Ryan yang panik, begitu pintu liftnya terbuka kemudian dia membawa Shina masuk. Saat itu, dia berniat untuk mengantarkan Shina kembali ke unitnya baru kemudian dia akan memanggil dokter kesana. Akan tetapi, begitu tiba didepan pintu 702, Ryan tidak jadi membunyikan belnya.
"Apa Aris sudah pulang? Shina bilang dia tidak mau sampai Aris tahu mengenai kondisinya ini.. Apa yang harus kulakukan?" pikirnya bingung
Ryan akhirnya membawa Shina masuk kedalam unitnya. Untung saja saat itu anaknya Oka belum pulang ke apartemen, jadi dia bisa merasa sedikit lega. Ryan kemudian membawa Shina masuk ke kamarnya dan baru kemudian menghubungi dokter.
"Bagaimana dok? Kenapa dia bisa pingsan?" tanya Ryan penasaran
Dokter kemudian memeriksa tubuh Shina menggunakan stetoskop untuk mengecek kondisi irama jantungnya. Dia lalu mengecek pergelangan tangan Shina untuk mengecek aliran darahnya disana, setelah itu dia juga melakukan pengecekan tensi darah Shina. Kemudian,
"Tekanan darahnya rendah 90/70 mmHg.." ucap dokter tersebut
"Apa ada kemungkinan dia hamil dok? Sebab sebelumnya dia sempat mual dan muntah-muntah.." tanya Ryan
"Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tekanan darah rendah.. Kehamilan juga bisa menjadi salah satunya, tapi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sebaiknya Bapak mengajak Ibu untuk mengeceknya langsung ke dokter kandungan di Rumah Sakit.."
"Untuk sementara saya akan meresepkan obat dan vitamin untuk menaikkan tensi darahnya.."
"Oh iya, apa Ibu ada mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelum ini atau ada jenis obat-obatan tertentu yang membuatnya alergi?" tanya dokter itu kembali
"Saya tidak tahu dok.. saya ini temannya bukan suaminya. Jadi saya kurang mengetahui mengenai hal-hal itu.. tapi beberapa hari yang lalu saya sempat melihat dia berkunjung ke Rumah Sakit, dokter psikiater.."
"Apa pasien mempunyai riwayat penyakit psikis sebelumnya?"
"Saya tidak tahu pasti, tapi saya tahu dulu dia sempat mengalami stress berat dan depresi akibat sesuatu yang menimpa hidupnya pada saat itu. Itu sudah lama sekali kejadiannya.. mungkin sekitar 17 tahun yang lalu.."
"Kalau Ibu mengkonsumsi obat-obatan anti depresan, itu juga dapat memicu mengapa tekanan darahnya bisa menjadi rendah.. tapi jika memang benar seperti dugaan Bapak bahwa Ibu ternyata dalam kondisi hamil, untuk sementara ada baiknya konsumsi obat-obatan tersebut sebaiknya dihentikan. Sebab akan berdampak buruk bagi perkembangan janin di kandungannya.."
"Lalu apa yang harus saya lakukan untuk hal ini dok?" tanya Ryan kembali
"Bapak sebaiknya mengajak Ibu untuk memeriksakan kandungannya ke Rumah Sakit untuk mengecek apakah Ibu benar hamil atau tidak.."
Ryan terlihat termenung bingung. Dan dia kembali bertanya
"Kalau tidak ke Rumah Sakit. Misalnya dilakukan pengecekannya diapartemen ini saja, bagaimana? Apa bisa dilakukan dok? Sebab sepertinya dia tidak mau pergi ke Rumah Sakit.." Ryan menjelaskan situasinya
"Mungkin bisa.. menggunakan testpack. Bapak bisa membelinya diapotik atau supermarket.. Dan lakukan pengecekannya 2 sampai 3x untuk mendapatkan hasil yang benar-benar akurat.."
"Oke dok.. sepertinya saya akan melakukan seperti saran dokter yang terakhir tadi, melakukan pengecekannya menggunakan testpack.."
"Iya, tidak masalah.."
"Kalau begitu terima kasih Dok sebelumnya.."
"Pastikan Ibu nanti meminum obat dan vitaminnya" ucap dokter tersebut sebelum keluar pintu
"Baik dok. Akan saya usahkan nanti.. Sekali lagi terima kasih!"
Dan dokter itu pun pergi meninggalkan Ryan. Sementara itu, saat Ryan akan menutup pintu, dia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang sepertinya baru keluar dari lift. Ryan yang panik karna mengira itu Oka anaknya kemudian segera masuk ke dalam unitnya. Dia terlihat mengganti pakaiannya dengan baju rumahan dan tak lupa dia mengunci pintu kamarnya itu dari luar, kemudian berpura-pura tertidur di sofa tengah.
Tak lama berselang, ternyata benar.. itu Oka yang baru kembali. Dia terkejut melihat Papanya tertidur di sofa tengah. Oka kemudian mendekat ke arahnya dan berusaha untuk membangunkannya.
"Pa.. Papaa.. Bangun Pa. Kok Papa bisa tidur disini sih. Ada kamar yang nyaman malah tidur di sofa.." ucap Oka sambil mengguncang pelan tubuh Ryan
Ryan yang pura-pura terbangun, dia tiba-tiba menguap seolah dirinya baru bangun tidur saat itu.
