*Brakkk.. (Suara Ryan membanting pintu kamar)
Seketika itu tangisku langsung terurai, aku pun kemudian ikut keluar mengejarnya.
"Mas Ryan.." ucapku setengah berteriak sambil menangis
"Mas.. Tunggu Mas.." ucapku seraya mengekorinya
Saat itu Ryan, tiba-tiba dia kembali masuk kedalam kamar. Dia kemudian mengambil tasnya dan memasukkan beberapa stel pakaiannya, parfum, dan beberapa barang lain yang biasanya dibawanya saat dia hendak berpergian.
"Mas.." aku kembali memanggilnya tapi dia tetap tidak mau meresponku
"Mas, aku minta maaf kalau memang aku salah karena telah berbuat itu sama kamu. Tapi aku sama sekali tidak ada niatan untuk kembali bersama Aris. Aku mengatakan hal itu karena aku merasa bersalah padanya.." ucapku menangis sambil menjelaskan
Ryan, dia tetap terdiam tidak merespon. Dia tetap merapikan barang-barangnya untuk dimasukkan kedalam tasnya. Kemudian, dia terlihat keluar kamar dan menuju meja kerjanya untuk mengambil beberapa dokumen disana. Aku masih tetap mengekorinya kemanapun dia pergi sambil berusaha menjelaskan situasiku saat itu.
"Mas, aku tahu aku salah. Aku minta maaf.. Aku memang tidak seharusnya berbuat seperti itu. Aku seharusnya tidak mengatakan semua itu pada Aris.. Maafkan aku Mas.. Aku yang salah.." ucapku terus memohon sambil menangis, tetapi Ryan.. dia tetap tidak mempedulikanku, seolah menganggap aku tidak ada disana. Dia masih melanjutkan membereskan beberapa barangnya.
Kali ini Ryan mengambil sebuah box besar dan kardus, kemudian dia merapikan semua barang-barangnya satu persatu didalam kamar untuk dimasukkan kedalamnya.
"Mas.." aku berusaha menghentikan tangannya, tapi dia tetap tidak mempedulikan aku. Bahkan dia terus saja membereskan semua barangnya.
Aku yang kecewa karena mendapatkan semua perlakuan itu dari Ryan, kemudian menangis histeris. Namun saat itu reaksi Ryan, dia malah langsung pergi meninggalkan aku dikamar setelah berhasil membawa tasnya bersamanya. Dia masih meninggalkan beberapa barang yang belum sempat dia masukkan ke dalam box dan kardus. Bahkan, Box dan kardus itu pun masih tergeletak disana dalam keadaan terbuka, belum terisi penuh dengan barang-barangnya dan dia sudah pergi.
Aku terus menangisi kepergiannya tanpa pernah beranjak sedikit pun dari sana. Cukup lama aku menangis saat itu, hingga akhirnya ketika aku merasa lelah dengan semua tangisanku, aku kemudian merapikan kembali barang-barang Ryan.. mengeluarkan semua barang-barang tersebut dari box dan kardus, kemudian memindahkannya kembali ke tempat semula.
Selesai aku melakukan itu, aku mencoba menghubunginya. Kali ini telponnya tersambung, tetapi dia tidak mau menjawabnya. Lebih dari 10x aku berusaha menghubungi Ryan saat itu, tetapi dia sama sekali tidak menjawab panggilanku.. hingga kemudian aku memutuskan untuk mengirimkan pesan chat padanya.
"Mas, aku tahu kamu masih marah sama aku. Aku minta maaf..đ˘"
"Aku menyesal telah melakukan itu semua Mas, tidak seharusnya aku kembali menarik semua ucapanku pada Aris. Aku menyesal telah membuatmu kecewa.. Maafin akuđ˘"
"Mas Ryan.. aku tidak mencintai Aris, tapi kamu. Perasaan aku ke Aris hanyalah perasaan menyesal dan bersalah karena aku terus menerus melukainya. Bukan perasaan cinta seperti yang kamu maksud itu."
"Aku terus menerus dihantui perasaan bersalah pada Aris sejak dulu, sejak aku memutuskan untuk menikah denganmu dulu.."
