Chereads / My New Neighbour / Chapter 165 - Permohonan Maaf

Chapter 165 - Permohonan Maaf

"Papa?" tanyaku pada Ryan

Ryan mengangguk menjawabnya.

"Tidak usah diangkat Mas.."

"Tapi Sayang, aku tidak mau Papa semakin membenciku nanti." dan Ryan pun akhirnya menjawab panggilannya

"Ryan..!! Kau berani sekali membawa Lena pergi tanpa izin dariku.." ucap Papa marah ketika telpon mulai tersambung

"Ryan tidak membawa.."

"Aku tidak mau tahu..!! Pokoknya sekarang juga kau bawa Lena kembali kemari atau aku akan menghapus hakmu sebagai menantu di keluargaku.." dan Papa pun langsung menutup panggilannya.

Ryan yang panik kemudian,

"Sayang, kamu harus pulang sekarang. Kembali ke rumah Papa.."

"Tapi Mas.." ucapku berusaha menolak

"Kamu harus ikut sama aku sekarang atau Papa akan menghapus statusku sebagai menantu dikeluargamu.." Dan Ryan pun mengajakku pergi.

Saat itu, begitu kami keluar pintu, kami berpapasan dengan Shina disana. Dia terlihat seperti sedang menangis. Dengan terburu-buru dia pun langsung masuk ke dalam unitnya begitu dia melihat kami.

Tak selang beberapa lama, saat hendak menuju lift kami juga berpapasan dengan Aris. Kali ini tidak terlihat ekspresi menakutkan lagi dari wajahnya. Akan tetapi, saat itu dia hanya berlalu saja melewati kami, tanpa menoleh atau berkata.. seolah dia tidak melihat kami.

"Apa mereka berdua baik-baik saja, Mas ? Shina terlihat seperti menangis tadi.." tanyaku pada Ryan

"Tidak usah mengurusi mereka. Lebih baik sekarang kamu pikirin gimana caranya supaya Papa tidak salah paham denganku dan menyuruh kita untuk bercerai.." jawab Ryan

Mendengar jawaban itu dari Ryan membuatku merasa tersindir. Benar juga, kalau bukan karena aku yang kabur dan datang malam-malam kemari, Mas Ryan mungkin tidak akan dimarahi oleh Papa seperti tadi. Kemudian, masalah Shina dan Aris juga. Aku pun menarik nafas panjang.

Setibanya kami dirumah Papa, Papa sudah menunggu kami.

"Kau, naik ke atas..!!" Papa memerintahkanku

"Pa.. Mas Ryan tidak membawaku pergi dari sini. Aku sendiri yang pergi menemuinya di Apartemen. Aku khawatir padanya.. karena hari ini dia tidak datang menemuiku, maka aku.."

"Naik..!!" ucap Papa kembali

"Tapi Pa.."

Papa tidak memberi respon sama sekali hanya melotot ke arahku. Mau tak mau aku pun mengikuti keinginannnya. Saat menaiki tangga,

"Pa, jangan memarahi Mas Ryan. Dia tidak bersalah sama sekali dalam hal ini.. Selain itu, Lena juga tidak mau bercerai dengannya, jadi Papa jangan mengancamnya lagi untuk menceraikan Lena.."

Setelah memastikan bayanganku sudah menghilang dari atas tangga. Papa pun kembali berbicara dengan Ryan

"Apa kau menceritakan pada Lena kalau aku menyuruhmu bercerai dengannya?" tanya Papa kecewa

Ryan terdiam.

"Aku tidak percaya.. Bahkan kau suka mengadukan hal-hal kecil seperti ini pada istrimu. Benar-benar tidak dewasa.."

"Bagi Ryan percerain bukanlah hal kecil atau main-main.. Tentu saja Ryan harus mendiskusikan ini pada Lena karena Ryan tidak ingin bercerai dengannya.."

"Apa aku pernah bilang bahwa aku sungguh-sungguh ingin membuatmu bercarai dengan Lena? Aku mengancammu karena aku ingin membuatmu jera.. agar kau tidak lagi melakukan hal-hal bodoh yang dapat menyelakainya."

"Ryan menyesal Pa.. Ryan tahu Ryan salah dalam hal ini. Ryan sudah minta maaf pada Lena. Dan Lena juga sudah memaafkannya.."

"Apa Papa juga tidak bisa memaafkan Ryan?"

"Berikan Ryan satu kali kesempatan lagi Pa.. dan kali ini Ryan berjanji akan menjaga Lena baik-baik.."

"Cih.. Janji? Apa kau ingat sudah berapa kali janji yang kau ucapkan padaku dan kau langgar, hah? Aku bahkan tidak lagi bisa percaya semua hal yang kau ucapkan itu.."

"Ryan akan berubah Pa.. Ryan berjanji akan berubah demi Lena.." ucap Ryan kembali

Papa yang sudah muak mendengar semua penjelasannya tiba-tiba pergi meninggalkan Ryan begitu saja. Ryan yang tidak mau menyerah, dia meblokir jalan Papa dan langsung berlutut dihadapannya.

