Saat itu Aris, dia terlihat bingung memikirkan apakah sebaiknya dia menceritakan masalahnya itu pada Shina atau tidak, hingga dia terus terdiam saat Shina menatap matanya. Shina yang merasa kecewa kemudian,
"Sepertinya aku memang belum bisa sepenuhnya mendapatkan kepercayaan darimu Aris.."
"Maaf, kalau kau menganggapku terlalu ikut campur dan ingin tahu mengenai semua masalahmu.. Aku hanya merasa cemas dan khawatir.." ucap Shina dengan ekspresi sedih
"Karena aku sudah mengantarkan pizzanya. Kalau begitu aku pulang.." Shina mencoba tersenyum walaupun ada sedikit rasa kekecewaan disana.
Baru berjalan beberapa langkah meninggalkan Aris, tiba-tiba Aris meraih tangannya.. berusaha untuk menghentikannya
"Shina.." ucap Aris sambil memegang tangannya
"Terima kasih untuk Pizzanya.. Akan ku makan nanti." ucap Aris tersenyum
"Dan.. mengenai masalahku itu, bukannya aku tidak mempercayaimu atau tidak menganggapmu sebagai istri.. Aku hanya tidak ingin membuatmu salah paham."
"Aku masih dalam jam kerja sekarang. Nanti sepulang kantor akan kuceritakan semuanya padamu.."
"Termasuk masalah kepindahanmu itu dari apartemen??" tanya Shina kembali
Saat itu Aris terkejut mendengar perkataan Shina. Berarti Shina telah mengetahui bahwa selama seminggu terakhir dirinya sudah tidak lagi tinggal di apartemennya.
"Shina, aku tidak bermaksud membohongimu dengan tidak menceritakan semuanya. Aku hanya.."
"Aku mengerti.." ucap Shina tiba-tiba memotong
Saat itu Shina, dia masih berupaya menahan rasa kekecewaannya dengan memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Shina aku minta maaf.."
"Bukankah aku pernah mengatakan padamu untuk jangan terlalu sering mengucapkan kata itu padaku." balas Shina
"Dengan mengatakan itu, kau seolah telah memberi jarak terhadap hubungan kita ini.. membuatku tidak nyaman.."
Aris kembali terdiam saat itu.
"Satu hal.." tanya Shina tiba-tiba memecah keheningan
"Apa ini ada hubungannya dengan tetangga kita itu, Lena dan Ryan?" tanya Shina kembali
Aris mengangguk pelan menjawabnya.
"Baiklah aku mengerti.." ucap Shina kembali. Kali ini terlihat ekspresinya benar-benar kecewa. Dengan segera Shina kemudian pergi meninggalkan kantor Aris.
Saat itu, Shina masih khawatir Aris tidak mau menceritakan semua masalahnya itu kepadanya. Oleh karenanya, dia berinisiatif untuk lebih dulu menyelidiki mengenai hal itu sendirian.
Tempat pertama yang ia datangi adalah apartemenku. Shina berencana untuk menanyakan semua hal ini padaku. Sebab dia tahu, jika dia menanyakan hal tersebut pada Ryan, Ryan akan langsung memblokir nomornya itu atau berupaya menghindarinya.
Setibanya Shina di pintu apartemenku, aku terkejut dibuatnya. Aku tidak mengira bahwa dia akan datang berkunjung kemari. Kemudian, aku pun mempersilahkannya masuk.
"Melihat ekspresi wajahmu yang terkejut seperti itu, sepertinya kau telah bisa membaca maksud dari kedatanganku kemari.." ucap Shina tiba-tiba padaku
"Shina, mengenai Aris.." aku berusaha menjelaskan
"Lena.. Aku ingin kau menceritakan semua masalahnya padaku.. Apa yang terjadi belakangan ini? Mengapa tiba-tiba saja Aris memutuskan untuk pindah dari apartemennya. Apa Ryan telah melakukan sesuatu?" tanya Shina dengan ekspresi tidak senang sambil menahan emosinya saat itu
"Maafkan aku Shina.. ini semua terjadi karena aku. Seandainya aku tidak mengatakan semua kata-kata itu padanya, maka Aris tidak.."
"Kata-kata apa??" potong Shina tiba-tiba
Kemudian aku pun menceritakan semuanya pada Shina, hingga tiba-tiba
*Plak.. (Shina langsung menamparku)
"Keterlaluan.." ucap Shina marah
"Kau benar-benar tidak punya perasaan Lena.. Bagaimana bisa kau mengatakan semua itu pada Aris."
"Lena kau tahu.. Aris.. meskipun aku berusaha keras untuk mengelak, tapi aku tahu.. dia masih tetap mencintaimu.."