"Papa kenapa bisa tidur disini, gak dikamar?" tanya Oka heran
"Ehmm.. itu.." Ryan terlihat bingung memikirkan alasannya
Kemudian Oka, dia tiba-tiba berjalan menuju kamar Papanya dan mencoba membuka pintunya.
"Loh.. Kok pintunya terkunci Pa?" tanyanya heran
Dia terus menerus mencoba membuka pintunya, tetapi tetap tidak bisa karena pintunya terkunci.
"Paa..?" tanyanya kembali
"Ii.. Itu.. yang mau Papa bilang sama kamu. Tadi tanpa sengaja Papa sempet kunci pintunya. Eeh.. pas Papa balik, Papa lupa taruh kuncinya dimana, jadi ya Papa gak bisa buka pintunya dan tertidur disini.." jawab Ryan terbata-bata
Lalu Oka, dia tiba-tiba pergi ke dapur.
"Untung saja kita masih mempunyai kunci cadangannya disini. Karna Mama juga sering teledor sama seperti Papa, jadi Oka menyimpan beberapa kunci dilaci ini.." sambil Oka mengambil beberapa kunci serep
Ryan yang gugup dan panik, dia segera merebut kunci itu dari Oka dan mencoba membukanya sendiri.
"Biar Papa saja yang melakukannya. Kau pasti lelah baru pulang sekolah kan? Istirahatlah dulu dikamar dan ganti pakaianmu.."dan Oka pun kemudian mengikuti keinginan Papanya itu, tanpa curiga sama sekali.
Sementara Ryan dia begitu tegang saat itu. Bagaimana kalau sampai ketahuan oleh Oka bahwa Shina sedang tertidur didalam sana. Akhirnya dia kembali menyembunyikan kunci serep kamarnya itu (memisahkannya dari kunci-kunci serep yang lain). Dan untuk memastikan agar Oka tidak kembali keluar kamar dan mengusiknya, kemudian Ryan dia masuk ke dalam kamar Oka sambil bertanya padanya.
"Kau sudah makan malam? Atau mau Papa pesankan sesuatu untukmu?"
"Tidak usah Pa. Oka sudah makan nasi goreng tadi."
"Baguslah. Kalau begitu kau beristirahatlah, jangan begadang.. karna besok pagi kau harus sekolah."
Oka mengangguk menjawabnya. Dan ketika Ryan akan keluar dari kamarnya,
"Paa.." Oka tiba-tiba memanggilnya
"Mama.. Papa hari ini sama sekali gak ketempatnya Mama? Kasihan Mama Paa.. mungkin dia sangat merindukan Papa."
"Walaupun mungkin saat ini Mama belum sepenuhnya mengingat Papa, tapi setidaknya Papa bisa menemaninya disana.."
"Tidak peduli apapun yang dikatakan atau dilakukan Kakek pada Papa.. Mama sepertinya sangat membutuhkan Papa.."
"Tanpa handphonenya itu, Mama tidak bisa melakukan apapun.. Dia hanya bisa menunggu seandainya saja ada seseorang yang dikenalnya datang berkunjung kesana untuk menjenguknya.. Besok Papa kesana ya?"
Ryan mematung. Dia tidak mengira akan mendengarkan perkataan seperti itu dari Oka. Tanpa menjawab pertanyaan Oka, Ryan langsung keluar kamarnya. Dia kemudian duduk terdiam diruang tengah sambil memikirkan semua hal.
Sementara itu Aris, dalam perjalanan pulang menuju apartemennya dia terlihat mampir untuk membeli sate untuk Shina. Dia terlihat menghubungi Shina saat itu. Disisi lain, Ryan yang sedang termenung diruang tengah, tiba-tiba dikejutkan oleh dering panggilan handphone Shina. Dengan cepat dia kemudian masuk kedalam kamarnya untuk mematikan handphone tersebut.
Saat melihat panggilan tersebut dari "suamiku tampan bukan tipeku", dia langsung menyadari bahwa panggilan tersebut dari Aris. Ada rasa jengkel dihatinya saat itu sehingga membuatnya mereject panggilannya. Telpon kembali berdering dan Ryan merejectnya kembali. Kesall.. akhirnya Ryan memutuskan mematikan ponsel Shina saat itu.
Setelah mematikan ponselnya, Shina terdengar menggumamkan sesuatu dalam tidurnya. Ryan kembali tersadar.. Tidak seharusnya dia malakukan semua itu pada Aris, karena bagaimanapun Shina terlihat peduli dan sayang padanya. Dia takut Shina akan marah jika dia melakukan ini pada Aris. Akhirnya, Ryan kembali menghidupkan handphonenya saat itu. Dia terlihat mengirimkan sebuah pesan untuk Aris agar Aris tidak salah paham akan ulahnya tadi.
Pertama-tama dia mengetikkan nama Aris.. akan tetapi, tiba-tiba Ryan terpikirkan sebuah ide untuk memperbaiki atau membuat hubungan yang romantis dan harmonis antara Shina dengan Aris.
"Sayangku, maaf aku mereject telponmu tadi. Aku saat ini sedang sibuk dan tidak bisa menjawab panggilanmu.."
"Kalau urusanku disini sudah beres, aku akan menghubungimu kembali.."
"Jaga dirimu baik-baik.. I Love You..❤️ Muaaachh😘😘"