Chereads / My New Neighbour / Chapter 123 - Aris Siuman

Chapter 123 - Aris Siuman

"Shina.." panggil Ryan saat itu

Shina terdiam, tidak meresponnya. Seperti orang linglung, dia hanya terus berjalan tanpa memperhatikan apapun disekitarnya. Ketika ada seseorang yang tanpa sengaja menyenggolnya, dia tampak terhuyung seperti akan terjatuh, hingga tiba-tiba Ryan datang dan dengan cepat menahan tubuhnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Ryan

Shina tidak menjawabnya.

"Duduklah.." ucap Ryan kembali sambil menyuruh Shina untuk duduk.

"Kau tunggu disini, aku akan membelikan minum sebentar.."

"Aris.. Apa dia akan baik-baik saja?"

Shina akhirnya mulai bersuara

"Aku takut dia meninggal.." ucap Shina menangis sambil menutup matanya menggunakan satu tangan

Seketika itu Ryan pun lalu memeluknya, berusaha untuk menenangkannya.

"Dia akan baik-baik saja. Papa sudah mendonorkan darah untuknya. Dia pasti tertolong. Kau tenanglah.." ucap Ryan sambil menepuk-nepuk punggungnya

Saat itu, tanpa sadar.. aku melihat mereka berdua. Aku tahu mungkin saat itu Ryan hanya berusaha menenangkan Shina, tapi tetap saja.. rasa cemburu dan tidak suka itu muncul dihatiku, saat melihat suami sendiri memeluk wanita lain, terlebih lagi wanita tersebut merupakan mantan pacarnya dulu. Aku pun segera berbalik, berusaha untuk menepis rasa itu dengan tidak melihat atau melewati mereka. Namun aku terkejut, Papa tiba-tiba ada disana. Dengan cepat aku berlari ke arahnya dan mengajaknya untuk mengambil jalan memutar, agar Papa tidak melihat Ryan dan Shina yang sedang berduaan saat itu.

Sekitar 20 menitan kami menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan itu.

"Pasien sudah siuman.. Silahkan salah seorang dari keluarga masuk jika ingin menemuinya."

"Bagaimana kondisinya Dok?" tanya Shina

"Saat ini kami masih memantaunya, untuk mengetahui apakah ada gejala-gejala lain atau dampak akibat dari kecelakaan itu. Untuk sementara semuanya baik-baik saja.."

"Syukurlah.." ucap Shina lega sambil menangis haru

"Nanti pasien akan kami pindahkan ke ruang inap."

"Iya Dok, tidak apa-apa. Terima kasih sebelumnya." ucap Shina kembali

Dan Shina pun kemudian masuk ke dalam ruangan itu. Disana dia melihat Aris terbujur lemas sambil memandang ke arahnya. Dengan mata yang masih berkaca-kaca, Shina berjalan mendekatinya.

"Apa kau itu bodoh.. kenapa mendorongku dengan keras seperti itu?" ucap Shina sambil menahan tangis

"Kenapa kau tidak sekalian mati saja, hah? Kenapa kau masih hidup dan terbaring disini?" ucapnya kembali

"Shina, aku minta maaf.. Maafkan aku.." ucap Aris

Shina lalu tiba-tiba menangis.. tidak dapat membendung air matanya.

Shina.. mengenai gelang itu, saat itu aku.." Aris masih mencoba menjelaskan, walaupun dengan suara yang terdengar parau

"Dasar bodoh.. bodoh.. bodoh.." ucap Shina kembali sambil menangis histeris.

Saat itu, Shina terlihat membenamkan kepalanya disamping tempat tidur Aris, sambil memukul-mukul tubuh Aris.

"Maafkan aku.." ucap Aris kembali mengelus-ngelus kepala Shina

"Lain kali aku akan membunuhmu kalau kau berani melakukan itu lagi.." ucap Shina kembali

"Kau benar-benar bisa membunuhku jika kau terus seperti ini.." jawab Aris sambil memegang tangan Shina yang terus memukulnya itu.

"Kau tepat sekali memukul di bagian tubuhku yang terasa sakit ini.  Rasanya seperti aku akan mengalami kondisi kritis untuk kedua kalinya.." Aris menyindir Shina berusaha untuk membuatnya tertawa.

Namun Shina hanya merespon dengan menatap Aris dengan perasaan sedih. Dia masih merasa bersalah atas kecelakaan itu. Aris yang menyadari hal itu, kembali meminta maaf.

