Chereads / My New Neighbour / Chapter 121 - Kritis

Chapter 121 - Kritis

Shina terkejut begitu Aris mendorongnya dengan sangat kuat. Ketika dia menoleh kebelakang, dia mendapati Aris telah bersimbah banyak darah akibat tertabrak mobil yang seharusnya menabraknya tadi. Seketika teriakan histeris pun keluar dari mulutnya

"ARIISS..!!!" teriak Shina sambil berlari ke arahnya

Meskipun tubuhnya terluka akibat benturan ke aspal saat Aris mendorongnya tadi, tapi dia tidak merasakan sakitnya. Dia terlihat begitu shock dan terkejut melihat orang yang dicintainya itu luka terkapar dijalanan akibat kecelakaan untuk melindungi dirinya. Shina terus menangis sambil meneriakkan namanya berkali-kali.

"Aris.. Ariiss.. Ku mohon sadarlah, Ariisss.." ucap Shina panik sambil memangku tubuhnya

"Siapapun tolong.. tolongg.." ucap Shina sambil menangis

Roy yang melihat kejadian itu pun kemudian memberhentikan sebuah mobil yang ada didepannya untuk membawa Aris dan Shina ke Rumah Sakit.

Sepanjang perjalanan Shina terus panik dan menangis. Sambil memegang tangan Aris, dia mencoba untuk menyadarkan Aris dengan memanggil namanya berulang-ulang kali, tetapi tetap tidak ada respon.

Sementara Roy, saat itu dia hanya bersikap diam melihat Shina yang begitu sedih dan frustasi karena Aris yang tidak kunjung sadar.

"Pak, cepat sedikit menyupirnya..!! Lakukan apapun untuk segera sampai ke Rumah Sakit terdekat. Tidak perlu memperhatikan rambu lalu lintas. Suami saya ini dalam kondisi kritis.." ucap Shina panik sambil menangis

"Tenang Bu. Saya sedang berusaha untuk menuju kesana. Ibu yang tenang ya.. Banyak-banyak berdoa. Semoga suami Ibu baik-baik saja.."

Tidak berapa lama, mobil mereka pun tiba di Rumah Sakit. Para perawat segera membawa Aris ke ruang perawatan intensif. Sementara ada seorang perawat lain yang berkata,

"Keluarganya Bapak ini mohon segera urus administrasinya di loket depan."

"Masalah administrasi nanti kuurus, tolong urus suamiku dulu. Aku tidak mau apa-apa terjadi padanya.. Aku mohon!" ucap Shina

"Iya Bu, tapi sesuai prosedur Ibu harus mengurus administrasinya dulu agar proses penanganan Suami Ibu berjalan lancar." jawab perawat tadi

"Kau.. Apa kau tau siapa aku? Aku tidak peduli masalah administrasi atau apapun itu.. yang terpenting sekarang cepat selamatkan nyawa Suamiku.."

"Aku mampu membayar semua biaya perawatannya. Bahkan untuk membeli seluruh Rumah Sakit ini sekalipun aku juga tidak masalah.. Cepat kau bantu mereka urus Suamiku itu dulu.." ucap Shina marah sambil membentak perawat tadi

Roy yang melihatnya pun mencoba menenangkan suasana dengan berkata,

"Biar aku yang urus administrasinya. Dimana loketnya?" tanya Roy pada perawat tersebut

"Disana Pak.." dan perawat tadi pun menuntun Roy menuju loket administrasi.

Sementara Shina, dia masih terlihat panik. Dia terus mondar-mandir didepan ruangan Aris sambil memohon dalam hati, "Semoga dia baik-baik saja Ya Tuhan!"

Tak selang beberapa lama, salah seorang perawat terlihat keluar dari sana.

"Bagaimana keadaan suami saya Sus?"

"Pasien kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi segera. Sayangnya stok golongan darah kami yang sama dengan pasien telah habis. Apa anda punya teman atau kerabat yang bergolongan darah sama dengan pasien?" tanya perawat itu

Saat itu pikiran Shina pun seketika mengarah padaku.

"Ada Sus.. Saya punya teman yang bergolongan darah sama dengan suami saya itu." jawab Shina

"Bisa Ibu tolong bawa orang itu kemari? Pasien sangat membutuhkan transfusi darah segera.." ucap perawat itu lagi

Dengan segera Shina pun kemudian menghubungiku. Namun saat itu,

"Lena.." ucap Shina ketika telpon mulai terhubung

"Ada apa kau mencari Lena?" jawab Ryan dengan nada tidak senang

"Dengar Ryan, saat ini Aris dalam kondisi kritis dan membutuhkan transfusi darah segera. Bisa kau bawa Lena sekarang ke Rumah Sakit. Aku mohon.. Nanti aku kirim alamatnya."

"Lena saat ini sedang hamil. Kau pasti tahu bahwa Ibu hamil itu rentan terhadap penyakit, terlebih lagi kondisinya yang sering mengalami kekurangan darah.. Aku tidak mau mengambil risiko apapun hanya untuk menyelamatkan Aris suamimu itu. Lebih baik kau cari orang lain.." balas Ryan dingin. Dan diapun kemudian menutup teleponnya.

Shina merasa kesal saat itu. Bagaimana bisa Ryan menolak seperti itu dan langsung menutup telponnya. Padahal dulu Aris pernah mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi istrinya. Apa begini balasannya, pikir Shina kesal.

Tanpa berpikir panjang, akhirnya dia langsung pergi menuju rumahku untuk memintaku secara langsung agar aku mau mentranfusikan darahku pada Aris. Sialnya, saat itu dirumah masih ada Mama mertuaku dan juga Papa.

Ketika kami semua sedang berkumpul diruang keluarga, tiba-tiba Bi Siti datang menghampiri kami.

"Maaf Bu Lena, didepan ada yang mencari Ibu namanya Bu Shina. Dia ingin bertemu dengan Ibu sekarang."

"Shina? Namanya terdengar tidak asing." pikir Mama saat itu

"Gawat.. untuk apa Shina datang kemari." pikirku bingung

Seketika aku pun langsung menatap Mas Ryan yang saat itu begitu tegang..dia juga sedang menatapku dengan ekspresi cemas. Kemudian,

"Shina yang istrinya Aris itu kan? Biarkan dia masuk.." ucap Papa pada Bi Siti

"Baik Tuan.." jawab Bi Siti

Akan tetapi, ketika Bi Siti akan melangkah pergi, reflek saat itu juga aku dan Ryan sama-sama bangkit dari tempat duduk kami.

"Biarkan aku menemuinya diluar saja.." ucapku

"Biar aku temani.." ucap Ryan menambahkan

Namun, ketika kami hendak pergi dari ruangan itu Mama tiba-tiba berkata,

"Sayang, kamu itu lagi hamil. Jangan keluar malam-malam seperti ini ahh.. Suruh temanmu itu masuk dan menemuimu didalam sini saja.."

"Iya. Suruh dia masuk Lena. Kebetulan Papa juga ingin menanyakan bagaimana kabar Aris padanya." ucap Papa menambahkan

Saat itu aku dan Mas Ryan.. kami terdiam dan hanya saling menatap satu sama lain. Kami berdua bingung memikirkan bagaimana caranya agar Shina jangan sampai masuk kedalam, apalagi kalau sampai terlihat oleh Mama.. bisa gawat.

"Kenapa kalian malah diam mematung? Cepat suruh teman kalian itu masuk." ucap Papa kembali

"Biar Ryan saja yang memanggilnya.." ucap Ryan tiba-tiba

"Tapi Mas.." aku berusaha menolak idenya itu

"Sudah.. Benar kata Mama. Kau tidak boleh keluar rumah saat ini. Biar aku saja yang mengurus semuanya ya Sayang..". Dan Ryan pun langsung pergi menemui Shina diluar.

Kemudian,

"Ryan.. Aku mohon padamu. Biarkan Lena menolong Aris. Apapun.. apapun yang kau inginkan aku akan menurutinya. Kau mau aku membatalkan semua kesepakatannya, aku batalkan.. kau tidak mau mengakui Rani sebagai anakmu dan melepas semua tanggung jawabmu padanya, aku tidak apa-apa.. atau kau mau menyuruhku dan Rani untuk menghilang dari hadapanmu sekarang juga akan kulakukan.. tapi tolonglah.. tolong biarkan istrimu menyelamatkan Aris.. Ryan kumohon.." ucap Shina dengan suara keras sambil menangis

Seketika itu Ryan menarik Shina ke bagian samping halaman rumah (tempat yang lebih sepi).

"Ssttt.. Shina tenanglah. Pelankan suaramu itu." ucap Ryan

"Baiklah, akan ku bantu. Aku akan mencarikan stok darah untuk Aris. Kau tunggu disini.." ucapnya kembali. Kemudian Ryan terlihat menghubungi seseorang ditelpon.

"Untuk apa mencari orang lain jika ditempat ini sudah ada orang yang bergolongan darah sama dengannya.." pikir Shina saat itu

Dengan segera Shina pun kemudian berlari menerobos masuk kedalam rumah.