"Maaf, kalau kamu merasa aku seolah mengkhianatimu dengan menyimpan rasa bersalahku ini pada Aris sampai sekarang.. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah dan cemburu.."
"Rasa bersalah itu kian membesar.. terlebih saat Shina kemarin mengunjungiku di apartemen dan mengatakan bahwa aku telah membuat Aris terluka dan pindah dari apartemennya karena telah mengatakan itu semua padanya."
"Shina sempat menamparku waktu itu dan membuatku menangis.. Maaf aku baru mengatakan ini semua padamu dan membohongimu waktu itu, Mas. Aku hanya tidak mau membuatmu merasa khawatir..đ˘"
"Mas, kamu dimana sekarang? Aku mohon kamu pulang ya sekarang. Kita bicarain semuanya dirumah."
"Mas, Maafin aku..đđđ"
"Aku gak mau cerai dari kamu dan kamu jangan pernah ucapin kata cerai itu lagi sama aku đ
"Mas.."
"Mas.."
"Mas Ryan.."
*Ping
*Ping
*Ping
Aku terus saja mengirimkan pesan padanya, tetapi tidak ada dari satu pun pesanku yang dibacanya. Aku benar-benar sedih dan air mataku kembali keluar dengan sendirinya..
Aku sempat berpikir mungkin inilah akhir dari kehidupan rumah tanggaku dengannya. Apa Ryan akan benar-benar menceraikanku, pikirku sambil masih menangis.
Sementara ditempat lain, saat itu Aris dia terlihat meminta izin untuk pulang lebih awal dari kantornya untuk menyelesaikan semua masalahnya dengan Shina. Dia terlihat mengunjungi toko bunga saat itu dan membelikan sebuket bunga untuk Shina sebagai permohonan maafnya.
Tidak seperti dulu, kali ini Aris, dia terlihat telah menyiapkan semuanya demi Shina. Dia mengingat semua hal dan benda-benda kesuakaan istrinya karena dulu dirinya sempat memfollow akun fanbase istrinya itu menggunakan akun Rani.
Tidak seperti sifatnya yang keras, tegas, dan blak-blakan, Shina ternyata menyukai hal-hal yang berbau seperti anak kecil, seperti hello kitty, tweety, dan pernak-pernik kecil lainnya yang terkesan imut seperti aksesoris rambut berwarna-warni, gelang, dan juga cincin. Hanya saja, dirinya tidak pernah menggunakan itu semua untuk dikenakan, terlebih lagi saat dirinya berada di depan publik.
Mengingat sifatnya, sepertinya Shina tidak mau mengenakan itu semua karena akan memperlihatkan sosoknya yang lemah lembut seperti seorang wanita normal pada umumnya. Selama ini dirinya berusaha menunjukkan image-nya sebagai wanita yang kuat, tegas, mandiri, dan pemberani.. tidak cocok dengan semua barang-barang atau benda-benda yang disukanya itu. Oleh karenanya, Shina tidak pernah menggunakan dan tetap menyimpan barang-barang koleksinya itu didalam lemari khusus di rumah tempat tinggalnya (bukan di apartemen Aris).
Saat itu, ketika Aris tiba di lokasi syuting terlihat suasana yang sangat produktif, dimana beberapa orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ada yang sibuk merapikan riasan para artis, bagian kameramen sedang mempersiapkan crane untuk proses pengambilan gambar, bagian lighting sibuk melakukan proses lighting, dan beberapa artis lain yang terlihat santai beristirahat sambil memegang buku naskah sambil menghapal dialog mereka.
Beberapa saat setelah mempersiapkan semuanya, kali ini proses syuting pun kembali berlangsung. Shina terlihat ada discene saat itu. Perannya sebagai pemeran utama protagonis, dimana dia memerankan dua karakter wanita disana yakni kakak beradik kembar, dimana ketika sang kakak sedang tidak ada, adik kembarnya tersebut berusaha menggantikan posisi kakaknya dalam keluarganya.