"Maafkan aku.." ucap Aris

"Kalau kau mengatakan "maaf" sekali lagi, maka aku akan benar-benar membunuhmu.." balas Shina

"Kau itu membuatku seperti orang bodoh.. Merasa bersalah terhadap tindakan yang bahkan belum sempat aku lakukan." ucap Shina kembali

"Kenapa kau tiba-tiba berlari dan mendorongku waktu itu? Bukankah harusnya kau senang, jika aku yang mati tertabrak.. kau jadi bisa bebas melakukan apapun, termasuk jika kau ingin kembali lagi pada Lena atau membuat Jessy salah tingkah.."

"Karena aku mencemaskanmu.." jawab Aris

"Apa kau masih belum bisa percaya padaku? Kenapa kau masih terus saja membahas soal Lena dan Jessy..

Shina terdiam. Matanya terus saja mengeluarkan air yang terus menerus mengalir membasahi pipinya.

"Sepertinya aku memang harus mengatakannya secara jelas dan langsung kali ini.."

"Kau dengarkan baik-baik.." ucap Aris

"Shina, aku mencintaimu.."

"Aku mencintaimu.." ucap Aris setengah berteriak

Shina terlihat malu saat itu. Kemudian, sambil menyeka air matanya

"Hey, kau gila ya Aris. Ini Rumah Sakit..untuk apa berteriak" respon Shina malu dan salah tingkah, sambil menyuruh Aris diam.

"Agar kau lebih paham dan mengerti. Supaya kau tidak perlu lagi mengungkit-ngungkit soal masa lalu.. terutama mengenai Lena dan Jessy.. "

Shina terlihat tersenyum malu saat itu, hingga membuat Aris tidak tahan untuk kembali menggodanya.

"Apa sudah cukup jelas?" tanya Aris

"Kau mau aku mengucapkannya sekali lagi?" tanyanya kembali

"Boleh.. tapi kali ini dengan suara lembut dan pelan. Aku ingin mendengarnya langsung ditelingaku" Shina menjawab malu-malu dan dia pun diam-diam seolah menyodorkan telinganya itu persis didepan Aris.

Tiba-tiba Aris langsung mengecup pipi Shina. Tak lupa dia pun kembali berkata,

"Aku mencintaimu.."

Shina yang senang mendapat respon seperti itu dari Aris kemudian segera memegang pipi Aris dan mencium bibirnya. Namun, selang beberapa saat kemudian, salah seorang perawat masuk dan mengatakan bahwa kamar inap untuk Aris telah siap. Hal itu membuat mereka berdua malu dan gugup, hingga saling menjauh dan melepaskan diri.

Sesaat setelah keluar dari ruangan Aris, Shina terlihat sumringah dan bahagia. Dia lupa bahwa disana ada aku, Ryan, Papaku, dan Mama yang masih mengkhawatirkan keadaan Aris. Kemudian,

"Bagaimana kondisi Mas Aris?" tanyaku

"Dia baik-baik saja. Sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ruang inap.." jawab Shina bahagia

"Ohh, Syukurlah.." ucapku

Namun tiba-tiba Papa..

"Boleh aku bertemu dengan Aris sebentar?" tanya Papa tiba-tiba

"Oh, Silahkan Pak.." jawab Shina ramah

"Ahh hampir lupa.. Terima kasih sebelumnya atas bantuannya, Pak. Berkat darah yang Bapak donorkan, Aris suami saya bisa melewati masa kritisnya." ucap Shina menambahkan

"Tidak perlu sungkan.. Kau kan tahu, Aris juga pernah membantuku waktu itu. Aku sudah menganggap Aris sebagai anakku sendiri .." jawab Papa

Shina terlihat membalas ucapan Papa dengan tersenyum. Kemudian setelah Papa masuk, Mama menyuruhku dan Mas Ryan untuk pergi memeriksakan kandunganku, mumpung sekarang kami sedang berada di Rumah Sakit. Dan setelah aku dan Mas Ryan pergi dari tempat itu, Mama kemudian menghampiri Shina.

"Bisa kita bicara sebentar?" ucap Mama

Seketika itu, senyuman dari wajahnya pun lenyap. Dengan ekspresi dingin, dia akhirnya mengikuti Mama pergi ke ruangan sepi yang jarang dilalui di Rumah Sakit itu.

"Baiklah.. Karena disini hanya ada kita berdua saja, sekarang katakan apa maumu?" tanya Mama