Saat itu didalam mobil, aku terus saja memperhatikan Ryan. Ya, suamiku ini memang bukan tipe cowok ganteng, tapi dia manis.. kulitnya putih, orangnya rapi dan sangat mementingkan penampilannya. Aku menyukai gaya berpakaiannya, menurutku dia juga lumayan tampan kalau dia memakai kacamata. Oleh karena itu, aku tidak menyuruhnya untuk menggunakan kacamatanya itu sesering mungkin.. nanti bisa membuat wanita-wanita lain tertarik dan meliriknya.. Sifatnya juga ramah, murah senyum, kecuali jika sedang emosi atau sifat cemburuannya itu kumat..
Aku terus saja memikirkan hal-hal positif yang ada dirinya untuk mengalihkan pikiranku sejenak dari Aris saat itu.. hingga tiba-tiba Ryan pun tersadar melihat aku yang terus-terusan menatapnya sedari tadi.
"Kenapa?" tanyanya sambil tersenyum padaku
"Aku ganteng ya..?" ucapnya kembali
"Iya.. ganteng banget sampai buat aku bangga bisa nikah sama kamu."
"Ehhh.. kamu kok pinter banget sih ngejawabnya Sayang. Udah mulai pinter gombal ya kamu.." ucap Ryan senang
Sambil tertawa aku pun menjawab,
"Gimana gak pinter.. kan belajar tiap hari dari Rajanya tukang gombal.."
Saat itu Ryan, dia menggunakan satu tangannya membelai lembut pipiku.. kemudian dia meraih tanganku dan mengecupnya singkat. Sambil masih menggenggam tanganku menggunakan sebelah tangannya, dia pun berkata
"Aku senang kalau kamu bisa bangga sama aku.. Makasih ya."
"Jangan bosen-bosen kamu sama aku.. sebab aku mau selamanya hidup sama kamu Sayang.." ucapnya kembali merayuku
"Asal jangan keluar sifat arogan, posesif, sama cemburuannya aja.. Kalau kamu bisa menahan semua hal itu, aku bisa bertahan disisi kamu Mas.."
"Iya.. tapi kamunya juga jangan suka mancing-mancing aku dengan berbuat hal yang gak aku suka. Kalau kamu bisa ngelakuin hal itu, aku yakin aku bisa menahan semua sifat jelekku itu.."
Saat itu aku mencoba tersenyum. Mendadak aku jadi merasa tidak enak padanya.. mengingat apa yang kulakukan dengan Aris tadi. Sungguh aku telah berbuat hal-hal yang tidak pantas, saat aku terus-terusan menatap wajah Aris waktu itu. "Maafkan aku Mas Ryan.." ucapku dalam hati sambil menatapnya.
Hingga tiba-tiba Ryan,
"Udahan dong ngeliatinnya. Aku jadi gak konsen kan nih nyetirnya.." ledeknya kembali padaku
"Bilang gak konsen nyetir tapi tangan sebelahnya masih bisa aja megang-megang yang lain.." balasku menyindirnya
Dia pun kembali tertawa saat itu, hingga membuatku pun ikut tertawa.
Sementara ditempat lain dikaraoke, terlihat Aris yang sedang menyanyi saat itu.
Ku coba untuk melawan hati
Tapi hampa terasa disini tanpamu
Bagiku semua sangat berarti
Ku ingin kau disini, tepiskan sepiku
bersamamu..
Takkan pernah ada yang lain disisi
Segenap jiwa hanya untukmu
Dan takkan mungkin ada yang lain disisi,
Ku ingin kau disini tepiskan sepiku bersamamu..
Saat itu Shina dan Karin, mereka terlihat antusias sambil meneriakkan nama Aris, seolah Aris itu adalah seorang artis idola. Sambil saling melambaikan kedua tangan mereka ke kiri dan ke kanan, mereka berdua terlihat menikmati nyanyian Aris itu. Hingga tiba-tiba Shina pun tersadar..
