"Sayang, kamu tidak apa-apa?" ucap Ryan ketika dia melihat Shina menyenggol bahuku
"Sudah tidak usah dipikirkan. Shina itu tidak waras. Biarkan dia berkata apapun yang dia mau. Dia tidak akan dapat memisahkan kita.." ucap Ryan kembali
Saat itu aku bingung. Apakah aku harus meminta maaf pada Mas Ryan mengenai gelang itu dan menjelaskamnya.. tapi dilihat dari reaksinya, sepertinya dia tidak marah padaku. Maksudku, biasanya dia pasti akan langsung mengamuk karena cemburu dan langsung membuang semua barang-barang itu. Akan tetapi, kondisi dikamar ini.. tidak ada benda berantakan atau apapun, tempat tidur juga. Bagaimana Shina bisa menemukan gelang itu, pikirku bingung.
"Sayang maafkan aku.." ucap Ryan kembali membuyarkan lamunanku
"Seperti yang dikatakan Shina tadi, kita tidak melakukan apapun disini. Aku bahkan tidak tahu bahwa Shina bersembunyi disini tadi.." Ryan menjelaskan
Saat itu, Ryan merasa bersalah padaku. Dia mengira aku cemburu dan marah melihatnya berduaan dengan Shina dikamar ini.
"Sayang dengar, aku mengunci pintu saat itu karena panik. Aku takut nanti kalau Mama masuk. Aku tidak ada niatan untuk melakukan apapun dengan Shina. Sungguh.. Aku tidak mencintainya. Yang aku cintai itu kamu.." ucap Ryan meyakinkanku sambil memegang kedua tanganku
"Iya aku tahu.." jawabku.
Dan Ryan pun langsung memelukku saat itu.
"Aku takut kamu marah dan pergi ninggalin aku karena kejadian ini. Syukurlah kamu tidak melakukannya.." ucap Ryan kembali mengeratkan pelukannya
Aku kemudian membalas memeluknya.
"Tapi kamu beneran gak marah sama aku?" tanyanya kembali sambil menatap mataku
"Ngapain aku marah kalau kamu udah ngejelasin semuanya ke aku. Aku percaya.. kamu gak akan macam-macam."
"Makasih Sayang.. Senang banget dengar kamu bilang begitu. Memang gak salah aku milih kamu jadi istri. Makasih ya udah percaya sama aku.." ucap Ryan sambil sesaat mengecup bibirku
"Iya Mas.."
"Ehhm.. mumpung kita berdua disini.." ucap Ryan tiba-tiba
Dengan reflek aku kemudian melepaskan pelukanku dan mundur menjauhinya.
"Jangan sekarang Mas! ada Mama didapur lagi nungguin aku masak.."
"Memangnya kamu pikir aku bakalan ngelakuin apa ke kamu? Ryan terlihat tertawa senang saat itu.
Aku yang malu pun kembali berkata padanya,
"Ya habis kamu kan biasanya selalu kayak gitu. Aku cuma antisipasi aja.."
"Antisipasi dari apa?" ledek Ryan kembali
"Sayang, kamu tahu.. gerakan refleks itu biasanya lebih menggambarkan apa yang sedang kita pikirkan. Mending kamu jujur deh ke aku kalau kamu sekarang lagi pengen.."ucap Ryan tersenyum menggoda
"Nggak.." aku mengelak
"Yakin?? Ntar kalau Papa pulang, belum tentu kita bisa ngelakuinnya loh.. Kamu tahu sendiri kan Papa galaknya kayak apa. Kalau tiba-tiba dia ngusir aku dan gak biarin kita bertemu selama berbulan-bulan gimana?"
"Tuh kan.. Berarti memang kamu yang pengen Mas.."
"Aku cuma menawarkan. Soalnya kemarin-kemarin ada yang curhat ke aku. Katanya kalau lihat pasangan lain romantis-romantisan dia jadi baper. Ehh, ini pasangannya udah ada didepan mata, dianya yang gak mau. Sok jual mahal kayaknya sih.." ucap Ryan menyindirku
"Aku gak jual mahal.." ucapku
"Berarti kamu mau?"
"Tapi kan ada Mama.."
"Gak usah bawa-bawa Mama disini. Kamunya mau atau nggak?
Saat itu aku terdiam malu. Ryan.. dia selalu bisa membujukku untuk mau melakukannya. Aku yang mencoba maju perlahan, tiba-tiba langsung diterkam olehnya. Kami melakukannya cukup singkat, karena aku takut Mama akan memanggilku untuk kembali ke dapur.
Ditempat lain, ketika Aris sedang merapikan dokumen diatas mejanya dan bersiap untuk pulang kerja, Pak Santoso tiba-tiba datang menghampirinya.
"Aris.. Kau sudah menyelesaikannya?"
" Sudah Pak. Saya sudah kirim ke email Bapak."
"Bagus sekali. Kau memang bisa diandalkan. Tidak salah aku memilihmu sebagai pimpro (pimpinan proyek) disini.."
"Oh iya. Bagaimana kalau hari ini kita makan malam bersama? Kebetulan ada yang ingin aku mintai tolong padamu.."
"Maaf Pak, tapi saya sudah ada janji malam ini." jawab Aris menolak
"Dengan siapa? Pacar? Apa tidak bisa ditunda? Hanya sekali ini saja Aris.."
Aris merasa tidak enak. Bahkan, atasannya itu sampai memohon untuk waktunya seperti itu. Akhirnya, dengan sedikit berat hati, Aris pun mau mengikuti keinginannnya.
Sambil berjalan menuju parkiran, dia terlihat mengetikkan pesan singkat untuk Shina.
"Shina maaf. Hari ini kita tidak jadi makan malam. Aku akan keluar dengan atasanku Pak Santoso."
Walaupun telah mengatakan maaf seperti apa yang dituliskannya, tetap saja Aris merasa bersalah saat itu. Terlebih lagi setelah Shina mengucapkan perasaan padanya ditelpon. Kira-kira bagaimana responnya nanti.. Wajah Aris terlihat cemas saat itu.
Sementara Shina, dia tidak terlihat memperhatikan handphonenya. Dia sedang sibuk memilih jam untuk Aris di sebuah pertokoan di Mall. Disana orang-orang memperlakukannya dengan baik karena mengetahui dirinya sebagai seorang artis terkenal. Bahkan, dia terlihat menggunakan kacamata hitam di atas kepalanya untuk menunjang penampilannya. Beberapa pelayan toko disana sibuk menggosipkannya. Ada yang mengatakan bahwa jam yang dibelinya itu untuk Roy tunangannya. Dan mereka semua terlihat begitu antusias.
Setelah selesai memilih jam, Shina membuka handphonenya untuk menghubungi Aris. Dia terkejut membaca pesan Aris disana. Dia nampak kecewa saat itu, tapi karena dia sedang berada ditempat ramai dan orang-orang sedang memperhatikannya.. dia berhasil menyembunyikannya. Setelah menyelesaikan proses pembelian jamnya itu, Shina kemudian pergi ke toilet.
"Betapa bodohnya.. Harusnya aku tidak perlu mengatakan kata-kata bodoh itu ditelpon padanya.." keluh Shina
"Apa dia menghindariku saat ini karena hal itu. Padahal hubungan kami sudah semakin membaik... Aaakkh.." Shina terlihat kesal saat itu sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
Sambil memandang bungkusan jam tangan yang sedang dibawanya,
"Shina bodoh.. Untuk apa kau melakukan semua ini? Dia justru akan semakin terbebani, jika aku memberikan jam ini padanya."
"Haahh.." Shina terlihat menarik nafas panjang saat itu.
Dengan segera dia keluar dari toilet dan berpikir untuk membuang jam itu. Hingga kemudian, ketika dia keluar dan melihat ada petugas cleaning service yang sedang mengepel lantai disana. Dia pun kemudian memberikan jam itu padanya.
"Ini untuk saya Mba?" tanya petugas cleaning service tersebut
"Iya. Kalau kau tidak mau berikan saja pada orang lain.." jawab Shina datar
"Tidak.. tidak. Tentu saja saya mau. Ini kan jam terkenal itu. Terima kasih ya Mba. Semoga rizki Mba semakin melimpah.."
"Iya.." jawab Shina datar tanpa ekspresi ketika meninggalkan pria itu
Saat itu petugas cleaning service tersebut baru sadar kalau Shina adalah seorang artis. Dengan segera, dia kembali berlari memanggil Shina dan mengajaknya untuk selfie dengan jam pemberiannya itu. Selanjutnya, kalian bisa menebak. Postingan pria itu menjadi viral di sosial media. Bahkan, dengan cepat beredar kabar bahwa hubungan Shina dan Roy telah berakhir karena jam yang seharusnya diberikan kepada Roy, tidak jadi diberikan padanya.
Sementara itu, di restauran tempat Aris dan Pak Santoso berada, Aris dikejutkan dengan kemunculan Jessy disana.
"Aris.. Kakek.." sapa Jessy tersenyum sambil melambaikan tangan