Seminggu telah berlalu setelah kejadian itu. Usia kandunganku juga hampir menginjak 7 minggu. Ryan.. dia kembali melanjutkan aktivitas hariannya. Dia terlihat semakin sibuk dengan urusan pekerjaannya. Sesekali dia terbang ke New York dan kembali lagi kesini. Terus saja berjalan seperti itu, hingga terkadang aku mulai merasa khawatir mengenai kesehatannya karena sering kali dia terlihat begitu lelah.
Untuk masalah Rani dan Oka, Rani kini telah resmi menjadi siswi kelas 1 SMA dan menjadi junior Oka disekolahnya itu. Hubungan keduanya berjalan cukup baik. Walaupun pertengkaran-pertengkaran kecil sering terjadi diantara mereka, tetapi mereka sering kali terlihat pergi dan pulang sekolah bersama.
Sedangkan masalah tetanggaku, Shina dan Aris.. aku jarang melihat Shina atau berpapasan dengannya belakangan ini. Kelihatannya dia sedang sibuk menjalani pekerjaannya sebagai seorang artis di sinetron terbarunya. Sedangkan untuk Aris.. dia sering terlihat dan berpapasan denganku, entah itu dilorong, lobby, atau Joymart. Kali ini aku tidak berusaha kabur atau menghindar darinya, bahkan lebih dari itu.. aku terkadang mencoba menyapanya atau dia yang menyapaku. Ya, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan bersalah dan rasa gugup itu terkadang masih ada.. terlebih lagi saat aku hanya sedang berduaan saja dengannya. Akan tetapi, segala sesuatunya berjalan dengan baik.. hubungan kami berempat sebagai tetangga.
Disamping masalah itu, beberapa hari terakhir ini aku sering merasakan ada yang aneh. Aku seperti merasa sedang dibuntuti atau dipantau oleh seseorang. Entahlah.. Aku tidak tahu dia siapa, tetapi gara-gara hal itu, setiap keluar dari unitku aku selalu merasa waspada. Aku tidak menceritakan hal ini pada Ryan. Aku tidak mau membuatnya khawatir. Selama ini dia sudah terlihat cukup lelah menjalani aktivitasnya. Aku tidak mau kembali membebaninya dengan masalahku.
Saat itu malam hari, ketika aku hendak membeli susu di Joymart bawah, saat dilobi, orang itu.. dia sepertinya ada disana. Hingga ketika aku mulai memasuki Joymart, orang itu sepertinya turut mengikutiku.. laki-laki yang mengenakan topi hitam dan menggunakan masker. Dan ketika aku akan melakukan pembayaran dikasir, tiba-tiba dia menepukku dari belakang sehingga membuatku tersentak terkejut.
"Lena..." sapa orang itu sambil menepuk punggungku
Ketika aku berbalik, dia kemudian membuka topi dan maskernya. Ternyata itu si Roy.
"Ya ampunnn.. Roy. Kau nyaris saja membuatku jantungan." ucapku terkejut sambil memegang dadaku
"Maaf.. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu Lena.. Kau baik-baik saja?"
Aku kemudian mengangguk menjawabnya.
"Bagaimana kabarnya Ryan? Kalian tidak bertengkar lagi dan kau kabur dari rumah kan?" ucapnya meledekku
Saat itu aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaannya.
"Maaf.. Aku hanya bercanda. Tidak perlu dimasukkan ke hati." ucapnya kembali sambil tersenyum
Sejak saat itu Roy, dia terus mengikutiku hingga kita memasuki lobi. Kemudian,
"Hey Lena, bisa kita bicara sebentar. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu mengenai Jessy." ucap Roy
Saat itu aku tidak tahu kalau ada Aris juga disana. Melihatku yang saat itu sedang mengobrol berdua dengan Roy membuatnya khawatir. Dan dia pun lalu menghampiri kami.
"Lena.." sapa Aris
"Semuanya baik-baik saja?" tanyanya padaku
"Mas Aris.." sapaku terkejut
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil mengarahkan pandangan tidak menyenangkannnya itu pada Roy
"Iya.." jawabku
Kemudian Roy, dia kembali mengajakku pergi saat itu.
"Bagaimana kalau sambil ngopi dicafe sebrang. Aku yang traktir.." ucap Roy kembali
Saat itu Aris terlihat tidak senang melihat Roy membujukku agar aku mau pergi dengannya.
"Ayolah sebentar saja.." desak Roy kembali
Melihat hal itu Aris kemudian
"Lena, Ryan apa dia sudah pulang?" tanya Aris padaku
"Aku ingin menemuinya.." ucap Aris kembali
"Ryan belum kembali. Mungkin nanti sekitar jam 9an. Hari ini dia ada meeting diluar sampai malam." jawabku pada Aris
"Sudahlah.. Kau bisa menunggu Ryan nanti untuk bertemu. Sekarang urusanku dengan Lena sangat penting. Ayo Lena, ini tidak akan lama.. Aku hanya ingin menanyaimu mengenai beberapa hal saja.." ajak Roy kembali sambil berusaha merangkul bahuku
Saat itu Aris, dia tiba-tiba menepis tangan Roy sambil berkata padanya
"Apa kau tidak dengar apa ucapannya tadi. Suaminya itu masih belum pulang dan kau masih mau untuk mengajaknya keluar dan hanya berduaan saja, hah?" ucap Aris tidak senang
"Santai bro.. Gw kenal Ryan. Bahkan gw kenal dia lebih dari yang lw kira. Gw yakin kalau gw hubungi dia sekarang, dia bakalan ngijinin Lena untuk ngobrol sama gw dicafe sebrang. Gak perlu orang lain yang merasa risih dan ikut campur kan. Lagi pula lw itu siapa? Cuma tetangga doang sok-sok khawatir.."
