malah berharap seperti itu.. Aku benar-benar naif, bukan?"
Ryan masih tidak merespon.
"Aku tahu dari awal, sejak aku menemuinya di club waktu itu.. dia cukup berbeda dari pria-pria brengsek lainnya yang ada disana. Ketika beberapa wanita berupaya mendekatinya, dia terlihat cuek.. tidak mempedulikan mereka semua. Seolah dirinyalah yang paling menderita disana pasca ditinggal menikah oleh sang kekasih, yang dulu aku tidak tahu bahwa dia itu adalah Lena, istrimu.."
"Karena aku pikir dia terlihat bodoh dan bisa dimanfaatkan.. Aku juga berpikir bahwa aku tidak mungkin jatuh cinta padanya, sebab dia itu bukan termasuk tipeku, jadi aku memilihnya untuk menjadi Ayah Rani menggantikan dirimu yang pengecut ini, tapi tidak kusangka.. bahwa keadaannya akan berbalik. Seolah senjata makan tuan, kini aku yang benar-benar jatuh cinta dan dibuat terluka olehnya.."
"Dari dulu didalam hatinya hanya ada Lena.. bahkan memutuskan untuk tinggal diapartemen juga karena Lena.."
"Aku sudah mengetahui hal ini jauh lebih dulu, tetapi tetap saja.. aku tidak bisa mengendalikan perasaanku untuk tidak jatuh hati oleh ketulusannya.."
Shina kemudian menarik nafas panjang, hingga akhirnya dia kembali berbicara dengan Ryan
"Ryan.. Bagaimana kalau kau ceraikan saja Lena dan biarkan dia kembali lagi bersama dengan Aris?"
Saat mendengar perkataan Shina itu, Ryan tiba-tiba membanting stir mobilnya ke bahu jalan dan menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Tentu saja hal itu membuat Shina terkejut karena sebelumnya Ryan mengendalikan mobilnya itu di jalan tol dengan sangat cepat.
Walaupun Shina agak sedikit shock ketika Ryan melakukan tindakan tersebut, tetapi Shina dapat mengendalikan situasinya seolah dirinya baik-baik saja sambil melanjutkan perkataannya tersebut pada Ryan.
"Aku hanya merasa kasihan padamu.. Kita berdua ini adalah korban dari keegoisan mereka, yang seolah-olah berpura-pura peduli dan perhatian pada kita sebagai pasangannya, namun kenyataannya mereka malah menyembunyikan perasaan cinta terdalam mereka satu sama lain.."
"Lena tidak seperti itu. Aku percaya padanya.. Meskipun dia mungkin masih memiliki perasaannya terhadap Aris, tapi sikap perhatian dan kepeduliannya itu tulus, tidak berpura-pura seperti yang kau katakan tadi.." ucap Ryan tidak terima.
"Benarkah? Apa kau yakin akan hal itu? Aku tidak mau memprovokasimu disini, hanya saja coba kau bandingkan perbedaan sifatnya.. sebelum Aris datang tinggal disebelah menjadi tetangga kalian dan sesudahnya. Apakah ada perbedaan yang bisa kau lihat?"
Ryan terdiam sejenak. Mungkin memikirkan perkataan Shina barusan.
"Kau baru menyadarinya kan?" ucap Shina kembali
"Pasti terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudahnya. Meskipun aku tidak tahu dimana letak perbedaannya, tapi aku sangat yakin bahwa Lena sebenarnya sangat ingin jika kondisinya kembali seperti dulu.. mungkin dia akan lebih memilih hidup bersama Aris dibandingkan dengan dirimu Ryan.." ucap Shina kembali
Ryan yang mulai merasa tidak senang dan panas mendengar ucapan Shina barusan, kemudian
"Kau.. bukankah kau sangat mencintai Aris? Harusnya kau senang telah mengandung anaknya sekarang. Kenapa kau malah berpikiran untuk menyatukan mereka berdua. Dan juga, apa tujuanmu mengurung mereka di apartemen pada saat itu, hah? tanya Ryan tidak senang
"Aku tidak naif seperti dirimu Ryan. Aku hanya berusaha melindungi apa yang seharusnya aku lindungi yakni harga diriku.. Aku tidak mau hidup bersama dengan seseorang yang tidak mencintaiku sepenuhnya.. Mungkin dari luar hubungan kita terlihat bahagia dan baik-baik saja, tetapi sesungguhnya itu sangat melelahkan.. Setiap hari kita harus menerima kenyataan bahwa dia masih tidak bisa melupakan cinta masa lalunya itu.."
