Begitu aku dan Ryan keluar kamar, saat itu Oka terkejut melihat kami yang telah bersiap akan menemaninya ke unit sebelah.
"Loh Ma, Papa juga ikut?" tanya Oka
"Iya." jawabku
"Kalian pada mau kemana?" tanya Karin heran
"Ini Oka minta temenin ke unit sebelah. Katanya dia mau minta maaf sama Rani. Lw gak apa-apa kan Rin kalau gw tinggal bentar?"
"Kalau gitu gw cabut juga deh. Khawatir gw kalau lama-lama disini.. Mana tau abis reunian disebelah sama para mantan, bakalan terjadi perang dunia susulan.. Kan seremm. Lebih baik gw nyelamatin diri gw dulu dari sekarang." ucap Karin sambil tiba-tiba berdiri dan mengambil tasnya
"Sialan lw.." ucapku sambil menepuk bahu Karin
"Kalau gitu pamit dulu Len.." ucap Karin sambil memeluk dan mencium pipi kanan dan kiriku
"Iya Rin. Makasih ya udah nganterin tasnya.."
"Ryan inget, Lenanya dijaga baik-baik. Mana tau kalau dia ngambek lagi.. bakalan pergi ke bulan atau planet Mars.." ucap Karin meledek Ryan
"Hush.." ucapku sambil menepuk bahu Karin kembali yang membuat Ryan tertawa
Dan akhirnya Karin pun pergi meninggalkan unit kami setelah dia berhasil berbisik pada Oka,
"Jagain Nyokap Bokap lw itu. Soalnya disebelah tuh gak aman. Apalagi Bokap lw itu gampang banget kepancing emosinya sama tetangga sebelah. Jangan sampai terjadi perang dunia ketiga dan Nyokap lw itu kabur lagi. Ngerti kan?"
Dan Oka pun mengangguk membalas Karin. Sementara Karin membalas
"Good Boy.. Makin pinter ponakanku yang satu ini." sambil Karin mengelus-ngelus kepala Oka
Setelah kepergian Karin akhirnya kami pun pergi ke unit sebelah. Saat itu aku tidak tahu kalau mereka disana sedang merayakan pesta ulang tahun Shina. Hingga kemudian ketika kami mengebel pintu dan Aris membukakannya, dia terkejut melihat kami semua.
"Mas Aris.." sapaku tiba-tiba sambil tersenyum
Namun pada saat itu, Ryan tiba-tiba memegang tanganku seolah tidak mengijinkanku untuk berbicara lebih jauh lagi dengan Aris.
"Kami ada perlu dengan Rani. Oka.. dia ingin meminta maaf padanya." ucap Ryan kemudian
"Rani saat ini sepertinya masih marah padanya. Bagaimana kalau besok saja. Setelah aku berhasil membujuknya, baru kalian datang lagi kemari." jawab Aris
Ryan yang tidak senang mendapat penolakan dari Aris, tiba-tiba dia..
"Rani.." panggil Ryan
Dan tak berselang lama Shina pun muncul bersama Rani disana.
"Ada apa kalian datang kemari?" tanya Shina
Saat itu terlihat Rani menyembunyikan dirinya dibalik tubuh Aris.
"Oka.. dia ingin meminta maaf pada Rani." jawabku
"Hey Rani, cepat katakan!! Apa yang telah dilakukannya padamu?" ucap Shina setengah membentak marah
"Oka gak ngapa-ngapain Rani kok Tante Shina, beneran.. Raninya jangan dimarahin gitu. Tadi itu Oka cuma.." tiba-tiba saja Rani memegang tangan Oka dan mengajaknya untuk keluar dari unit mereka.
Saat itu kami berempat sempat terkejut melihatnya. Kemudian
"Sebenarnya ada apa dengan mereka?" tanya Aris bingung
"Entahlah.. Aku sudah berusaha mengintrogasinya dikamar, tapi dia tetap tidak mau cerita.." jawab Shina
"Yasudah biarkan saja. Biar mereka sendiri menyelesaikan masalahnya.." ucap Aris
"Jadi, apa kita akan kembali melanjutkan pestanya?" ucap Shina manja menggoda Aris sambil mendekatkan wajahnya
Saat itu terlihat Aris yang tersenyum lebar membalas tatapan Shina, hingga membuat perasaanku merasa tidak enak. Ketika itu..
"Ya Tuhan, perasaan ini lagi.. Apa aku benar-benar cemburu pada Aris?" ucapku dalam hati, bimbang..
Saat itu tanpa sadar, ternyata aku menggenggam tangan Ryan sangat erat (lebih tepatnya mencengkramnya), hingga membuat Ryan cemas dan khawatir.
"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanyanya yang seketika itu menyadarkanku bahwa daritadi ternyata dirinya ada disampingku dan aku terus memegang tangannya.