Sontak saja ucapan Roy tadi membuat Aris merasa tersindir. Aku yang tidak ingin memperpanjang masalah diantara mereka berdua, akhirnya berusaha menengahi dengan mengajak Roy untuk kita berdua berbicara di lobi. Sedangkan saat itu Aris, dia tidak terlihat beranjak dari sana (dilobi itu juga). Dia telihat sedang mengobrol dengan Pak Wawan, salah satu pengurus apartemen di meja petugas. Aku merasa dia sepertinya sedang memata-matai kami. Mungkin dia merasa khawatir denganku.
"Dia.. Apa dia selalu menyebalkan seperti itu?" tanya Roy padaku
"Selalu ikut campur urusan orang lain. Memangnya dia pikir dia itu siapa.." ucap Roy sambil melirik Aris tidak senang
"Aris.. Dia itu dulu seniorku dikampus.." ucapku menceritakan
"Kalian dulu satu kampus? Berarti dengan Jessy juga?"
"Iya. Kalau Aris satu jurusan dengan Jessy anak arsitek. Dia juniornya Jessy, satu angkatan dibawahnya. Sedangkan aku Bisnis Manajemen. Aku junior mereka berdua.."
"Ohh.." ucap Roy
"Tapi aku rasa dia tidak hanya menganggapmu sebagai seorang juniornya saja Lena. Kau lihatlah apa yang dilakukannya disana.. Dia sedang mengawasi kita dari kejauhan." ucap Roy kembali sambil tersenyum
Saat itu mau tak mau aku kembali melihat ke arah Aris, kemudian Aris.. Entah dia itu mempunyai indra yang sangat peka sehingga pada saat kami menatapnya, dia pun kemudian membalas menatap kami.. terutama aku. Saat itu, begitu dia menatapku.. mungkin kalian bisa tebak. Ya, aku langsung membuang mukaku itu.
Saat itu aku baru tersadar, untuk apa aku membuang mukaku.. nanti kan dia justru semakin berpikiran yang aneh-aneh padaku.. Bodohnya..!! ucapku memaki dalam hati.
Namun saat itu Roy.. tanpa sadar dia seperti dapat membaca semuanya. Termasuk rasa canggungku itu ketika Aris membalas tatapanku.. hingga kemudian
"Hey Lena, apa kau mau aku buktikan bahwa Aris seniormu itu dia ada rasa padamu.." ucap Roy tiba-tiba yang membuatku terkejut
Saat itu aku,
"Bukankah kau mengajakku bertemu untuk kita membahas masalah Jessy? Kalau tidak ada yang ingin kau tanyakan padaku tentang dia, lebih baik aku pergi.." ucapku kemudian sambil tiba-tiba berdiri, bersiap meninggalkannya.
Namun saat itu Roy, dia tiba-tiba menarik tanganku.
"Tunggu dulu Lena.."
Dari arah depan tiba-tiba Aris berlari bergegas sambil memegang tangan Roy, seperti ingin mengajaknya berkelahi. Aku yang melihatnya kembali terkejut.
"Hey jaga sikapmu.." ucap Aris sambil mencengkram tangan Roy yang menahanku itu
"Kau lihat Lena, sepertinya perkataanku benar. Kau telah menyaksikannya dengan mata kepalamu sendiri bukan? Bahwa dia tidak hanya menganggapmu sebagai seorang tetangga atau juniornya saja.." ucap Roy sambil tersenyum puas pada Aris
Seketika itu, suasana lobi menjadi semakin panas. Beberapa orang mulai memperhatikan kami. Hingga aku pun..
"Cukup..!! Kalian jangan ribut disini.."
"Roy, aku rasa aku tidak bisa membantumu kalau kau hanya ingin menanyaiku tentang masalah tadi. Tidak ada apapun diantara kami.. Dia merasa khawatir karena aku ini tetangganya dan juga juniornya dikampus.." ucapku
Dan pada saat itu, aku kembali melihat ke arah Aris sesaat, sebelum akhirnya aku benar-benar pergi meninggalkan mereka berdua disana.
Baru berjalan beberapa langkah menuju lift, tiba-tiba keseimbanganku goyah karena sendal wedges yang aku gunakan saat itu seperti menyandung sesuatu dilantai. Akan tetapi pada saat itu, tiba-tiba disamping lengan kanan dan kiriku sudah ada tangan Aris dan juga Roy yang seolah memapah tubuhku agar tidak jatuh.
"Hati-hati Lena.." ucap Roy yang berbarengan dengan ucapan khawatir dari Aris yang meneriakkan namaku ("Lena..!")
Aku kemudian menegakkan posisi berdiriku kembali, tanpa bantuan topangan tangan mereka berdua. Dan begitu aku menoleh ke belakang, Ryan muncul disana.