Chereads / My New Neighbour / Chapter 150 - Perpecahan Kami

Chapter 150 - Perpecahan Kami

Pagi hari diapartemen Aris dan Shina

Saat itu ketika Aris bangun, dia tidak melihat Shina ada dimana pun di apartemennya, hingga kemudian dia pun bertanya kepada Rani. Menurut Rani, Maminya itu sudah pergi pagi-pagi sekali. Dia harus menyelesaikan beberapa scene yang memang harus diambil saat pagi hari, jadi sudah dari pukul setengah lima pagi dia berangkat ke lokasi syutingnya itu.

Aris, dia tahu Shina pergi dari apartemen karena pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Dan dia pun terlihat melamun saat itu.

"Yah.. Ayah baik-baik saja?" tanya Rani membuyarkan lamunan Aris

"Apa Ayah bertengkar lagi dengan Mami?" tanya Rani kembali

"Tidak.." jawab Aris berusaha tersenyum

"Benarkah? Rani pikir kalian bertengkar lagi karena tiba-tiba saja Mami tadi malam tidur dikamar Rani."

"Baguslah kalau kalian ternyata tidak bertengkar. Tadinya Rani pikir Mami dan Ayah bertengkar, lalu kalian akan berpisah, dan Rani harus tinggal bersama Mami dan juga Om Ryan.."

"Tidak Sayang.. Kita tetap akan tinggal bersama-sama.. kau, Mamimu, dan juga Ayah. Bagaimanapun keadaan kita nanti, kita akan terus bersama-sama.." ucap Aris sambil mengelus-ngelus rambut anak semata wayangnya itu

Tanpa sadar saat itu Rani, dia menceritakan semua kejadiannya pada Aris. Dimana Maminya sempat menyuruhnya untuk datang bersama Oka ke rumah seseorang yang dianggap sebagai Kakeknya (Pak Han/Papaku) dan berniat untuk memperkenalkannya pada Kakek tersebut. Akan tetapi, tiba-tiba Ryan muncul disana dan menghalanginya. Rani juga menceritakan pada Aris, bagaimana saat itu Ryan yang tidak mau mengakui dirinya sebagai anak dan tidak mau memperkenalkan dirinya pada Kakek itu. Bahkan, Ryan juga yang menyuruh Rani untuk tidak mengatakan pada siapapun bahwa dia merupakan anaknya.. Rani terus menceritakan itu semua pada Aris dengan perasaan marah dan kecewa.

"Sayang, kau tidak boleh berkata seperti itu pada Ayah kandungmu.."

"Tapi Yah, dia duluan yang tidak mau mengakui Rani disini, jadi wajar kalau saat itu Rani berkata seperti itu padanya.."

"Tetap saja.. Apapun itu kau tidak boleh berkata kasar seperti itu pada orang tuamu, Sayang. Tanpanya, kau mungkin tidak dapat lahir ke dunia ini.."

"Ayah rasa, dia mungkin mempunyai pertimbangan tersendiri mengapa dia melakukan semua itu padamu.. Bukannya memang dia sengaja ingin berbuat seperti itu dengan menyembunyikan statusmu sebagai anak kandungnya.."

"Waktu itu dia bilang, takut nanti Kakek menyuruhnya berpisah dari Tante Lena.. dia bilang itu alasannya Yah.." jawab Rani

"Nah kan, benar ada alasannya. Dia seperti itu untuk melindungi keluarga kecilnya Sayang.. Tante Lena dan juga Oka. Dia tidak mau kalau seandainya dia harus berpisah dengan mereka berdua, jika Kakek mengetahui tentang hal ini.."

"Memang apa salahnya mengakui kebenaran. Bukannya itu lebih baik daripada kita berbohong dan terus menerus menyembunyikannya. Kalau memang Rani memang anaknya Om Ryan, kenapa dia tidak mengakuinya saja. Apa dia malu terhadap Rani, Yah? Apa Rani ini memalukan??" pikir Rani heran

"Bukan begitu Sayang.. Terkadang ada sesuatu yang memang lebih baik kita simpan dan sembunyikan karena hal itu lebih baik dan dapat membuat kita melindungi apa yang menurut kita penting dan harus kita lindungi. Sama halnya dengan Om Ryan, Kakek pasti akan sangat marah jika mengetahui bahwa dulu Ayah Ryan telah memiliki anak saat berhubungan dengan Mamimu.. terlebih lagi mereka kan tidak menikah waktu itu.."

"Coba seandainya kondisinya terbalik, Ayah yang mempunyai anak Oka dengan mantan kekasih Ayah dulu.. dan begitu Kakek atau Ayah dari Mamimu itu tahu tentang keberadaan Oka yang merupakan anak Ayah, Ayah Mamimu juga akan sangat marah dan tidak senang pada Ayah. Bahkan beliau bisa menyuruh Ayah untuk menceraikan Mamimu dan bertanggung jawab terhadap Oka. Tentunya Ayah tidak mau dan tidak akan setuju karna harus berpisah denganmu dan juga Mamimu, keluarga Ayah yang sekarang.. Kau mengerti maksud Ayah kan?"

Rani mengangguk menjawab Aris.

"Tapi tetap saja, pasti Rani dan Oka yang akan sangat terluka karena berada diposisi anak yang tidak mau diakui keberadaannya oleh orang tuanya sendiri.." ucap Rani kembali sedih

"Rani.. apa Rani tidak senang mempunyai Ayah seperti Ayah? Sekalipun Ayah kandung Rani, Ryan tidak mau mengakui keberadaan Rani, tetapi Ayah akan tetap menjadi Ayah Rani dan selalu berada disisi Rani.." ucap Aris yang seketika itu juga langsung dibalas pelukan oleh Rani

"Tentu saja Rani senang mempunyai Ayah Aris disisi Rani. Makasih ya Yah, sudah mau menjadi Ayah Rani. Rani senang.. meskipun nanti seandainya Mami dan Ayah berpisah, Ayah tetap mau kan jadi Ayah Rani dan berada disisi Rani sampai akhir?"

"Tentu saja Sayang.. Kau tidak perlu khawatir. Mami dan Ayah akan selalu ada buat Rani.." sambil Aris membalas pelukan putrinya itu dan mencium kepalanya.

Selesai Aris dan Rani sarapan, Rani terlihat berpamitan pada Aris untuk berangkat ke sekolah. Dan setelah itu Aris, dia terlihat mengunjungi unit kami.

Aku begitu terkejut ketika membukakan pintu, melihatnya ternyata berada disana. Suasana menjadi hening seketika. Sama sepertiku, Aris juga nampaknya agak terkejut saat melihatku yang membukakan pintu untuknya. Kemudian,

"Lena.."

"Mas Aris.."

ucap kami berbarengan saling menyapa.

Suasana canggung terlihat kental saat itu. Kami berdua sama-sama terlihat saling mengalihkan pandangan mata kami sesaat, hingga akhirnya saling menatap kembali..

Tiba-tiba saja, aku terpikirkan untuk meminta maaf pada Aris atas semuanya, segala hal yang ku perbuat padanya.. terutama kata-kata yang terakhir ku ucapkan waktu itu, yang membuatnya harus tinggal menjauh dari apartemennya ini.

"Maaf.." ucapku merasa bersalah, yang ternyata berbarengan pula dengan ucapan permintaan maaf yang keluar dari mulut Aris, yang entah aku tidak tahu untuk alasan apa.

Kami berdua terlihat saling menahan senyum, mengingat ucapan kami yang terus menerus sama dan berbarengan. Lalu, tiba-tiba Aris

"Ryan ada?"

"Ehh.. Mas Ryan. Dia masih belum bangun. Kau ada perlu dengannya, biar ku bangunkan.."

"Ah, Lena.. Tidak usah." ucap Aris sambil memegang tanganku, menahanku untuk tidak beranjak pergi dari sana

Aris tiba-tiba tersadar ketika aku menatap tangannya yang tiba-tiba menahanku, dan dia segera melepaskan tanganku kembali

"Maaf.." ucapnya terlihat seperti salah tingkah

"Aku juga ingin minta maaf padamu Mas Aris, mengenai semua hal yang kuucapkan dulu.. saat aku mengatakan bahwa aku membencimu.. tidak mau melihatmu lagi seumur hidupku, dan menyuruhmu untuk tidak lagi muncul dihadapanku.. sebenarnya, aku saat itu.."

"Ryan?.." ucap Aris tiba-tiba memotong

"Iya.." jawabku sambil tersenyum malu

"Aku sudah tahu.. Walaupun awalnya aku sempat berpikir bahwa itu memang kau yang menginginkannya, tapi kurasa tidak mungkin.."

Aku tersenyum mendengar Aris berbicara seperti itu mengenai diriku.

"Oh iya, ada apa Mas Aris ingin menemui Mas Ryan. Apa ada hal penting yang ingin kau bicarakan dengannya?"

