Karena tidak bisa menghubungi Ryan sama sekali, aku kemudian menelpon Mas Heru untuk menanyakan dimana keberadaannya. Sama sepertiku, saat itu Mas Heru juga tidak tahu Ryan berada dimana sekarang. Dia bilang dirinya sedang berada diluar kota, jadi dia tidak tahu apakah Ryan berada dikantornya itu atau tidak. Dia menyuruhku untuk menghubungi sekertarisnya atau Pak Ari. Dan, setelah menghubungi mereka.. ternyata Ryan juga tidak ada disana.
Aku kembali sedih. Bagaimana caranya aku berkomunikasi dengannya, aku bahkan tidak tahu dimana keberadaan dia sekarang.
Aku kemudian mencoba menghubunginya kembali. Panggilannya terhubung, tetapi tetap.. dia tidak mau menjawabnya. Aku kembali mengiriminya pesan. Pesanku juga tidak dibacanya sama sekali.
Aku benar-benar frustasi. Aku menyesal.. Kalau seandainya aku tahu Mas Ryan akan sangat marah dan kecewa padaku seperti ini, maka aku tidak akan melakukannya.. meminta maaf pada Aris saat itu dan menarik semua perkataan yang telah kuucapkan itu padanya.
Mungkin itu adalah kesalahan terbodoh yang pernah aku lakukan. Aku telah mengkhianatinya.. Aku tahu, seharusnya sedari awal aku tidak boleh melakukan ini. Memikirkan Aris mantanku dulu, disaat aku telah bersama dengannya..
"Mas Ryan maafkan aku.." ucapku dalam hati merasa bersalah sambil menangis terisak
Tak lama berselang, tiba-tiba sekertarisnya Ryan menghubungiku. Dia bilang Ryan saat ini ada dikantor. Dengan segera aku pun menyuruhnya untuk menahan Ryan disana agar tidak pergi sampai saat aku datang nanti. Aku bilang 30 menit.. lakukan usaha apapun agar dia bisa tetap berada disana selama 30 menit.. karena kupikir waktu 30 menit itu cukup, jika aku menuju kantornya menggunakan ojek motor.
Tanpa mengganti baju dan memperbaiki riasan wajahku (karena aku habis menangis tadi), aku pun segera keluar apartemen. Aku bahkan saat itu hanya menggunakan sandal rumah saat keluar karena ingin terburu-buru agar jangan sampai Ryan pergi dari kantornya.
Ketika berada di depan pintu lift, aku yang tidak sabaran kemudian memutuskan untuk turun menggunakan tangga darurat. Disana sempat terjadi sebuah insiden. Mungkin karena aku turun terburu-buru, jadi aku sempat terjatuh. Tidak parah.. saat itu aku hanya terjatuh sambil terduduk. Aku tetap melanjutkan langkahku sambil setengah berlari, walaupun saat itu aku agak merasakan sakit di bagian belakang panggul dan bawah perutku itu.
Saat tiba di lobi, aku tidak tahu.. tapi sepertinya banyak orang yang melihatku saat itu. Pikirku, mungkin karena keadaan mukaku.. Wajahku yang sembab dan mataku yang merah sehabis menangis ini mungkin menarik perhatian mereka. Hingga tiba-tiba datang Pak Wawan (pengurus apartemen) mendekatiku dan menanyakan keadaanku saat itu.
"Bu Lena, anda baik-baik saja?" tanyanya dengan muka panik
Sambil tersenyum dan mengusap kedua mataku, seraya menghapus sisa-sisa air mataku saat itu,
""Iya Pak.. Saya gak apa-apa.."
Namun saat itu Pak Wawan, dia tiba-tiba mengarahkan pandangannya ke arah bawah kakiku. Saat itu aku baru sadar, ada begitu banyak darah yang mengalir dari sela-sela pahaku. Aku terkejut.. hingga tiba-tiba kesadaranku pun hilang saat itu.
Pak Wawan yang panik, kemudian dia segera menggendong tubuhku dibantu oleh beberapa orang menuju klinik yang ada didekat kawasan apartemen. Saat aku sedang diperiksa, dia terlihat menghubungi Ryan. Berkali-kali dia menghubungi, tetapi Ryan tidak menjawab panggilannya. Tiba-tiba seorang dokter datang padanya,
"Apa bapak walinya? Pasien sepertinya mengalami keguguran dan harus segera dilakukan tindakan. Sebaiknya bapak membawa pasien ke Rumah Sakit, karena dokter obgyn saat ini tidak ada disini. Selain itu, untuk melakukan proses kuret juga, saya tidak berani melakukannya.. saya dokter baru dan belum punya pengalaman melakukan ini sebelumnya."
"Saya akan mengirimkan rujukan ke Rumah Sakit dan Bapak bisa pergi kesana menggunakan ambulan. Saya mohon maaf sebelumnya, tidak bisa membantu.." ucap dokter tersebut
Pak Wawan kemudian turut masuk ke dalam mobil ambulan dan membawaku ke Rumah Sakit. Selama proses perjalanan, dia terus menerus menghubungi Ryan, tetapi tetap tidak terjawab. Pak Wawan yang putus asa, akhirnya dia mencoba menghubungi Aris.
Saat itu ketika telpon tersambung pada Aris,
"Halo Pak Aris. Saya Pak Wawan dari apartemen Royal. Pak.. Bu Lena Pak.. Dia mengalami keguguran. Saat ini saya sedang dalam ambulan menuju Rumah Sakit Umum karena dokter klinik minta dirujuk ke sana.. Apa Pak Aris bisa bantu saya menghubungi Pak Ryan. Berkali-kali saya hubungi dia tidak mau menjawab, sepertinya beliau sedang sibuk.. Apa Bapak bisa.." tiba-tiba sambungan telpon terputus saat itu karena handphone Pak Wawan mati.