"Maafkan Ryan Pa. Ryan menyesal.. Beri Ryan satu kesempatan lagi. Ryan akan menjaga Lena baik-baik.." ucap Ryan berlutut sambil menundukkan kepalanya

"Bangun..!!" ucap Papa

Ryan menggeleng menolak.

"Aku sudah pernah berkata apa padamu, lelaki itu pantang berlutut didepan orang lain.."

"Papa bukan orang lain. Papa adalah Papanya Lena, Ayah mertuaku.. yang statusnya juga sama seperti orang tua kandungku sendiri. Jadi Ryan tidak keberatan jika harus berlutut didepan Papa.."

"Ryan berlutut seperti ini karena Ryan merasa bersalah pada Papa. Ryan telah membuat Lena terluka, bahkan sampai kehilangan bayinya.. hanya dengan berlutut seperti ini, Ryan tidak masalah melakukannya.. Apalagi ini tidak bisa dibandingkan dengan kekecewaan Papa dan juga luka hati Lena waktu itu.. Pokoknya sampai Papa bersedia untuk memaafkan kesalahan Ryan, Ryan akan tetap terus berlutut seperti ini.."

Papa menarik nafas panjang.

"Bangunlah.." ucap Papa pada akhirnya

"Apa Papa memaafkan Ryan?" ucap Ryan senang

"Aku akan memberimu kesempatan. Bukan berarti aku telah memaafkanmu sepenuhnya.. Kalau sampai kau mencelakai Lena atau melukai hatinya lagi, aku akan melaporkan hal ini pada Mamamu dan menyuruhnya untuk memisahkan kalian. Apa kau mengerti??"

Ryan mengangguk menyetujuinya. Dia tersenyum, kemudian berdiri sambil memegang tangan Papa.

"Kali ini Ryan berjanji akan menjaga Lena dengan baik dan tidak akan melukai hatinya.."

"Pa.." ucap Ryan kembali sebelum Papa beranjak pergi meninggalkannya.

"Apa Ryan boleh menginap disini dikamar Lena? Ryan tahu Papa masih belum mempercayai Ryan untuk membawa Lena pulang ke apartemen kami.."

Tanpa menjawab pertanyaan Ryan, Papa lalu berlalu pergi.

"Jadi Papa tidak keberatan kan?" tanya Ryan kembali.

Karena Papa tidak mengatakan "tidak boleh" maka aku akan menganggap Papa telah memberiku ijin, pikir Ryan saat itu.

"Terima kasih ya Pa.." ucap Ryan kembali setengah berteriak.

Dan tak menunggu waktu lama, Ryan pun segera naik ke atas untuk menemuiku dikamar.

Pagi harinya di Apartemen Aris dan Shina

Aris, semalaman dia tidak tertidur memikirkan semua hal yang telah terjadi. Sementara Shina, saat itu dirinya masih tertidur lelap dikamar Rani. Begitu terdengar suara pintu terbuka, Aris pun bergegas keluar kamar karena mengira itu adalah Shina. Dirinya berniat untuk minta maaf pada Shina. Akan tetapi, begitu Aris keluar kamar ternyata itu Rani.

"Ayah ada apa?" tanya Rani heran

"Apa Mamimu belum bangun?"

"Hmm.." ucap Rani mengangguk

"Mamimu.. dia baik-baik saja? Tadi malam, apa dia mengatakan sesuatu padamu?" tanya Aris kembali

"Memangnya Mami kenapa?" tanya Rani bingung, kemudian

"Ahh.. Kalian bertengkar lagi ya?" tanya Rani kembali

"Tidak Sayang. Ayah hanya mengkhawatirkannya.."

"Kalau Ayah khawatir, masuk saja ke dalam dan Ayah bisa mengecek langsung keadaan Mami disana.." Rani memberikan saran

Aris terlihat bingung saat itu. Dia tampak ragu-ragu untuk masuk kedalam, khawatir Shina nanti akan marah dan tidak suka dengan kehadirannya.

"Tidak usah takut, Mami sekarang sedang tertidur Yah. Kecuali Ayah membangunkannya secara tiba-tiba, baru Mami akan marah dan mengamuk nanti. Selama Ayah hanya memperhatikannya secara diam-diam dan tidak membangunkannya, Mami tidak akan marah kok.." ucap Rani sambil tersenyum

Dan akhirnya Aris pun masuk kedalam kamar. Seperti yang dikatakan Rani, Shina sedang tertidur disana. Ini kali kedua Shina tertidur tanpa mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang biasa dikenakannya. Aris merasa bersalah saat itu.

Aris berjalan ke tepi ranjang ke tempat Shina berada. Dan ketika dia akan menyentuhnya, dia tidak jadi melakukannya.. khawatir Shina akan terbangun dan menolak kehadirannya disana.. hingga Aris pun tetap berdiri sambil menatap Shina yang sedang tertidur itu dari jarak dekat.

Aris terus gelisah memikirkan bagaimana caranya dia meminta maaf pada Shina. Dia tahu betul bahwa Shina pasti tidak akan mau berbicara dengannya untuk saat ini. Kemudian dia melihat di meja belajar Rani, ada buku tulis dan juga pulpen. Akhirnya, Aris memutuskan untuk menuliskan surat permohonan maafnya itu diatas kertas. Setelah menuliskan semuanya, Aris pun keluar kamar dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor.