Chereads / My New Neighbour / Chapter 138 - Masalah Rani dan Oka

Chapter 138 - Masalah Rani dan Oka

Di lobby apartemen, Rani yang telah kembali saat itu, tiba-tiba dia melihat Roy ada disana. Tanpa sadar dia pun kemudian mendekatinya..

"Roy.." ucapnya histeris memanggil

Dan ketika Roy berbalik melihat ke arahnya,

"Oh, maaf.. Paman ini Roy yang artis terkenal itu kan?" tanya Rani kembali

Roy pun tersenyum

"Ya benar gadis cantik, aku Roy. Apa kau salah seorang penggemarku?"

"Hmm.." jawab Rani sambil tersenyum mengangguk

"Paman.. Boleh Rani minta tanda tangannya? Sekalian foto.." ucap Rani dengan mata berbinar-binar sambil memohon

"Tentu.. Apapun untuk gadis manis sepertimu aku tidak keberatan." jawab Roy ramah sambil tersenyum

Rani.. dia baru sadar bahwa saat itu dirinya tidak membawa pulpen, hingga kemudian dia pun segera berlari ke meja petugas apartemen untuk meminjam pulpen disana. Dan setelah dia memberikan pulpennya itu pada Roy,

"Ahh, iya kertasnya.." ucap Rani sambil menepuk jidatnya

Dan ketika dia akan pergi kembali untuk meminta kertas pada petugas disana, Roy tiba-tiba menghentikannya.

"Kertas apapun boleh kan?" tanyanya yang dijawab anggukan senang oleh  Rani

Kemudian, Roy pun mengeluarkan dompetnya saat itu. Namun tiba-tiba Oka datang dan melihat Rani yang sedang mengobrol akrab dengan Roy disana, diapun segera menghampirinya

"Rani.." ucap Oka sambil berlari mendekat padanya

Kemudian sambil memegang tangan Rani dan menariknya untuk sedikit mundur dan menjauh dari Roy,

"Kau tidak apa-apa? Apa orang ini mengganggumu?" tanya Oka sambil menatap Roy dengan ekspresi tidak senang

Rani menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Oka kau tahu, dia itu Roy Saputra artis terkenal itu.."ucap Rani pada Oka

Saat itu Oka, dia masih memandang Roy dengan ekspresi tidak senangnya. Kemudian,

"Ayo Rani.." ajak Oka sambil menarik Rani untuk pergi dari sana

"Tunggu dulu.. Rani masih belum mendapat tandatangannya." ucap Rani sambil melepaskan tangan Oka

Kemudian Roy yang sudah menandatangani uang seratus ribu miliknya pun, langsung memberikan uang tersebut pada Rani. Oka yang melihat hal itu menjadi tidak senang. Dengan cepat, dia kemudian mengambil uang tersebut sebelum Rani sempat mengambilnya dan langsung meremasnya kemudian langsung membuangnya dihadapan Roy.

"Kita tidak membutuhkan hal-hal tidak berguna seperti ini. Rani ayo.." dan Oka pun langsung manarik Rani agar mau masuk ke dalam lift

Saat itu Rani masih berusaha untuk tetap disana, tetapi Oka tetap memaksanya bahkan menarik tangannya dengan paksa hingga akhirnya mereka berdua pun masuk ke dalam lift itu.

"Okaa..!! Rani tidak suka Oka menarik tangan Rani dengan paksa seperti ini. Memangnya Oka pikir Oka itu siapa, bisa tarik-tarik Rani seenaknya.." ucap Rani marah dan kesal

"Aku gak suka lihat kamu deket-deket sama Om genit itu. Lalu, untuk apa juga dia memberimu uang seratus ribu? Memangnya dia pikir kau itu pengemis apa??" jawab Oka kesal

"Oka?!! Jaga ucapan kamu.. Walaupun mungkin memang benar kita ini bersaudara, tapi Rani tidak suka cara Oka mengatur dan membawa Rani seperti tadi."

"Om Roy memberi Rani uang karena didalamnya berisi tanda tangannya. Rani yang minta.."

"Saat itu Rani tidak memiliki kertas, jadi Om Roy kemudian berinisiatif menggunakan uangnya untuk tanda tangannya disana.. tapi gara-gara Oka, Rani jadi tidak bisa mendapatkan tanda tangannya.." ucap Rani kesal dan kecewa

"Tetap saja.. Aku tidak suka lihat kamu direndahkan seperti itu dihadapanku. Tidak peduli kamu itu saudaraku atau bukan.. Untuk apa dia membubuhkan tanda tangannya diuangnya itu.."

"Oka nyebelin.. Rani benci sama Oka." dan Rani pun segera pergi keluar begitu pintu lift itu berhenti diunit mereka

"Ranii.." ucap Oka memanggil sambil berusaha menghentikannya

Namun sayang, saat itu Rani sudah terlebih dahulu masuk ke dalam unitnya dengan membanting pintunya itu. Kemudian,

"Rani.. Rani.. Aku minta maaf Rani.." teriak Oka dari luar sambil mengetuk-ngetuk pintu apartemen Aris

Sementara itu Aris dan Shina, mereka berdua keluar kamar dan terkejut melihat Rani yang sepertinya habis bertengkar dengan Oka.

"Ada apa Rani?" tanya Aris

Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Rani pun pergi berlalu dan masuk ke dalam kamar. Sementara Oka, dia masih terus saja berdiri dan mengetuk-ngetuk pintu depan apartemen mereka sambil meminta maaf pada Rani.