"CUTT..!!!" ucap sang sutradara sambil berteriak
"Shina.. Apa yang kau lakukan??! Aktingmu itu payah sekali. Tidak ada penjiwaannya.."
"Dimana artis 30 detik yang selalu mereka agung-agungkan itu, hah?? Menjalani peran seperti itu pun kau bahkan memerlukan take lebih dari 5 kali.." maki sang sutradara kesal
Shina terlihat menundukkan kepalanya seraya meminta maaf. Dirinya merasa sangat kelelahan saat itu.
Tidak seperti biasanya, Shina yang mendapat julukan artis 30 detik itu biasanya hanya memerlukan waktu 30 detik untuk membuat orang-orang terkesima dengan bakat aktingnya. Tidak perlu ada pengambilan take beberapa kali, karena disetiap penampilannya dia selalu berusaha semaksimal mungkin sehingga dirinya tidak pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi, hari itu.. sepertinya moodnya sedang kurang baik, hingga kemudian Lucy pun datang mendekatinya sambil memberikannya minuman.
"Kau mau aku meminta istirahat terlebih dahulu pada Pak Sutradara? Sepertinya moodmu itu sedang kacau sehingga membuatmu sulit untuk berkonsentrasi.." ucap Lucy memberikan saran
"Tidak perlu.. Kita lanjutkan saja." balas Shina
"Shina kau kan belum makan dari tadi, bagaimana kalau aku meminta ijin 15 menit agar kau bisa makan sambil beristirahat. Bagaimana kalau kau tiba-tiba pingsan nanti.."
"Mendengarmu berkata seperti itu membuatku teringat pada sibodoh itu.. Siaall.." maki Shina
"Lain kali tidak usah mengucapkan kata-kata pingsan itu didepanku lagi, kau mengerti Lucy?" ucap Shina kembali yang dibalas oleh anggukan pelan dari Lucy.
Saat itu, Lucy.. dia tiba-tiba tersadar akan kehadiran Aris disana. Dia pun kemudian memainkan matanya pada Shina seraya menyuruh Shina untuk mengikuti kemana arah matanya itu melihat. Dan begitu Shina melihat Aris disana, dia kemudian langsung membuang mukanya begitu saja.. padahal saat itu dia tahu Aris sudah tersenyum padanya.
Begitu scene pengambilan gambar kembali dimulai, Shina mulai menunjukkan bakat aktingnya. Bahkan kali ini diluar dugaan, Shina melakukan hal yang sama sekali berbeda dengan dinaskah, dia begitu mendalami perannya, hingga membuat sang asisten sutradara terheran.
"Memangnya ada yang seperti itu ya dinaskah, kenapa dia melakukannya?"
"Sssttt....!!!! Kau diam!!" ucap sang sutadara untuk menyuruh asistennya itu tidak banyak bicara
Sepertinya saat itu sang sutradara begitu puas dengan akting Shina, hingga kemudian dia tersenyum sambil menepukkan tangannya
"Bagus sekali.. Hebat.. Luar biasa.. Kau benar-benar profesional Shina. Tidak salah waktu itu Roy yang menyarankan aku untuk memilihmu memerankan karakter ini.." ucap sang sutradara senang
Shina terlihat tersenyum puas saat itu. Sambil melirik Aris sesaat dia terlihat membisikkan sesuatu pada lawan mainnya itu, sehingga seolah memperlihatkan dirinya yang bercanda mesra sambil mengecup pipi pria lawan mainnya sambil tertawa senang. Mungkin saat itu dirinya ingin membuat Aris merasa cemburu, entahlah.. tapi yang jelas Aris, walaupun dirinya memang saat itu merasa cemburu dan tidak senang, tapi dia hanya bisa menahannya didalam hati. Dia sangat tahu betul profesi Shina sebagai seorang artis dan mungkin menurut Shina hal itu adalah hal yang wajar, jadi dia seolah cuek, tidak mempermasalahkannya.
Hampir satu jam lamanya, akhirnya saat break pun tiba. Shina terlihat langsung meninggalkan lokasi set untuk beristirahat dan Aris pun mengikutinya dari belakang. Saat itu,
"Shina.." ucap Aris memanggil sambil membuntutinya
Namun saat itu Shina tidak mau menghiraukannya. Dia terus saja berjalan.
