"Lena.. Sebenarnya.." Aris saat itu belum melanjutkan kata-katanya, tapi aku sudah tahu sepertinya memang benar apa yang sangat ku khawatirkan itu terjadi.
"Jadi benar aku keguguran?" tanyaku memastikan.
Seketika tangisku pun pecah. Aku benar-benar sedih.. Aku terus menangis sambil meneriakkan nama Ryan saat itu.
"Mas Ryan.. Hiks.. Hiikks.. Hiikss.."
"Maaf.. aku tidak bisa menjaganya.. Bayi kita.. Hikks.. Hiiikss.."
"Lena tenanglah.. Kondisimu masih lemah.." Aris berusaha menenangkanku
Aku terus saja menangis, tidak mempedulikan perkataan Aris sama sekali. Aku terus mengungkapkan perasaan bersalah ku pada Ryan karena tidak bisa menjaga kandunganku ini dengan baik.. hingga akhirnya Aris, dia memilih berdiam diri disampingku sambil mendengarkan tangis penyesalanku itu.
Cukup lama aku menangis, sampai pada saat aku merasa benar-benar tidak bisa mengeluarkan suara tangisanku lagi (mungkin karena lelah dan kondisi fisikku yang lemah), aku pun kembali terdiam. Meski begitu, air mataku tetap saja tidak mau berhenti keluar.. seolah mengiringi perasaan sedih yang begitu dalam, akibat kehilangan calon bayiku. Hingga tiba-tiba Aris, dia kemudian kembali berkata padaku
"Lena apa kau menginginkan sesuatu? Mau ku belikan susu atau jus? Kau makan ya.. Kalau begini terus kau akan memperburuk keadaanmu.."
"Jangan menyiksa diri sendiri dengan sesuatu yang mungkin sudah Tuhan takdirkan untuk kita. Mungkin saja saat ini kau masih belum diberi kepercayaan untuk memiliki seorang anak lagi dengan Ryan. Jangan terus menerus menyalahkan dirimu sendiri.."
Aku masih saja terdiam tidak merespon perkataan Aris.
"Lena.. Kalau kau mau menyalahkan seseorang disini.. akulah orang yang patut disalahkan. Aku.. aku seharusnya dari awal tidak melakukannya.. Muncul dihadapanmu.." ucap Aris serius, merasa bersalah sambil menundukkan kepalanya
"Saat itu aku tidak tahu kalau keputusan yang kubuat dengan tinggal diapartemen yang sama denganmu akan membuatmu semakin menderita. Kau terus saja bertengkar dengan Ryan.. merasa disalahpahami karna Ryan yang merasa cemburu denganku.."
"Lena aku minta maaf.. Aku benar-benar menyesal telah melakukan ini semua.."
"Saat itu yang terpikir olehku untuk tinggal disini adalah untuk mengawasimu lebih dekat.. Mungkin.. niatanku yang sebenarnya adalah ketika kau melihatku nanti, kita bisa kembali dekat.. kau akan kembali merasakan perasaan yang sama denganku, tapi.."
"Aku sama sekali tidak ada niatan untuk membuat rumah tanggamu dan Ryan menjadi hancur.. sampai terjadi peristiwa seperti ini.. ini semua diluar dugaanku.."
"Maafkan aku Lena.. Aku memang pria brengsek.. Sampai sekarang aku bahkan tidak bisa menghilangkan semua perasaanku ini padamu.. Aku benar-benar minta maaf.."
Setelah mengatakan kata-kata itu padaku, Aris kembali terdiam. Dia terus menundukkan kepalanya, hingga pada saat dia menoleh ke arahku.. ternyata aku sudah pingsan disana. Aris yang panik, dia segera keluar untuk mencari perawat dan dokter untuk segera menanganiku.
Ditempat lain Ryan, saat itu dia sudah berada di Bandung menyusul Heru. Dan ketika dia bertemu dengan Heru disana,
"Ryan.. tadi Lena menghubungiku. Kalian bertengkar lagi?" tanyanya
Saat itu Ryan tidak memberikan respon, tapi sepertinya Heru tahu melihat dari ekspresi wajah Ryan saat itu.
"Aku tahu aku memang tidak berhak mengatakan ini padamu, tapi karena aku sudah menganggapmu dan Lena sebagai saudara, layaknya adikku sendiri.. Ryan menurutku kau.. tidak seharusnya bersikap seperti itu pada Lena.."
"Kau tahu bagaimana perasaannya saat ini.. Dia sangat mencemaskanmu.."
"Aku tidak tahu masalah apa yang terjadi antara kau dan dia, tapi tidak seharusnya kau mendiamkannya terus menerus seperti ini.."
