"Lena, dia sepertinya akan pergi ke Sidney besok. Dari data yang gw dapat, dia terlihat memesan tiket secara online untuk penerbangan besok malam pukul setengah sebelas menggunakan garuda airline.." ucap Dodi menjelaskan
"Sidney??" Ryan terkejut
"Iya. Sidney Australi.. Penerbangannya besok malam." lanjut Dodi
"Lw udah dapat lokasinya? Dia dimana sekarang?" tanya Ryan panik
"Apartemen lw, Royal Village.."
"Di apartemen??" Ryan heran
"Iya.." jawab Dodi
"Udah lw pastiin bener dia ada diapartemen?" tanya Ryan
"Iye Pak boss.." jawab Dodi kembali
"Ok Thanks." dan Ryan pun langsung menutup telponnya
Saat itu Aris tiba-tiba bertanya padanya,
"Apa Lena akan pergi ke Sidney?"
Tanpa menjawab pertanyaan Aris, Ryan kembali menghubungi anaknya Oka ditelpon untuk memastikan keberadaanku. Namun ternyata aku tidak ada disana. Ryan bahkan sempat memarahi Oka saat itu, karena mengira anaknya itu tidak becus mencariku. Dia pun kembali menyuruh Oka untuk mencariku sekali lagi disekitaran apartemen.
Ryan terlihat kacau saat itu, sambil sesaat menutup telponnya kemudian dia bergegas meninggalkan kamar inap Aris tanpa berpamitan pada Aris dan juga Shina, hingga kemudian Shina
"Lihatlah dia, Ckckkk.. benar-benar tidak tahu sopan santun. Main datang dan pergi begitu saja.." ucap Shina kesal
Namun saat itu Aris, dia terlihat melamun. Tidak mempedulikan omongan Shina tadi. Yang ada dalam pikirannya saat itu adalah untuk apa aku pergi ke Sidney dan meninggalkan Ryan disini. Apakah mungkin aku dan Ryan akan bercerai. Aris terlihat cemas dan terus memikirkan hal itu.
Setibanya Ryan diapartemen, dia langsung menemui Oka.
"Sudah kau cari di mana Mamamu?" tanya Ryan kembali pada anaknya
"Sudah Pa. Mama gak ada disini. Bahkan, Oka juga sudah menanyai Rani dan pergi ke unitnya untuk mencari Mama, tetapi tetap tidak ada.."
"Oka juga sudah mencari disekitar Joymart, cafe-cafe dan resto yang ada dibawah, kolam, tempat gym, tapi Mama gak ada disana.. Kayaknya Mama gak ada diapartemen.." Oka menjelaskan
"Kemana perginya kamu Sayang.." ucap Ryan terlihat pusing
"Papa lagian kenapa berantem sama Mama sih. Kali ini Papa buat masalah apa lagi, hah?" Oka terlihat kesal saat itu pada Papanya
Tidak mempedulikan pertanyaan Oka, Ryan kembali menghubungiku sambil berjalan keluar meninggalkan unit kami. Namun tetap saja, handphoneku itu masih belum aktif. Ryan semakin cemas. Dia kembali menghubungi Dodi saat itu.
"Dod, lw bilang Lena ada di Royal tapi mana, dia gak ada dimana pun disini.. Sebenernya lw itu nyari infonya bener gak sih, hah? Lena gak ada disini!!" ucap Ryan marah
Setelah meluapkan emosinya itu, Ryan kembali berkata pada Dodi dengan nada frustasi
"Please dod, lw jangan ikutan mainin gw disini, gw capek harus bolak balik terus.. Kasih info yang jelas dimana Lena berada sekarang. Gw mohon sama lw.. " ucap Ryan gusar sambil mengacak-acak rambutnya karna kesal
"Bentar.. Kalau lw gak percaya, gw suruh temen gw itu buat fotoin. Di map bener kok, dia ada disana. Coba lw cari aja sekali lagi.. atau gak cek cctv. Suruh petugas apartemen disana buat bantu nyariin.." Dodi memberi saran
Dan Ryan pun akhirnya segera turun ke lobby dan meminta petugas apartemen disana untuk memperbolehkannya melihat rekaman cctv.