"Ahh.. Hp mana hp.." kemudian dia pun mengabadikan momen Aris yang sedang bernyanyi saat itu dengan merekamnya
Setelah Aris selesai menyanyikan lagunya, mereka pun bertepuk tangan meriah dengan sangat keras hingga membuat Aris malu dibuatnya.
"Aku tidak tahu kalau suaramu itu bagus.." ucap Shina tiba-tiba tersenyum pada Aris
"Iya. Dia emang jago nyanyi. Kerjaannya kalo mojok berdua ma Lena ya gitu.. Gitaran sambil nyanyi-nyanyi kayak pasangan-pasangan alay.." ledek Karin yang seketika membuat Shina sedikit cemburu
"Eh iya Ris. Kenapa gak jadi penyanyi aja lw. Shina kan artis trus lw penyanyi deh.. Jadilah kalian pasangan fenomenal. Wkwkwkk.."
"Gw yakin pasti banyak yang ngefans sama lw nanti. Serius Ris, suara lw tuh asik.." ucap Karin kembali
Namun saat itu Shina,
"Jangan.. jangan jadi artis dia. Mentalnya lemah.. Gimana nanti dia bisa bertahan diindustri entertain.."
"Lemah gimana? Orang dia itu ketua kompi.." balas Karin
Sebenarnya alasan Shina melarang Aris untuk terjun ke dunia hiburan adalah karena dia tidak rela jika Aris nanti semakin terkenal dan mempunyai banyak penggemar, terutama kaum wanita. Tentu saja hal itu akan membuatnya cemburu, belum lagi masalah wajahnya yang lumayan cukup tampan menurut Shina itu. Pasti dalam sekejap banyak orang-orang yang langsung mengidolakannya, termasuk para wanita-wanita itu.. pikir Shina tidak senang.
"Tidak, pokoknya aku tidak setuju kalau dia menjadi penyanyi. Lagi pula, dia itu cocok dengan pekerjaannya sekarang, seorang arsitek.."
"Aris, bukankah kau sangat mencintai pekerjaanmu itu?" tanya Shina yang membuat Aris mengangguk mengiyakannya
*Flashback 22 tahun yang lalu, di SMA Tunas Bangsa (halaman belakang sekolah)
Terlihat semua siswa baru sedang dihukum disana. Saat itu,
"Ini botol apaan? Bisa ada banyak kertas gitu didalamnya.." ucap salah seorang senior
"Buka-buka coba.. Baca apa isi kertas didalamnya." sahut salah seorang senior lain
"Hahahaa.. Bisa-bisanya bawa bawa botol aneh gini ke sekolah. Dikira dengan nulis semua keinginan kita didalam kertas terus dimasukkin ke botol kaca gini semuanya bisa terkabul gitu. Emangnya botol aladin?"
"Udah buang-buangin aja tuh semua kertas didalamnya.. Gak guna juga.." sapa senior lain
Tiba-tiba Aris muncul disana.
"Udah udah.. gak usah sampai ngejatuhin mentalnya gitu kan. Kasian.. Tugas kita disini cuma buat mendisiplinkannya. Bukan mempermalukannya.." ucap Aris
"Alahh.. Bilang aja karna tu cewe cakep kan. Makanya sok baik lw"
"Cakep-cakep tapi aneh gitu kelakuannya.. Dikira didalam botol itu ada jin tomang kali ya, bisa ngabulin semua permintaannya.. Wkwkwkkk.."
Dan semua senior disana pun ikut menertawaiku saat itu.
Siang harinya pada saat jam istirahat, ketika Aris hendak mengambil peralatan olahraga diruang gudang bekas kelas lama.. Tanpa sadar dia memperhatikan ku yang sedang menangis sambil melipat semua kertas-kertas tadi yang beberapa diantaranya sudah robek oleh ulah senior-senior itu. Aku kemudian mengumpulkan semua kertas-kertas itu lalu kumasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Setelah aku pergi, Aris kemudian terlihat memungut beberapa kertas yang tidak sempat aku masukkan kedalam plastik tadi, karena keburu jam istirahat berakhir. Beberapa diantara isi kertas itu tertulis keinginanku untuk mempunyai seorang suami seorang Insinyur, dimana nanti dia yang akan mendesain dan membangun rumah kecil bagi keluarga kami.
