"Morning Lena.." sapa Roy tersenyum lebar begitu melihat aku membukakan pintunya
"Roy..? Ada apa kau datang kemari?" tanyaku heran
Belum sempat Roy menjawab pertanyaanku, tiba-tiba dari arah dalam ruangan Ryan muncul disana. Dia menyentuh bahuku pelan dan dengan tatapan matanya, seolah menyuruhku untuk segera pergi darisana.
"Santai Bro.. Gw kemari mau nemuin lw, ada yang mau gw bicarain.." ucap Roy
"Lw gak mempersilahkan gw masuk nih or basa basi gitu nawarin sarapan gratis.." ucap Roy kembali tersenyum
Saat itu Ryan, dia sebenarnya tidak ingin mempersilahkan Roy untuk masuk, hingga akhirnya Roy kembali berkata padanya
"Segitu sensi dan curiganya lw sama gw, padahal lw itu udah gw anggap sebagai brother.. Tahu gitu gw gak perlu repot-repot nolongin lw waktu itu ditempat Jessy.." ucap Roy menyindir
Mendengar Roy berkata seperti itu membuat Ryan merasa tidak enak. Benar juga, walaupun dia itu brengsek, tapi dia dulu pernah menolongku saat aku dan Lena sedang bertengkar. Berkat ide dan jasanya yang mengantarkanku kembali kemari, Lena dan aku bisa berbaikan.." pikir Ryan dalam hati. Dan akhirnya, Ryan pun kemudian mempersilahkan Roy masuk kedalam.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ryan tanpa basa basi, ketika dia telah mempersilahkan Roy untuk duduk
"Sebenarnya ini masalah Jessy dan gw mau langsung nanyain hal ini ke Lena.. tapi lihat reaksi lw yang kayak kemarin dilobi.. jadi gw mutusin buat datang langsung nemuin lw disini.. Biar lw juga bisa ngawasin apa yang mau kita obrolin soal Jessy ke istri lw itu.."
"Kenapa harus Lena? Memangnya Jessy akrab sama Lena? Dan juga, memangnya apa hubunganmu dengan Jessy?" tanya Ryan menginterogasi
"Sebenarnya Jessy itu.." Roy yang belum menyelesaikan kata-katanya terkejut ketika melihat Oka keluar dari kamarnya
"Kau.. Om mesum itu.. sedang apa disini?" ekspresi Oka tidak senang begitu melihat Roy ada disana sambil menunjuk ke arah Roy
"Om Mesum?" ucap Ryan heran
"Ini Pa.. Orang yang buat Oka berantem sama Rani waktu itu.."
Mendengar ucapan seperti itu, membuat emosi Ryan kembali terpancing.
"Sabar.. Sabar Yan. Tenang.. Semuanya itu salah paham. Gw gak tau kalau dia itu pacar anak lw. Maksud gw waktu itu, dia kan minta tandatangan gw.. terus karna gak ada kertas jadilah gw tanda tanganin di uang seratusan ribu. Terus pas anak lw lihat gw ngasih uang itu ke cewenya, dia marah. Dia langsung ngambil uang itu dan remes-remes terus lempar uangnya didepan gw. Anak lw salah paham ngira gw ngasih uang itu ke cewenya karna ada apa-apa.." ucap Roy menjelaskan
"Bohong Pa. Om itu sengaja nandatangani di uang itu buat ngerendahin Rani. Ngapain coba ngasih tanda tangannya diuang. Memangnya dia gak bisa make kertas apa gitu atau minta kertas ke orang lain.." sanggah Oka
"Bocah brengsek.." ucap Roy memaki dalam hati sambil melihat Oka dengan tatapan tidak senang.
Aku yang melihat hal itu pun kemudian segera memanggil Ryan yang sepertinya sudah mulai terpancing emosinya.
"Mas.." panggilku padanya
Kemudian aku pun menarik Ryan untuk masuk ke ruang dapur.
"Masalah Rani dan Oka lebih baik jangan dibesar-besarkan. Bisa gawat kalau sampai Roy tahu kalau Rani ternyata juga anak kandungmu. Bukan maksudku untuk menuduh Roy itu orang jahat, tapi kita tidak bisa membiarkan dia mengetahui hal ini.." ucapku menasehatinya
"Sepertinya Roy juga tidak mengetahui kalau Rani sebenarnya anak Shina dan sedang tinggal disebelah. Aku tahu Roy, dia tertarik pada Shina. Jadi lebih baik, kita menyembunyikan identitas Rani disini atau kalau tidak.. nanti Roy akan terus-terusan mengejar Shina dengan memanfaatkan Rani. Terlebih lagi Rani itu sangat mengidolakannya.."