*Flashback beberapa saat ketika aku keluar dari unitku dan berpamitan pada Oka.
Saat itu aku terdiam sejenak di Joymart memikirkan kemana sebaiknya aku pergi untuk menghindari Mas Ryan untuk sementara.
"Aku tidak mungkin ke rumah Karin, sudah malam begini. Aku tidak tega harus kembali mengganggunya dengan semua masalah rumah tanggaku dan Mas Ryan.." pikirku dalam hati
Kemudian aku pun membuka aplikasi pemesanan tiket online di handphone-ku. Kebetulan sekali dihalaman depannya aku melihat berbagai promo menarik. Salah satunya yakni paket liburan ke Australi 3 hari 2 malam di Sidney sambil menonton pertunjukkan teater disana. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung mengkliknya.
Mungkin kalian belum tahu, aku sangat menyukai pertunjukan teater. Terakhir kali aku menontonnya itu.. Ehm, sudah lama sekali. Kalau tidak salah sebelum aku pulang ke Indonesia. Pada saat liburan semester.. Aris yang datang melamarku waktu itu.. Ya, itu terakhir kalinya aku menonton pertunjukkan teater berdua dengannya.. Banyak sekali kejadian yang terjadi dalam hidupku setelah peristiwa itu.
Dan tanpa sadar aku kembali mengingat Mas Ryan. Tiba-tiba perasaan sedih kembali muncul dihatiku, mengingat pertengkaran kami terakhir tadi.. mengingat semua perkataannya yang begitu menyakitkanku.. Aku kembali menepis air mataku yang turun. Dan ketika aku kembali mengalihkan perhatianku ke layar handphone, ternyata aku baru sadar kalau tiket penerbangan yang ku pesan itu untuk besok malam. Bagaimana ini.. Berarti malam ini aku harus mencari tempat untuk menginap, pikirku pusing. Saat itu, aku kembali membuka aplikasi untuk memesan hotel, hingga tiba-tiba seseorang datang dan memanggilku.
"Lena.." sapa Jessy
"Apa yang kau lakukan sendirian disini?" tanyanya kembali heran
Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Jessy mengajakku ke unitnya di lantai 9. Kemudian Jessy mempersilahkanku untuk masuk.
"Maaf berantakan.." ucap Jessy tersenyum saat mempersilahkanku masuk
"Kopi?" tanyanya kembali padaku ketika aku duduk
Aku menggeleng menjawabnya kemudian tersenyum.
"Ahh.. Benar. Kau kan tidak suka ya dengan bau kopi." ucapnya
"Aku heran.. Bagaimana Aris bisa tahan berhubungan denganmu selama ini padahal dia itu adalah pecandu kopi." ucap Jessy kembali sambil mengambilkanku mineral water
"Silahkan.."
"Terima kasih.." jawabku
"Anggap saja rumah sendiri. Kau bisa menempati kamar itu jika kau mau, tapi maaf kalau agak berantakan.." ucap Jessy kembali
Dan tak lama dari itu dia pun pergi mandi. Selesai mandi, Jessy kembali mengajakku mengobrol, sambil menawarkan wine padaku.
"Terima kasih Jessy.. tapi maaf aku tidak minum wine." tolakku
"Kau ini benar-benar wanita aneh.. cokelat tidak mau, kopi.. dan wine ini juga.. Lalu apa minuman kesukaanmu itu, hah? Teh?" tanyanya heran
"Aku suka susu, jus, atau apapun yang manis-manis.. teh juga, tapi tidak terlalu.." jawabku
Sambil memperhatikan sekeliling apartemen,
"Kau tinggal sendiri disini Jessy?" tanyaku kembali padanya
"Bagaimana dengan keluargamu?"
"Aku single women. Dulu aku mempunyai suami.. tapi kami bercerai.."