Setelah pertemuan itu, Aris terlihat sering memperhatikanku disana seorang diri. Disela-sela jam istirahatnya itu, dia selalu menyempatkan diri untuk melihatku dari kejauhan, yang selalu tampak sendiri dan tidak mempunyai teman itu. Aku terbiasa makan bekalku disana seorang diri sambil membaca buku novel, menulis-nulis diari, dan terkadang mengerjakan beberapa PR yang belum sempat aku kerjakan ketika dirumah.
Dan satu hal lagi, mungkin ini yang menjadi alasan Aris untuk kuliah dikampus yang sama dengan yang kutuju saat itu yaitu di Sydney University. Saat itu diruang bimbingan pelajar (BP) atau zaman sekarang mungkin kalian lebih mengenalnya dengan istilah ruang BK. Saat itu guru pembimbing disana menanyaiku alasan mengapa aku ingin mangambil perguruan tinggi di luar di Australi untuk melanjutkan studiku. Alasanku saat itu hanya sederhana.. yakni karena aku penasaran dengan hewan kangguru dan ingin melihatnya secara langsung. Tentu saja itu bukan alasanku yang sebenarnya. Saat itu aku hanya tidak suka dengan kondisi dan pergaulan para pelajar di Indonesia.. mereka yang selalu bertindak seenaknya dan membully temannya. Aku hanya ingin merasakan suasana berbeda, jadi aku memutuskan untuk kuliah di luar. Dan alasan kenapa aku memilih Australi dan Sydney adalah karena aku penasaran dengan gedung opera yang ada disana.. Tanpa sadar hal itu semua terdengar oleh Aris. Dengan segera, beberapa hari kedepan dia kemudian langsung mengubah rencana studynya itu. Dia mulai meminta guru pembimbingnya untuk mencarikan cara agar dirinya bisa masuk salah satu Universitas di Sydney. Dan akhirnya diapun berhasil mendapatkan beasiswa disana.
*Flashback off
Tiba-tiba saat itu Aris meminta Karin untuk mengantarkan tasku yang ketinggalan itu. Kemudian reaksi Karin,
"Kok gw? Bukannya lw yang tetanggan ma dia. Kenapa gak lw aja yang anter langsung tasnya ke Lena.. atau suruh Shina gitu.."
"Kenapa? Masih baper ya lw ma dia?" ledek Karin kemudian pada Aris
"Masalah Ryan.. Aku hanya tidak mau aku dan Shina kembali berurusan dengannya nanti." jawab Aris
"Aahhh.. Lw bener. Bahaya nanti Lena. Kasian dia.. Bisa perang dunia ketiga lagi nanti mereka." ucap Karin
"Apa mereka sering bertengkar dan Lena kabur dari rumah?" tanya Aris kembali dengan ekspresi khawatir
Saat itu Karin, dia terlihat memperhatikan Aris dengan seksama, hingga tiba-tiba
"Lw masih ada rasa sama Lena?" tanya Karin dengan nada serius
"Aku hanya khawatir. Melihat sifat Ryan yang seperti itu.. Lena itu tidak suka dengan kekerasan.."
Menyadari tatapan mencurigai dari Karin, Aris pun kemudian kembali berkata
"Jangan salah paham.. Aku hanya menganggap Lena itu sebagai seorang sahabat atau adik, karena bagaimanapun kami dulu itu sempat dekat. Kau jangan berpikir yang macam-macam.." lalu Aris pun kemudian bangkit meninggalkan Karin dan ruangan karaoke tersebut.
Sementara saat itu Karin, dia terus memperhatikan Aris dan semakin curiga padanya.