"Shina tunggu.." ucap Aris kembali
Saat itu tiba-tiba seseorang berusaha menghentikan Aris.
"Kau tidak boleh mengganggunya. Kalau mau berfoto dan meminta tanda tangan, datang kembali saja nanti. Saat ini Shica sangat lelah dan ingin beristirahat.." ucap pria tersebut.
Ternyata pria itu adalah lawan main Shina di drama tadi. Namanya Gerry artis pendatang baru yang sudah cukup terkenal walaupun usianya jauh lebih muda dari Shina.
"Aku tidak berniat untuk berfoto atau meminta tanda tangan. Aku ingin bicara dengannya, ada hal penting yang ingin kubicarakan padanya.." balas Aris
"Hal penting apa, hah? Memangnya kau itu siapa, ingin membicarakan hal penting dengan Shica?" tanya Gerry kembali sinis
"Aku kakaknya.." jawab Aris
"Kakak?? Hahahaa.." Gerry tertawa
"Hey Bung, jangan membuat kebohongan yang tidak masuk akal. Kau pikir aku akan percaya bahwa kau ini adalah kakaknya Shica. Semua orang itu tahu bahwa dia itu anak tunggal, bagaimana kau bisa mengaku sebagai kakaknya, hah?" ucap Gerry kembali
"Aku tidak ada urusannya denganmu.." balas Aris sambil berusaha mendorong tubuh Gerry yang menghalanginya saat itu
"Kalau kau mengaku sebagi Kakak maka aku sebagai pacarnya Shica tidak akan memberikan izin padamu untuk menemuinya. Apa kau mengerti? Bisa kau pergi sekarang??" ucap Gerry
Namun ketika Gerry dan Aris mulai akan berseteru, Shina tiba-tiba muncul disana.
"Ikut aku.." ucap Shina pada Aris
Dan Aris pun langsung mengikutinya, sehingga membuat Gerry terkejut dan mematung disana.
"Masa iya dia benar-benar Kakaknya?" ucap Gerry tak percaya. Dan dia pun kembali menepuk dahinya mengingat tingkah konyolnya saat menghalangi Aris disana. Padahal Gerry sangat ingin mendekati Shina, akan tetapi dia malah berbuat ulah dengan Kakak Shina seperti tadi, pikir Gerry pusing.
Ditempat lain, Shina dan Aris
"Apa kau sudah menuntaskan perasaanmu pada Lena atau kau sudah menyiapkan dokumen perceraian untuk kita?" tanya Shina sinis pada Aris
"Tidak. Belum kedua-duanya." jawab Aris
"Aku kemari hanya ingin meminta maaf dan memberimu ini.." ucap Aris sambil memberikan buket bunga yang tadi dibelinya.
Namun sayang, saat itu bentuk bunganya itu sudah penyet akibat Aris yang menaruhnya didalam tasnya. Bahkan, beberapa helai bunganya sudah rontok dan tidak terlihat cantik lagi seperti saat dibelinya tadi.
Saat itu Shina, dia terlihat menahan senyum melihat bunga yang ingin diberikan oleh Aris dalam bentuk seperti itu. Dan.. belum sempat Shina mengambil bunganya itu dari Aris, tiba-tiba terdengar suara handphone Aris berdering.
*Kring.. Kriiingg.. Kriiiingg
Aris terlihat ingin mengabaikannya, tapi kemudian Shina menyuruh Aris untuk menjawabnya
"Angkat saja dulu, siapa tahu penting dari kantormu. Aku tahu kau sepertinya membolos hari ini untuk bisa datang kemari menemuiku.." jawab Shina yang membuat Aris tersenyum seketika
Dan begitu Aris menjawab telponnya, tiba-tiba senyuman dari wajahnya lenyap seketika. Aris langsung menjatuhkan bunga yang ada ditangannya saat itu dan dia pun segera berlari pergi meninggalkan Shina disana dengan ekspresi panik dan ketakutan.