Ketika Shina bangun tidur, dia melihat ada secarik kertas yang ditinggalkan oleh Aris disamping bantalnya.
Isi surat Aris
Maaf, tadi malam aku telah membuatmu takut dan marah karena melakukan perbuatan itu padamu. Aku hanya begitu emosi. Aku kesal dan aku tidak bisa mengontrol emosiku itu saat melihatmu keluar bersama Ryan dari apartemennya.
Saat itu aku menyeretmu dan membawamu hanya untuk meminta penjelasan darimu. Aku tidak tahu kalau kau juga begitu lelah. Mungkin kau juga telah melalui banyak hal hari itu sehingga membuatmu tidak mood untuk menceritakan semua hal yang terjadi padaku (saat kau berada di apartemen Ryan malam itu). Aku minta maaf Shina. Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kau paling tidak suka mendengarkan aku mengucapkan kata-kata maafku ini, karena seolah memberi jarak pada hubungan kita. Tapi aku tidak tahu selain maaf, kata-kata apalagi yang harus kuucapkan padamu.
Aku tidak akan memaksamu untuk menceritakan semua hal yang terjadi, walaupun aku sangat ingin tahu. Aku memahami perasaanmu. Mungkin kau masih merasa bahwa aku masih belum bisa menerima dan mencintaimu sepenuhnya sebagai istriku. Oleh karena itu, kau ingin membatasi jarak antara dirimu padaku. Maafkan aku atas sikapku itu.
Aku hanya berharap, apapun yang terjadi kedepannya dalam hubungan kita, kau tidak akan pergi menjauh dariku, meninggalkan apartemen kita ini. Aku mulai merasa nyaman hidup bersama denganmu. Aku, kau, dan Rani.. keluarga kecil kita.. walaupun dengan keadaan kita yang hanya seperti ini. Maaf, atas sikap egoisku ini.
Semoga kau bisa memaafkanku dan kita bisa saling berbicara dan berhubungan seperti dulu lagi, tanpa ada masalah. Aris.
Shina begitu tersentuh membaca surat permohonan maaf dari Aris. Walaupun tidak ada kata-kata romantis disana, tapi dia dapat merasakan perasaan tulus dari Aris didalam suratnya.. seolah Aris langsung mengatakan semua itu dihadapannya.
Ada sedikit perasaan bersalah terbesit dihatinya. Mungkin tidak seharusnya dia menyembunyikan semuanya itu dari Aris, alasan kenapa dia bisa berada diapartemen Ryan hingga tengah malam seperti itu.. pikir Shina merasa bersalah.
Shina lalu keluar kamar. Dan di meja makan, dia melihat Aris telah menyiapkan sarapan untuknya yakni nasi goreng dan telur dadar. Tidak hanya itu, Aris juga menuliskan pesan disecarik kertas disamping makanannya itu.
"Sarapan untukmu.. Jangan lupa dimakan karena aku sudah bersusah payah membuatnya.."
"Tidak peduli apapun yang dikatakan oleh Lucy nanti saat kau tidak menyentuh sarapannya. Kau bisa bilang bahwa mulai hari ini dan seterusnya kau akan sarapan dirumah bersama denganku dan juga Rani.. Keluarga kecilmu."
Shina tersenyum membaca isi pesannya. Dan dia pun kemudian duduk dan melahap makanan yang telah disiapkan Aris untuknya.
Saat tengah asik menikmati makanannya, tiba-tiba saja terdengar suara seseorang memencet kode akses pintu di unit apartemennya. Dan begitu pintunya terbuka, ternyata itu Aris.
Sama halnya seperti Shina, Aris pun terkejut melihat Shina masih ada disana dan memakan sarapan yang dibuat olehnya. Aris terdiam, begitupun dengan Shina. Mereka berdua sama-sama terlihat canggung, bahkan untuk saling bertegur sapa satu sama lain. Aris kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengambil dokumennya yang tertinggal disana, tanpa menyapa Shina. Disisi lain Shina, dia merasa sangat tertekan menunggu Aris untuk menyapanya terlebih dahulu.
Setelah melihat Aris keluar dari kamar dan membawa dokumennya yang tertinggal, Shina yang tidak tahan dengan kondisi itu akhirnya mulai mencari cara untuk dapat berbicara dengan Aris, walaupun dirinya membuka percakapan terlebih dahulu.
"Ehemmm.." Shina berdehem saat itu
"Apa kau kembali karena ada barangmu yang tertinggal?" tanya Shina mulai menyapa
"Iya.. Aku lupa kalau aku harus membawa dokumen ini tadi." jawab Aris
"Hanya dokumen itu saja?" tanya Shina kembali
"Iya." jawab Aris
Kemudian Shina kembali terdiam. Dia terlihat bingung memilih topik untuk dibicarakan, hingga akhirnya Aris pun mulai menanyakannya.