Ryan masih terdiam, dia bahkan tidak menatap Heru saat itu.
"Sikap posesifmu itu Ryan.." saat itu Heru tiba-tiba menghentikan kata-katanya karena tiba-tiba saja Ryan langsung menatapnya dengan pandangan tidak senang
Heru kemudian berdehem.
"Maksudku seandainya saja kau bisa sedikit merubah sifatmu itu.." kali ini Heru mengucapkannya dengan suara pelan
"Ini semua karena dia telah mengkhianatiku.." akhirnya Ryan mulai mau bercerita
"Mengkhianati? Maksudmu Lena dia selingkuh??" tanya Heru tak percaya
Ryan menggeleng.
"Dia ternyata selama ini masih memendam perasaannya pada Aris.." ucap Ryan sedih
"Aris?? Maksudmu Aris tetangga sebelah kalian? Seniornya Lena???" tanya Heru kembali
Akhirnya saat itu Ryan, dia menceritakan semua kejadiannya itu pada Heru. Aris yang merupakan mantan kekasihku dulu.. Kami yang hampir akan menikah namun tidak jadi karena perusahaan Papaku tiba-tiba bangkrut, lalu Papaku menjodohkanku dengan Ryan.
Tidak hanya itu, bahkan Ryan juga menceritakan bahwa alasan Aris tinggal diapartemen yang sama denganku adalah untuk merebutku darinya. Dia juga menceritakan bahwa semua pertengkaran dan kesalahpahaman yang terjadi diantara kami selalu berkaitan dengan Aris.. Aku yang terus menerus membelanya.. bahkan hingga pertengkaran kami yang terakhir, dimana aku sempat meminta maaf pada Aris yang seolah membuktikan bahwa aku masih memiliki perasaan padanya.
"Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lena terhadapmu atau pun Aris, tapi menurutku.. Kau tetap bersalah disini Ryan." ucap Heru memberi tanggapan
"Pertama, kau sudah memaksakan kehendakmu pada Lena dengan menyuruhnya mengatakan kata-kata seperti itu pada Aris.."
"Untuk membuktikan rasa cintanya padamu atau Aris, tidak harus kan dengan menyuruhnya berbuat seperti itu. Itu sama saja kau tidak mempercayainya bahwa dia benar-benar tulus mencintaimu.."
"Katakanlah jika memang benar tuduhanmu, Lena masih memiliki perasaan pada Aris.. lalu, apa selama ini perhatian dan kasih sayang yang di berikan Lena padamu terasa berkurang atau terasa berbeda dari biasanya??"
"Kalau tidak, kau benar-benar telah melakukan kesalahan besar Ryan.. dengan terus menerus menuduhnya seperti itu.. Padahal Lena, dia sama sekali tidak melakukan hal apapun yang membuatnya dituduh telah mengkhianatimu.. Dia sama sekali tidak pernah berselingkuh atau melakukan hal-hal yang umumnya dilakukan pasangan yang berselingkuh itu.."
"Memang kalau masalah perasaan, kita tidak bisa memaksanya bahwa semua perasaannya 100% harus menjadi milik kita.. yang terpenting adalah kita telah hidup bersama dengannya sekarang dan dia telah memenuhi semua kewajibannya sebagai pasangan bagi kita. Disamping itu, kita juga telah mencintainya.."
"Tapi tetap saja, dia tidak tulus mencintaiku selama ini.." balas Ryan sedih
"Kalau harus memaksakan semua perasaannya harus 100% menjadi milikmu, kau pikir akan berapa banyak orang yang akan mengajukan cerai diluar sana hanya karena mereka merasa pasangannya itu tidak tulus 100% mencintainya.."
"Didalam sebuah rumah tangga, sebenarnya hanya diperlukan seorang saja yang bertahan untuk mencintai pasangannya. Sebab kalau kau mengharapkan bahwa pasanganmu itu juga harus memberikan rasa cinta yang sama dengan apa yang kau berikan padanya, itu semua mustahil.. tidak akan pernah terjadi.. Oleh karena itu diperlukan rasa saling pengertian, memahami, dan mau mengalah antara mereka satu sama lain.."
"Apa kau pernah berpikir Ryan, berapa banyak orang yang masih mempertahankan rumah tangga mereka padahal pasangan mereka melakukan kdrt misalnya atau selingkuh atau hal buruk lainnya, yang menurut sebagian orang mungkin akan sangat menyakitkan dan memprihatinkan.."
"Menurutmu, kenapa pasangan mereka masih mau bertahan dengan kondisi mereka yang seperti itu?.."