"Maaf.." ucapku merasa bersalah.
Aku sungguh menyesal saat itu. Sepertinya aku telah salah membuka topik untuk dibahas.
"Tidak apa.." jawabnya santai sambil meneguk wine tadi
"Alex.. Kau tahu?" tanyanya padaku
"Maksudmu Alex yang sejurusan dan seangkatan dengan Aris??" tanyaku memastikan
"Ya kau benar. Mantannya Karin dulu.. Apa Aris tidak pernah cerita padamu kalau aku menikah dengan Alex?"
Aku menggeleng menjawab.
"Iya kami menikah dan aku juga sempat hamil waktu itu.. kemudian kecelakaan itu terjadi..
"Dokter terpaksa mengangkat rahimku karena kondisiku yang sangat parah, jadi aku tidak bisa memiliki anak.."
"Apa karena itu kalian berpisah?" tanyaku kembali
"Tidak.. Saat itu aku yang memutuskan untuk berpisah. Aku berpikir aku tidak mau menjadi bebannya. Lalu aku mendiamkannya.."
"Saat itu dia masih menerimanya. Semua perlakuanku, sikap pasifku itu yang terus menerus mendiamkannya.. tapi selama berbulan-bulan lamanya kami bertahan, dia juga mungkin sudah bosan.. Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal terpisah.. Lalu aku menggugatnya cerai."
"Kalau kau tanya apakah aku menyesal telah melakukan itu.. mungkin iya, sedikit.." curhat Jessy sambil mengedipkan sebelah matanya
Saat itu, tiba-tiba dia kembali berkata padaku dengan wajah serius.
"Tidak, aku benar-benar menyesal telah melakukannya.. Kau tahu Lena, tidak mudah untuk hidup seorang diri diusia seperti ini.. Walaupun kau mempunyai pekerjaan yang cukup mapan untuk membiayai semua kebutuhan hidupmu.."
"Sesibuk apapun kegiatanmu saat diluar sana, tetapi tetap.. pada saat kita kembali ke rumah terasa berbeda, sangat kosong.. "
"Bodoh sekali aku yang dulu berpikir untuk melepaskan dia.. Aku baru menyadarinya sekarang.. kalau ternyata kita membutuhkan partner untuk menjalani hidup ini. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan kita saling berpasangan, bukan?"
"Tidak ada yang mau hidup sendiri didunia ini.." ucap Jessy kembali menjelaskan sambil memaksakan tersenyum
Saat itu aku bingung bagaimana harus merespon semua ucapannya itu, hingga kemudian..
"Hoeaammm.." Jessy tiba-tiba menguap karena mengantuk
Sambil tersenyum dia pun berkata,
"Cukup membosankan ya mendengar kisahku ini? Kalau begitu, aku istirahat dulu Len.."
"Maaf.. Tidak ada makanan apapun disini karena aku tidak terbiasa mengemil seperti dirimu. Kalau kau merasa lapar, pesan online saja.. Anggaplah sebagai rumahmu sendiri, tidak usah sungkan.." dan Jessy pun kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Sementara aku, aku yang mulai merasa kelaparan saat Jessy mengungkit soal makanan tadi, kemudian berpikir untuk memesan martabak keju manis. Setelah berhasil memesannya, tidak lupa aku meminta kepada petugas di lobi untuk mengantarkan pesananku nanti ke unit ini. Sebab tidak mungkin kalau aku harus turun kebawah dan mengambilnya sendiri. Bagaimana jika nanti aku berpapasan dengan Mas Ryan atau Oka disana. Bisa gawat kan..
Selang beberapa lama menunggu, akhirnya pesananku pun tiba. Saat itu, tukang ojek tersebut menghubungiku dan berkata kalau dia sudah tiba didepan unit kami. Tentu saja aku terkejut, maksudku.. bagaimana bisa dia yang langsung naik mengantarkannya sendiri kemari.. bukankah harusnya petugas apartemen itu yang mengantar.
Dan ketika aku membuka pintu depan aku terkejut.