"Tapi yang namanya kehidupan pernikahan, kita tidak bisa memaksakan pasangan kita untuk seutuhnya memberikan 100% hatinya pada kita.. Asalkan dia mau menerima kita, menyanyangi kita walaupun hanya sedikit dan seperlunya.. asalkan dia menjalani semua kewajibannya terhadap kita.. aku rasa itu sudah cukup.." jawab Ryan
"Mungkin itu kau. Kalau aku.. aku lebih baik hidup sendiri dibandingkan hidup bersama seseorang yang masih terikat dan tidak bisa melupakan masa lalunya.."
"Tapi Shina, Aris.. aku tahu dia kini sudah mulai membangun perasaannya padamu. Kau tahu ketika waktu itu kau pingsan? Terlihat sekali kalau dia sangat mengkhawatirkanmu.. Dia peduli padamu.. Jadi dia juga sudah mulai mencintaimu.."
"Bullshit..!!" bantah Shina
"Shina, kau harus bisa percaya pada Aris.. Kalau kau tidak mau memberinya kesempatan, bagaimana dia bisa belajar dan membuka hatinya padamu?"
"Memberinya kesempatan, hah? Sampai kapan? Butuh berapa lama lagi?? Aku rasa aku sudah cukup memberinya waktu selama ini.."
Saat itu, Ryan tiba-tiba melihat kalung Shina, dimana ada sebuah cincin yang menggantung sebagai main kalung tersebut.
"Cincin itu.. Apa itu cincin pernikahanmu dengan Aris?" tanya Ryan kembali
Dengan cepat, Shina menyembunyikan kalung tersebut dibalik bajunya, berusaha menutupinya.
Ryan lalu tersenyum,
"Kau sebenarnya sangat mencintai Aris dan berharap bisa kembali bersama dengannya kan?" tanya Ryan kembali
"Lalu kau sendiri, kenapa kau bisa berada denganku disini.. padahal kau tahu Lena pasti sangat sedih melihatmu yang seolah lebih berpihak padaku dan tidak mempedulikannya tadi?"
"Aku sengaja melakukannya. Karena kalau aku memilih untuk bersama dengan Lena tadi, aku yakin kau pasti akan berbuat ulah lagi dan kembali menyulitkan keadaan kami.. Jadi aku memilih untuk menenangkan keadaanmu terlebih dahulu.."
"Kalau masalah Lena, aku yakin.. walaupun aku selalu menyakiti hatinya, dia pasti tetap akan memaafkanku.." ucap Ryan tersenyum
"Setidaknya membujuknya lebih mudah dibandingkan dengan kembali harus berurusan denganmu.." ucap Ryan kembali bergumam dengan suara pelan.
Shina terlihat sedih saat itu. Bukan hanya Aris, tetapi juga Ryan.. Mereka semua hanya mempermainkannya.. Memandangnya hanya sebagai pembuat onar dan masalah.. Mereka melakukannya karena merasa kasihan padaku saja, pikirnya sedih dalam hati.
Didalam kondisinya saat itu, tiba-tiba terdengar suara panggilan telpon di handphonenya. Ternyata itu panggilan dari Aris. Dan dia pun mengabaikannya.
"Bukannya sebaiknya kau mengangkatnya? Itu Aris kan yang menelpon?" tanya Ryan
Shina lalu tersenyum sinis.
"Aku yakin kalau Lena yang menyuruhnya. Bukan Aris yang berinisiatif untuk menghubungiku.." jawab Shina dingin
"Tidak mungkin.." bantah Ryan
"Kita lihat saja.." balas Shina menyeringai
Ternyata benar, setelah beberapa kali panggilan Aris berdering, tidak lama kemudian terdengar suara handphone Ryan berdering dan itu panggilan dariku.
"Lihat.. Aku yakin mereka sedang bersama sekarang.." ucap Shina senang
Ketika Ryan memutuskan akan menjawab panggilanku, tiba-tiba Shina menghalanginya.
"Jangan diangkat!!.. Kau masih mau membuktikan teoriku itu kan bahwa Lena dia hanya berpura-pura saja peduli padamu. Kalau kau memang mau membuktikannya, jangan angkat panggilannya. Kita lihat sebarapa lama dia akan bertahan dan terus menerus menghubungimu.." tantang Shina
Akhirnya Ryan pun mengikuti keinginannya. Beberapa kali panggilan dariku berdering, tetapi dia tetap mencoba untuk tidak mengangkatnya. Dan setelah beberapa saat berlalu, akhirnya kedua panggilan itu terhenti. Baik aku maupun Aris, kita berdua sama-sama menghentikan panggilan kita pada mereka berdua.
"Lihatlah.. Belum sampai lebih dari 5x panggilan, tetapi mereka berdua sudah menyerah untuk menghubungi kita. Sekarang kau bisa menilainya sendiri.." ucap Shina senang
Hingga beberapa saat setelahnya, handphone Ryan pun kembali berdering dan ternyata itu panggilan dari Aris. Ryan saat itu tidak senang, sebab dia tahu apa yang dikatakan Shina ternyata benar. Mereka berdua sedang bersama sekarang.