"Ini mengenai Shina.." jawab Aris yang seketika membuatku terkejut begitu mendengar ucapannya

Aris, dia sepertinya bisa dengan mudah membaca ekspresi wajahku saat itu, hingga akhirnya dia kembali bertanya padaku

"Apa Shina melakukan sesuatu padamu, Lena? Apa dia kembali mengancam keluarga kalian dengan membawa serta Rani?" tanya Aris padaku

Seketika itu juga, Ryan.. dia tiba-tiba muncul dari dalam ruangan dan melihat kami yang sedang mengobrol itu.

Saat Ryan muncul, seketika itu juga aku langsung masuk ke dalam tanpa berpamitan pada Aris. Aku tidak mau membuat Mas Ryan cemburu dan kembali memanas jika melihat aku masih berdiri disana.

Setelahnya, aku tidak tahu lagi apa yang mereka berdua bicarakan disana, tetapi tak berselang lama.. Mas Ryan kembali masuk ke dalam kamar dan menemuiku yang ketika itu sedang berbenah disana.

"Apa yang kau bicarakan dengan Aris tadi? Apa Aris mengatakan sesuatu padamu?" tanya Ryan ketika dia mulai masuk ke dalam kamar.

Jujur saat itu aku bingung. Kenapa Mas Ryan menanyakan hal ini tiba-tiba padaku. Apa dia masih merasa cemburu? pikirku bingung

"Iya dia bilang katanya ingin menanyakan sesuatu padamu mengenai Shina. Selain itu, dia juga menanyakan apakah Shina datang pada kita dan mengancam kita dengan membawa serta Rani.." aku menjelaskan

"Selain itu?" tanya Ryan kembali padaku

Aku kemudian menggeleng seraya menjawab, "Tidak ada.."

Seketika itu, aku terkejut mendengar suara Ryan menghempaskan box peralatan yang ada dimeja nakas

*Brakkk.. (suara box dan benda-benda didalamnya terjatuh, yang seketika membuat jantungku berdegup kencang)

"Aku tidak suka orang yang berbohong padaku dan mengkhianatiku.."ucap Ryan dengan nada marah

Berbohong? Mengkhianati? Apa maksud pekataan Mas Ryan, pikirku bingung dalam hati.

"Aku tahu apa saja yang kau bicarakan disana dengan Aris.." ucap Ryan kembali

Tunggu dulu, aku tidak mengatakan apapun kan yang membuat aku ini di cap sebagai pembohong dan pengkhianat..

"Untuk apa kau mengatakan itu pada Aris, hah? Kau mau membuat Aris agar dia tidak salah paham padamu dengan mengatakan semuanya.."

Saat Ryan mengatakan hal itu, aku baru paham apa yang dimaksud oleh ucapannya itu. Ternyata dia mendengar semua permintaan maafku pada Aris mengenai ucapanku waktu itu.

"Kau masih ada perasaan padanya? Kau ingin agar Aris tahu perasaanmu yang sebenarnya bahwa ternyata bukan kau yang membencinya dan tidak ingin melihatnya lagi seumur hidupmu, melainkan aku.." ucap Ryan emosi

"Bilang saja padaku sekarang kalau kau memang mau kembali bersamanya agar aku bisa menceraikanmu.. Tidak usah bersikap sok manis didepannya dan berpura-pura dingin ketika didapanku. Kalian berdua membuatku muak.." ucap Ryan emosi

"Astaga Mas. Apa Mas sadar apa yang barusan Mas katakan? Tidak boleh seorang suami mengatakan kata-kata cerai seperti itu pada istrinya.."

"Tidak usah menceramahiku.." ucap Ryan kesal

"Aku tidak menyangka bahwa selama ini kesetiaanmu.. rasa cintamu padaku.. semuanya itu tidak benar-benar tulus seperti apa yang kuberikan semua padamu. Kau selama ini ternyata masih memendam rasa cintamu itu pada Aris, bahkan selama kita menjalani pernikahan kita ini.." ucap Ryan kembali emosi

"Mas.. apa yang Mas katakan. Bagaimana aku bisa mencintai Aris?" Saat itu aku berusah menyentuh tangannya, namun dengan cepat dia menghempas tanganku itu, seolah dia tidak ingin aku menyentuhnya.

"Aku benar-benar kecewa sama kamu.." ucap Ryan dingin. Dan dia pun segera keluar kamar meninggalkanku sendirian disana.