Sambil mencoba tersenyum aku pun menjawab
"Gak apa-apa Mas. Aku cuma merasa sepertinya ingin pergi ke toilet." jawabku berbohong
"Ya ampun kasian.. Kebelet ya kamu Sayang.. Yaudah yuk." dan Ryan pun mengajakku kembali ke unit kami
Namun saat itu, aku sempat melihat Aris. Dia menatapku beberapa saat sebelum aku pergi. Entah apa yang ada dipikirannya. Apa dia tahu kalau aku tadi pura-pura berbohong untuk menutupi rasa canggungku saat melihat mereka berdua bermesraan.
Ya Tuhan.. Aku tidak mau dihantui perasaan bersalah seperti ini lagi. Kenapa aku terus menerus merasakan perasaan tidak enak saat melihat mereka berdua bermesraan. Apa aku benar-benar merasa cemburu pada Aris? Aku masih ada perasaan padanya? Semua ini gara-gara Karin. Gara-gara ucapan Karin sebelumnya,
*Flashback saat Karin datang ke apartemenku untuk mengantarkan tasku tadi. Dia sempat berkata
"Len.."
"Iya?" jawabku
Kemudian Karin, dia terlihat celingak celinguk seperti sedang mengawasi sesuatu di apartemenku itu.
"Kenapa lw?" tanyaku kembali melihat tingkahnya yang aneh
Sambil berbisik dia pun kembali berkata,
"Ryan beneran lagi dikamar mandi?"
"Iya.."
"Udah dari tadi?" tanyanya kembali
"Iya. Ada kali udah 10menitan dia masuk. Kenapa emang?"
Karin pun menggunakan gestur tangannya itu, menyuruhku untuk lebih mendekat padanya. Kemudian dia berkata
"Gw mau ngomong sesuatu tentang Aris.." ucapnya setengah berbisik
"Aris.. Gw rasa dia masih ada feeling sama lw Bu.." ucap Karin yang tiba-tiba mengejutkanku.
Saat itu aku sempat membeku sesaat, hingga kemudian menjawab
"Ngaco lw.. Ngawur. Udah punya bini dia.."
"Yee.. Serius gw Len."
"Tau darimana?"
"Tadi tuh dia sempet nanya-nanya tentang lw. Katanya dia khawatir.. Dia nanyain gw, apa sering lw berantem sama Ryan n' lw kabur dari rumah.."
Saat itu aku benar-benar dibuat terkejut mendengar perkataan Karin. Masa iya Aris melakukan itu, pikirku meragukannya. Kemudian, Karin pun kembali berkata
"Dia juga bilang katanya lw tuh gak suka sama kekerasan. Dia khawatir lw punya suami kayak Ryan yang gampang emosian.."
"Gak lah, palingan cuma kepo aja dia. Lagian wajarkan?.. Mungkin dia khawatir karena dulu kita sempet deket.." jawabku
"Nah.. Sama tuh. Waktu itu Aris juga bilang gitu ke gw. Katanya dia khawatir karna dulu kalian sempet deket. Dia juga udah nganggep lw itu sebagai sahabat atau adenya, makanya dia khawatir.."
"Nah kann.." ucapku membenarkannya
"Tapi kan Len, mana ada hubungan yang kayak sahabatan atau kakak adean gitu. Kalau kalian masih belum nikah sih, mungkin wajarlah.. saling khawatir, baper-baperan, kakak adean.. tapi kalian udah nikah loh.. Udah punya pasangan hidup masing-masing.. Masa iya kakak-adean gitu.." ucap Karin membantah
"Udah ah.. Jangan ngaco Rin. Lagian emang tadi lw ga lihat Shina sama Aris.. Mereka bucin-bucinan gitu dimall. Kan lw sendiri yang tadi ngeledekin mereka.."
"Tapi Len, gw yakin Aris beneran masih ada perasaan sama lw. Buktinya.. Kenapa dia yang nyuruh gw balikin tas ini ke lw. Kenapa gak dia sendiri aja yang balikin atau nyuruh Shina. Gw yakin pasti ada apa-apanya.."
"Mungkin dia takut gak enak sama Ryan kali. Kan lw tau laki gw itu sering cari ribut ama dia.."
"Nah sama tuh. Lagi-lagi jawaban lw sama kayak dia.. Kayaknya lw beneran soulmate-an deh ma Aris. Sifat kalian mirip, jalan pikiran, sama perkataan kalian juga. Sayang aja, gak berjodoh.."
*Flashback off
"Gak berjodoh" tiba-tiba kata-kata Karin itu kembali terngiang ditelingaku.
Sementara itu, di tempat lain.. dimana Roy berada
"Ryan.. Aku tahu dan sangat yakin dia sangat mencintai Lena. Begitu pun dengan Shina pada Aris.. tapi bagaimana dengan perasaan Aris dan Lena? Perasaan mereka berdua terhadap satu sama lain.."
"Sepertinya aku harus membuat eksperimen kecil untuk mengetahui sejauh apa kedekatan antara mereka berdua.. dengan begitu aku bisa dengan mudah menjalankan semua rencanaku nanti.." ucap Roy sambil tersenyum sinis