"Apa karna cinta, harta, atau merasa sayang terhadap nasib anak-anak mereka setelah mereka bercerai nanti?"
"Mungkin sebagian iya, tetapi yang menjadikan alasan mereka dapat bertahan sebenarnya adalah karena mereka masih membutuhkannya (pasangan mereka). Mungkin karena perasaan kasih sayang, cinta, perhatian, dan perjalanan mereka yang telah mengarungi hidup bersama selama betahun-tahun sehingga membuat mereka tidak ingin apa yang telah mereka jalani selama ini menjadi hilang hanya karena mereka berpisah.."
"Mereka masih mau mentolerir semua hal itu meskipun bagi sebagian orang diluar sana, hal itu tidak patut untuk dilakukan karena akan terasa sangat menyiksa dan menyakitkan.."
"Seperti yang kukatakan tadi, hanya satu orang saja yang perlu bertahan disini, dan kita tidak bisa menuntut rasa yang sama terhadap perasaannya pada kita.. Apa kau mengerti maksudku Ryan?" tanya Heru
Seperti mendapat pencerahan, Ryan saat itu terlihat sedikit lebih membaik. Dia kemudian mengambil ponselnya dan melihat banyak nortifikasi disana. Beberapa panggilan tak terjawab dari rekan bisnisnya, Aris, sekertaris, Pak Wawan, dan juga dariku. Saat itu dia mengabaikan semuanya dan langsung membuka pesan dariku. Ryan terlihat menitikkan air matanya saat itu membaca semua pesanku.
"Ada apa?" tanya Heru penasaran
Sambil menghapus air matanya, Ryan menjawab
"Lena.. ternyata benar dia memang mencintaiku." ucap Ryan tersenyum
"Memangnya kau baru sadar. Ckckkk.." respon Heru tak percaya
"Kau tidak lihat apa di handphone istrimu itu, wallpapper.. foto-foto.."
Ryan tidak tahu bahwa selama ini Heru sering mengirimkan foto-foto candid dirinya padaku. Sebenarnya aku yang sering memintanya, untuk menanyakan keberadaannya, kalau seandainya sudah lama dia tidak memberi kabar padaku.
Saat itu Ryan tidak mempedulikan ocehan Heru, dia langsung menghubungiku sambil berdiri beranjak pergi.
"Hey Ryan, kau mau kemana?" tanya Heru dengan ekspresi tidak senang
"Pulang menemui Lena.." jawab Ryan
"Lalu meetingnya dengan PT. Surya?"
Tidak mempedulikannya, Ryan terus saja berjalan terburu-buru sambil menuju mobilnya. Saat itu perasaannya bercampur aduk antara rasa senang, cemas, dan khawatir. Senang karena sebentar lagi dirinya akan segera bertemu denganku, cemas dan khawatir karena handphoneku mati sehingga tidak bisa dia hubungi.
Selama kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya Ryan tiba di Jakarta. Saat itu sebelum dia menuju apartemen, dia terlihat mampir ke toko bunga dan juga makanan. Dia merasa bersalah padaku, mendengar penjelasan dari Heru tadi sehingga dia berniat untuk memberikan sogokan dengan bunga dan juga makanan itu padaku. Namun, ketika Ryan tiba di apartemen
"Sayang.." ucap Ryan memanggilku ketika dia memasuki unit kami
Ryan terlihat bingung sebab dia tidak menemukanku diruangan manapun. Dia terlihat menghubungi Oka saat itu, karena Oka juga tidak berada disana. Saat menelpon Oka, panggilannya tidak terhubung. Ryan yang mulai panik, dia kemudian pergi ke dalam kamar dan memastikan semua pakaianku dilemari. Lengkap.. Bahkan semua barang-barang yang aku bereskan di box dan kardus telah dirapikan kembali ke tempatnya semula, pikir Ryan heran.
"Apa mungkin mereka pergi ke joymart atau cafe dibawah. Lena kan jam-jam segini sering lapar.." pikir Ryan saat itu
Dan diapun segera turun ke bawah. Setibanya dilobi, terlihat Pak Wawan disana. Baik Pak Wawan maupun Ryan, mereka berdua sama-sama saling menghampiri satu sama lain.
"Pak Ryan.." ucap Pak Wawan memanggil
"Pak Wawan, apa Bapak melihat Lena atau Bapak sempat berpapasan dengannya tadi?"
"Memangnya Bapak belum mendapat kabar dari Pak Aris atau sekertaris Bapak tadi? Lena saat ini dia berada di Rumah Sakit."
"Rumah Sakit?!!" ekspresi Ryan terkejut
"Iya. Ibu Lena dia mengalami keguguran.."