"Apa kau bilang, Rani mengidolakan Roy??" ucap Ryan terkejut tak percaya
"Iya. Oka yang memberitahukannya padaku. Saat ini Oka tidak menyukai Roy karena dia menganggap Roy itu sebagai rivalnya." lanjutku
"Bagaimana bisa Rani mengidolakan si brengsek itu? Memang apa bagusnya dia??" ucap Ryan tidak senang dan kesal
"Aku tidak tahu.. tapi yang penting Mas pokoknya jangan sampai memberitahu Roy identitas Rani."
"Dan satu lagi, jangan sampai Shina juga mengetahui hal ini.. kalau anaknya Rani mengidolakan Roy. Aku sangat tahu Shina, dia tidak menyukai Roy. Kalau dia tahu Rani mengidolakannya, dia pasti akan sangat marah. Kasihan Rani nanti.. Jadi tolong jaga hal ini ya Mas. Jangan beritahukan pada siapapun.."
Setelah mengucapkan itu semua pada Ryan, aku pun pergi meninggalkan dapur untuk melihat keadaan Roy dan Oka.
Saat itu aku juga memanggil Oka untuk masuk ke dalam kamarnya. Sama seperti Ryan, aku pun memperingatkan Oka mengenai hal tadi. Tanpa membantah, Oka kemudian langsung menyetujuinya.. terlebih lagi hal ini berkaitan dengan Rani. Aku sangat tahu betul bahwa putraku ini sangat menyayangi Rani, jadi dia akan rela melakukan apapun itu untuknya.
Selesai memberitahukan pada Oka, aku kembali menemuin Ryan dan Roy disana. Saat itu,
"Apapun alasannya aku tidak suka kau dekat-dekat dengan putraku, terutama pacarnya. Kalau bertemu dengan mereka kau harus menghindar.. kalau kau memang masih mau kita berhubungan baik. Apa kau mengerti Roy?"
"Ya.. iya.. Ryan. Bosen gw lw ngomong itu lagi itu lagi. Heran gw.. Gak anak.. gak bapak.. semuanya posesif. Mungkin posesif memang ada gen turunannya kali.." ucap Roy bersungut
"Ehh.. Lena" ucap Roy tersenyum ketika melihatku muncul disana
"Ayo duduk.. Ada yang mau gw omongin sama lw." sambil Roy mempersilahkanku duduk disebelahnya.
Namun saat itu, tiba-tiba tangan Ryan menarikku dan langsung menyuruhku untuk duduk disebelahnya disisi kirinya (agak berjauhan dengan Roy).
"Mengenai Jessy, apa dia ada cerita atau curhat ke lw mengenai masalahnya?" tanya Roy padaku
"Jessy, dia bilang dia akan kembali ke Australi.." ucap Roy kembali
"Australi?" ucapku terkejut mengulang perkataan Roy
"Iya. Dia bilang dia bakalan mundur dari jabatannya. Dan Kakeknya itu marah besar.."
"Malam itu gw mau nanyain masalah ini ke lw waktu dilobi. Cuma gak sempat kan.. karena something trouble.." ucap Roy sambil melirik Ryan sesaat
"Kakeknya nyuruh gw buat bujuk dia supaya dia tetap mau disini nerusin perusahaannya, tapi Jessy gak mau. Dari kemarin yang pas gw ke apartemennya dan ketemu lw waktu itu, Jessy seolah menghindar dan sulit untuk diajak ketemu. Makanya itu gw mau minta tolong sama lw Len, tolong bujuk Jessy supaya dia mau tetap tinggal.." ucap Roy memohon
"Bujuk gimana, gw gak begitu akrab banget sama Jessy. Gw gak yakin dia mau dengerin gw.." balasku
"Kenapa gak minta tolong sama Aris aja Roy. Mereka kan satu kantor. Kalau itu Aris, pasti Jessy mau ngedengerin semua perkataannya.." ucapku kembali menyarankan
"Aris si suami Shina itu? Heh..! Lebih baik gw diomelin Kakek atau biarin Jessy ke Australi sekalian daripada harus mohon-mohon sama minta tolong ke dia.." ucap Roy tegas menolak
"Kalau itu aku setuju.." ucap Ryan tiba-tiba sambil mengajak Roy beradu kepalan tinju
"Ryan.. karena kita satu kufu (sama-sama membenci Aris), bisakan lw tolong bujuk istri lw supaya dia mau membujuk Jessy. Please.." bujuk Roy tiba-tiba
"Ayo Ryan.. Ijinin istri lw buat ketemu sama Jessy terus bujuk dia Yan.." ucap Roy kembali
"Gw kan udah pernah bantuin lw sekali.. Anggap aja ini balas budi atas bantuan gw yang waktu itu.."
Tidak tahan mendengar Roy yang terus menerus memohon padanya, akhirnya Ryan pun memberikan izinnya. Dia lalu memintaku agar aku dapat membantu Roy membujuk Jessy agar dia tidak jadi pindah ke Australi. Namun saat itu, ditengah percakapan kecilku dengan Mas Ryan, terlihat senyuman mencurigakan dari Roy ketika melihat kami berdua sedang berdiskusi.