"Kau tidak pergi ke lokasi syuting hari ini?"
"Sepertinya hari ini aku akan beristirahat dirumah saja." balas Shina
Mereka kembali terdiam. Kemudian,
"Apa kau.." ucap mereka tiba-tiba berbarengan
Dan mereka berdua pun tersenyum.
"Kau duluan.." ucap Shina masih tersenyum malu
"Apa kau baik-baik saja? Maksudku kondisi fisik kesehatanmu sehingga kau memutuskan untuk tidak pergi ke lokasi syutingmu hari ini.. " tanya Aris khawatir
"Aku tidak apa-apa.. Aku hanya merasa jengah dan tidak mood untuk melakukan syuting hari ini. Aku pikir akan sangat menyenangkan jika seharian ini aku bisa beristirahat dan bermelas-malasan tanpa melakukan kegiatan apapun.." jawab Shina tersenyum
Mendengar jawaban seperti itu dari Shina justru membuat Aris semakin berpikir bahwa kondisi Shina sedang tidak baik-baik saja. Mungkin gara-gara apa yang dialaminya tadi malam, pikir Aris merasa bersalah.
"Shina, mengenai tadi malam.."
"Aku sudah memaafkanmu. Tidak apa-apa Aris.." balas Shina tiba-tiba memotong
Aris yang merasa semua pertanyaannya sudah terjawab kembali terdiam. Dia merasa Shina masih belum nyaman dengannya. Kemudian, dia memilih untuk pergi dan pamit.
"Kalau begitu aku berangkat kantor dulu. Kau jaga dirimu baik-baik.."
"Hubungi aku kapanpun kau membutuhkanku.." ucap Aris kembali sebelum dia pergi
Dan begitu Aris akan melangkahkan kakinya pergi, Shina kembali memanggilnya.
"Aris.."
"Aku juga ingin minta maaf padamu mengenai sikapku tadi malam. Aku hanya ingin bilang bahwa aku tidak melakukan apapun dengan Ryan malam itu, hanya ada beberapa hal yang sedang kami bahas. Maaf, tapi aku tidak bisa menceritakan lebih detail masalahnya itu padamu.."
"Aku hanya tidak ingin kau salah paham dan berpikir macam-macam mengenai hubunganku dengan Ryan. Aku.." tiba-tiba Shina menghentikan kata-katanya karena terkejut oleh Aris yang tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang.
"Aku tahu kalau kau dan Ryan tidak mungkin melakukannya. Maaf, kalau aku sempat menyangsikanmu sebelumnya.. Aku hanya begitu emosi dan tidak suka melihatmu dengannya.. terlebih lagi saat Ryan menahanmu disana untuk tidak pergi.. hampir-hampir saja aku melampiaskan emosiku itu dengan menghajarnya.."
"Apa kau merasa cemburu?" tanya Shina senang
"Iya.." jawab Aris tanpa ragu
Shina tersenyum bahagia mendengar Aris merasa cemburu padanya. Dan dia pun terlihat memegang tangan Aris yang memeluknya itu.
Ketika Aris membalikkan tubuh Shina dan akan menciumnya, tiba-tiba saja Shina merasa mual dan ingin muntah.
Shina kemudian menutup mulutnya dan bergegas lari ke toilet sehingga membuat Aris terkejut.
"Shina kau baik-baik saja?" tanya Aris khawatir
Shina terus saja muntah-muntah, tanpa menjawab pertanyaan Aris. Dan setelah beberapa saat setelah Shina keluar dari kamar mandi.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Aris semakin khawatir
Shina hanya mengangguk pelan meresponnya.
"Kau tidak jadi berangkat ke kantor? Nanti kau bisa telat dan menunda semua pekerjaan pentingmu itu.." Shina berusaha mengalihkan
"Bagaimana aku bisa berangkat ke kantor sementara kau disini dalam kondisi sakit.. Lebih baik aku mengantarkanmu dulu ke dokter baru setelah itu aku pergi ke kantor." ucap Aris menawarkan
"Tidak Aris. Aku sungguh tidak apa-apa.." tolak Shina
Shina kembali mual. Sambil memegang perutnya itu dia kembali berlari ke toilet. Aris yang menyadari hal itupun kemudian,
"Shina, apa bulan ini siklus menstruasimu lancar?" tanya Aris yang seketika membuat Shina terkejut
Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Shina kemudian menutup pintu toiletnya.