"Brengsek.. Ini pasti gara-gara anaknya Ryan itu. Biarkan aku memberi pelajaran padanya.." ucap Shina kesal

Dan ketika dia hendak membuka pintu depan, Aris menghalanginya.

"Biar aku saja yang berbicara dengannya. Kau pergilah ke kamar dan hibur Rani.." ucap Aris

Lalu Aris pun pergi menemui Oka diluar.

"Om Aris.." ucap Oka terkejut saat Aris membukakakn pintu

"Raninya ada Om.. Oka mau bicara." ucap Oka

"Rani sepertinya dia sangat kesal denganmu. Dia ada dikamarnya saat ini bersama Maminya.."

Oka terdiam dan merasa bersalah ketika mendengar penjelasan dari Aris. Dia terlihat mematung saat itu.

"Oka, sebenarnya ada apa? Apa kalian berdua bertengkar?" tanya Aris

Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Oka pun kemudian pergi berlalu dan langsung masuk ke dalam unitnya.

Sementara didalam unit kami. Saat itu aku dan Karin terkejut melihat anakku masuk begitu saja, tanpa mengucapkan salam, tetapi langsung masuk ke dalam kamarnya. Aku pun kemudian menyusulnya.

"Oka Sayang.. Kau sudah pulang.." sapaku

"Kenapa Sayang? Ada masalah apa? Tidak biasanya kamu pulang kerumah lemes gini.."

"Rani Ma.. Oka udah berbuat salah sama Rani.."

"Berbuat salah gimana? Memangnya kamu apain Rani?" tanyaku penasaran

Akhirnya Oka pun menceritakan semuanya padaku. Dia mengatakan bahwa dia tidak suka melihat Rani dekat dengan Om-om artis itu. Dia menceritakan bagaimana dia membuang uang yang telah dibubuhi tanda tangan artis tersebut didepan Rani dan bagaimana dia memaksa Rani pergi dari sana.

"Ya ampun Oka.. Pantas saja Rani begitu kesal padamu. Kamu tidak seharusnya berbuat hal seperti itu Sayang... Kamu telah menyakiti perasaan Rani."

"Coba seandainya kamu yang ada diposisi Rani. Misalnya Papamu tiba-tiba datang dan menyuruhmu untuk berhenti memainkan PS. Dia kemudian menarikmu secara paksa untuk segera pergi dari sana, kira-kira bagaimana perasaanmu?"

"Sama halnya dengan Rani, dia mungkin sangat mengidolakan artis itu tetapi kau malah berusaha menjauhkan dia darinya.. Bahkan membuang uang yang berisi tanda tangannya itu.."

"Terus Oka harus gimana Ma?"

"Minta maaf sama Rani karena Oka telah berbuat seperti itu.."

"Sudah Ma.. tapi Rani tidak mau menemui Oka.."

Kemudian

"Ma, please bantu Oka untuk minta maaf sama Rani ke sebelah sekarang ya? Ma.. Please.." ucap Oka memohon

Saat itu, entah kenapa aku jadi seperti ingin tertawa. Tiba-tiba saja aku jadi mengingat Ryan. Mungkin saat itu Mas Ryan juga membujuk Mamanya seperti ini agar Mama mau pulang ke Indonesia dan membantunya menyelesaikan masalah yang sedang dia hadapi.

"Ma, kok malah senyum-senyum gitu. Ayo bantu Oka minta maaf ke sebelah sama Rani sekarang.." ucap Oka kembali memaksa

"Iya Sayang.. Kamu itu mirip seperti Papamu." ucapku sambil mengacak-acak rambut Oka lalu mencubit hidungnya

"Ihh.. Mama mah. Oka kok disama-samain sama Papa. Jelas bedalah.. Oka ya Oka.. Papa ya Papa.." ucap Oka tidak terima

Kemudian aku pun segera keluar kamar meninggalkannya.

"Loh, Ma.. Mau kemana? Ayo kesebelah temani Oka" ucap Oka kembali

"Mama mau ganti baju dulu. Masa Mama keluar seperti ini.."

Dan ketika didalam kamarku,

"Sayang.. Kamu masih belum mandi?" ucap Ryan terkejut

"Iya Mas. Tadi aku masih nemenin Karin ngobrol, gak enak kalau kutinggal mandi dia.."

"Loh, kamu mau kemana belum mandi tapi udah ganti baju gitu?" tanya Ryan kembali heran

"Kesebelah.. Tadi Oka bertengkar dengan Rani dan sekarang dia minta aku temenin buat minta maaf.."

"Kalau begitu aku juga ikut.." ucap Ryan tiba-tiba bangkit dari kasur

"Gak usah Mas.. Rani justru semakin terbebani kalau dia melihat kita bertiga yang datang meminta maaf kesana.."

"Gak apa-apa Sayang. Aku juga sekalian mau minta maaf juga ke dia.." ucap Ryan

"Minta maaf? Memangnya Mas berbuat apa ke Rani?" tanyaku heran

"Tadi pagi tanpa sadar dia mendengar semua ucapanku ketika aku sedang memaki-maki Aris. Dia kelihatannya begitu kesal sehingga langsung menutup pintu dan langsung membantingnya.."

"Mas.. Mas.." ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala

"Makanya lain kali jangan suka memaki orang sembarangan seperti itu.."

Dan akhirnya kami bertiga pun pergi ke unitnya Aris.