Sementara ditempat Aris, Aris yang sedang berusaha meminta maaf dan membujuk Shina dengan memberikannya sebuket bunga.. tiba-tiba dia tanpa sadar menjatuhkan bunga yang ada ditangannya itu dan dengan segera berlari meninggalkan Shina.
Shina.. tentu saja dia terkejut melihat respon Aris seperti itu setelah menerima telpon. Dia ingin memanggil dan menanyakan ada masalah apa pada Aris, tapi tidak terburu karena Aris sudah menjauh dan bahkan bayangannya itu sudah tidak terlihat lagi di hadapannya. Kemudian, Shina terlihat mengambil bunga yang dijatuhkan oleh Aris tadi. Sambil membersihkan beberapa bagian yang kotor, dia terlihat tersenyum memandangi bunga itu. Sepertinya Shina berniat untuk menyimpan bunga itu sebagai hadiah pemberian bunga pertamanya dari Aris.
Dirumah Sakit
Aku sedang mendapatkan penanganan di ruang intensif dan Aris yang baru tiba dirumah sakit itu pun langsung menemui Pak Wawan.
"Pak, bagaimana keadaan Lena?" tanya Aris panik
"Bu Lena sedang menjalani perawatan diruang intensif. Untung saja Pak Aris datang. Saya gak ngerti, saya takut.. Kalau nanti seandainya dokter meminta saya untuk mengambil tindakan, saya kan bukan walinya Pak. Takut saya salah ambil keputusan nanti.." Pak Wawan menjelaskan
"Bagaimana Lena bisa keguguran?" tanya Aris kembali
"Saya gak tahu, tiba-tiba saja Bu Lena dia ada dilobi dengan keadaan yang cukup kacau saat itu.. Saya lihat ada darah yang keluar dari betisnya banyak.. Terus saya deketin dan tanyain dia. Dia bilang katanya dia gak apa-apa.. tapi pas dia lihat, tiba-tiba ada darah banyak di kaki dan pahanya, dia tiba-tiba pingsan.."
Pak Wawan kemudian mendekatkan dirinya pada Aris sembari berbisik.
"Sepertinya Bu Lena sedang ada masalah dengan Pak Ryan, saya dengar dari teman saya, katanya Pak Ryan berniat pindah dari apartemennya ini. Dia menawarkan apartemennya itu untuk disewakan atau dijual jika ada yang berminat.."
"Selain itu juga tadi, kondisi Bu Lena saat di lobi Pak, wajahnya sembab dan matanya merah.. sepertinya dia habis menangis. Dia terlihat ingin pergi terburu-buru saat itu.." ucap Pak Wawan menjelaskan
Saat itu tiba-tiba, suara handphone berdering. Aris dan Pak Wawan, mereka berdua terlihat kebingungan saat itu, sebab suara deringnya begitu keras terdengar, namun bukan merupakan suara dari handphone mereka berdua. Kemudian Pak Wawan yang tersadar,
"Oh, ini handphonenya Bu Lena tadi.." ucap Pak Wawan sambil mengambil handphone itu dari jaketnya.
Terlihat disana Sekertaris Susi yang menelpon. Kemudian Aris, dengan segera dia menjawabnya
"Halo Bu. Maaf, tapi saya tidak bisa menahannya lebih lama. Pak Ryan akan pergi sekarang dari sini. Bapak sudah turun ke lantai bawah menuju parkiran mobil.." ucap sekertaris tersebut setengah berbisik
"Halo Bu, bisa tolong Ibu pergi susul Pak Ryan sekarang ke bawah. Katakan bahwa istrinya saat ini masuk Rumah Sakit.." ucap Aris
"Hah?" respon Sekertaris tersebut heran
"Saat ini, saya tetangganya Aris sedang berada di Rumah Sakit Umum. Istri Pak Ryan dia mengalami keguguran. Tolong sampaikan itu padanya." jelas Aris kembali
"Astagfirullah.." respon Sekertaris tersebut terkejut. Dan dia pun dengan segera berlari menuju lift begitu menutup telponnya.
Namun Sayang, saat tiba diparkiran, mobil Ryan baru saja melaju didepannya sehingga dia tidak sempat memberitahukan semuanya pada Ryan. Tidak putus asa, sekertaris tersebut kembali menelponnya menggunakan telpon kantor. Dan begitu telpon itu tersambung pada Ryan
"Halo Pak. Tadi saya baru saja dapat kabar bahwa istri Bapak, Bu Lena dia.." belum sempat Sekertaris tersebut menjelaskan semua pada Ryan, Ryan langsung menutup telponnya.
Sekertaris tersebut kembali menelpon Ryan, namun saat itu respon Ryan malah
"Pak.." belum sempat Sekertaris itu menyampaikan isi pesannya, Ryan yang emosi kemudian berkata
"Pokoknya aku tidak mau mendengar apapun. Kau jangan coba lagi memberitahukan padaku mengenai dia atau memberitahukan dia mengenai keberadaanku, kalau kau masih mau bekerja disana sebagai sekertarisku. Paham?? " dan Ryan pun langsung menutup telponnya
Sekretaris tersebut kemudian memilih untuk bungkam. Tentu saja dia masih mau untuk bekerja disana, sehingga dia memilih untuk mengikuti keinginan bosnya itu.