"Bagaimanapun sulitnya aku berjuang, bahkan hingga sekuat tenaga untuk membuatnya melupakanmu.. tetap saja posisimu dihatinya tidak akan pernah terganti. Seolah dia telah menutup hatinya rapat-rapat untuk tidak menerima cinta dari siapa pun.."
"Aku heran.. Si bodoh itu.. Aku tidak tahu apa yang dilihatnya darimu, sampai-sampai dia mau merelakan seluruh yang dimilikinya untuk mencintaimu.. Sementara kau, kau malah terus saja menyakiti hatinya.."
Mendengar ucapan dari Shina membuat perasaanku terluka. Perasaan bersalah itu kian membesar.. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.. Kenapa aku terus saja membuatnya menderita.
"Aris.. Seandainya aku bisa kembali ke masa lalu dan mengubah semuanya." pikirku dalam hati sedih
Tanpa terasa saat itu, air mataku tiba-tiba mengalir..
"Karena kau sudah mengatakan itu semua padanya, maka aku ingin kau membuktikannya. Jangan pernah muncul lagi dihadapan Aris.. Karena baginya kau hanyalah sebuah kenangan yang menyakitkan.."
Selesai mengucapkan itu, Shina kemudian pergi meninggalkan apartemenku. Saat itu dia terlihat mengeluarkan handphonenya kemudian mengetikkan sesuatu untuk dikirimkan kepada Ryan.
Isi pesannya
"Kau telah membuat Aris pergi dari apartemen, maka aku akan memberikan sedikit hadiah padamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Pak Han nanti, ketika dia tahu bahwa dirinya juga mempunyai seorang cucu perempuan yang usianya lebih tua setahun dari cucu pertamanya Oka."
Benar saja, belum satu menit setelah Shina mengirimkan pesannya itu, Ryan langsung menghubunginya. Saat itu Shina memilih untuk tidak langsung menjawab panggilannya.
"Ryan.. Ryan.. Kalau dulu aku tahu kau ternyata semudah ini diancam seperti ini.. seharusnya sudah dari dulu aku bisa merebutmu dari Lena.."
"Tapi beruntung saat itu aku tidak melakukannya, kalau tidak.. aku tidak mungkin bisa bersama dengan Aris.." ucap Shina sambil tersenyum sinis melihat panggilan dari Ryan
Ryan terus menerus menghubunginya hingga pada saat panggilan Ryan yang kelima, akhirnya dia baru memutuskan untuk menjawabnya.
"Shina.." teriak Ryan dari balik telpon
"Kau dimana sekarang? Ayo kita bertemu.."
"Aku?.. Ehm, saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah mertuamu. Bagaimana kalau disana saja kita bertemu. Sekalian aku memperkenalkan Rani pada mertuamu itu." balas Shina senang
"Shina kumohon.. Jangan lakukan itu.."
"Apapun.. apapun yang kau inginkan akan kulakukan. Tapi aku mohon kau jangan pergi kesana.." Ryan memohon dengan sangat
"Ehmm.. Bagaimana ya? Masalahnya aku sudah terlanjur kesal dibuatnya. Satu-satunya hal yang bisa menghiburku saat ini adalah ketika melihat reaksi mertuamu itu saat mengetahui bahwa dulu itu kita sempat pacaran, bahkan sampai memiliki anak di luar nikah.."
"Aku akan meminta maaf pada Aris dan membuatnya untuk kembali tinggal di apartemen kalian.."
"Ryan aku sudah mau sampai. Kalau begitu, aku tutup dulu telponnya.. Kalau kau mau datang menyusulku kemari, dengan senang hati aku akan menunggumu. Sampai bertemu Ryan.." Dan Shina pun langsung menutup panggilan telponnya
Sementara Ryan, dia terlihat gusar saat itu. Sambil terburu-buru meninggalkan kantornya, dia terlihat menghubungi Papaku untuk memastikan dimana keberadaannya sekarang. Betapa terkejutnya Ryan saat mengetahui bahwa Papaku itu sedang berada dirumah. Papa kebetulan tidak masuk kerja karena kondisi kesehatannya yang kurang fit. Akhirnya dengan segera, Ryan pun melajukan mobilnya ke rumah Papa.
Dan setibanya dirumah Papa, ternyata Shina sudah berada disana. Saat itu Shina, dia terlihat senang melihat keadaan Ryan yang sangat kacau dan panik itu. Dengan segera Ryan pun pergi menghampirinya.
"Ryan, kau sudah datang.." ucap Shina tersenyum senang sambil menyambutnya