Chereads / My New Neighbour / Chapter 116 - Ungkapan Hati Shina

Chapter 116 - Ungkapan Hati Shina

Isi pesan singkat Shina di WA

"Karena kau sangat sibuk, maka aku akan menunggu di rumah mertuamu."

Shina kemudian menunggu respon dari Ryan. Hampir 3 menit berlalu dan Ryan belum memberikan respon.. bahkan, pesannya itu belum dibacanya sama sekali.. Shina kembali mengirimkan pesan.

"Aku akan terus menunggumu sampai kau datang. Karena waktuku sangat banyak, aku juga tidak keberatan jika harus menginap disana sembari menunggumu Ryan."

Kurang puas dengan isi pesannya saat itu, Shina kembali menuliskan beberapa kalimat untuk menarik perhatian Ryan.

"Kita bisa melanjutkan perjanjian kesepakatannya, dengan aku yang menginap disana bersama istrimu. Jangan salahkan aku yang tidak dapat menutup rapat mulutku ini, jika mertuamu tahu mengenai kontrak kesepakatan kita."

Akhirnya, Shina dapat tersenyum lebar saat berhasil mengirimkan pesan terakhir tadi pada Ryan. Sementara disisi lain, Ryan tidak membaca sama sekali isi pesannya. Dia dibuat terkejut ketika dia tiba di rumah mertuanya.. dan melihat Shina disana sedang dipersilahkan masuk oleh penjaga didepan pagar. Kemudian Ryan,

"Ma.. tunggu sebentar disini." dan Ryan pun segera turun dari mobil sambil berusaha menghubungi seseorang.

Saat itu Ryan terlihat kesal dan gusar karena orang yang dihubunginya itu tidak menjawab panggilannya.

"Brengsek..!" makinya kesal

Dengan segera, dia pun kembali ke mobil.

"Ma.. untuk sementara Mama tunggu disini dulu sampai Ryan kembali."

"Kamu mau ngapain?" tanya Mama penasaran

"Pokoknya kalau Mama turun sekarang urusannya bisa makin runyam Ma.. Mama percaya Ryan kan?"

"Ya sudah. Jangan lama-lama ya kamu.."

Dan Ryan pun segera berlari menuju rumah mertuanya.

"Shina apa yang kau lakukan disini?!!" ucap Ryan marah sambil mencengkram erat lengannya

Sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Ryan, Shina pun menjawab

"Memangnya apalagi? Tentu saja menunggu tuan Ryan Adji Pratomo yang sangat sibuk ini.." jawab Shina sambil tersenyum sinis

"Kau pasti sudah gila.. Cepat pergi dari sini sekarang." sambil Ryan menarik Shina untuk segera pergi dari sana

Namun saat itu, tiba-tiba aku keluar dan melihat mereka.

"Loh Mas.. Shina.. Apa yang kalian lakukan disini?" tanyaku heran

"Sayang.." ucap Ryan terkejut

Dia kemudian segera melepaskan tangan Shina dan segera menghampiriku sambil berkata.

"Kebetulan sekali kau ada. Cepat sembunyikan Shina. Ada Mama didepan.." ucap Ryan masih dalam keadaan panik

"Mama??" ucapku mengulang perkataannya

"Iya. Cepat sembunyikan dia dimanapun diruangan ini. Jangan sampai Mama melihatnya." jawab Ryan

Saat itu tiba-tiba handphone Ryan berdering.

"Si brengsek ini.. dia baru menghubungiku sekarang." ucap Ryan menggerutu dan dia pun kemudian menjawab telponnya.

"Hey Aris.." ucap Ryan yang berhasil menghentikan langkahku dan juga Shina yang akan beranjak pergi dari ruangan itu

"Cepat urus istrimu ini. Dia sedang mengacau dirumah mertuaku.."

Shina yang tidak senang mendengarnya kemudian menghampiri Ryan.

"Hey Brengsek.. untuk apa kau menghubungi Aris?" ucap Shina kesal sambil mendorong Ryan

Sementara Aris, dari dalam panggilan telpon

"Halo Shina..? Ryan, tolong biarkan aku berbicara dengan Shina.." dan Ryan pun kemudian memberikan handphonenya itu pada Shina

"Shina, apa yang kau lakukan disana?" tanya Aris

"Ada urusan yang harus kuselesaikan dengan Ryan.."

"Urusan apa? Apa berhubungan dengan Rani?" tanyanya kembali

"Tidak. Ini masalahku dengannya.. Ryan, dia tidak mau bertemu dan menjawab panggilanku, makanya aku memutuskan untuk datang kemari menemuinya.." jawab Shina

"Dengar Shina, saat ini Ryan, Lena, dan Papanya sedang menghadapi masalah yang cukup rumit. Sebaiknya kau segera pergi dari sana.." Aris menyarankan

"Aku tidak ada urusan dengan itu semua. Urusanku hanya dengan Ryan. Setelah aku berhasil menuntaskannya, tanpa kau suruh pun aku akan segera pergi dari sini.." jawab Shina ketus

"Aku tahu.. tapi apapun itu, tidak bisakah kau menundanya. Sekarang itu mereka sedang ada masalah.." Aris masih berusaha membujuk

"Urusanku ini tidak akan memakan waktu lama dan aku juga.." Shina yang belum menyelesaikan perkataannya dengan Aris, dikejutkan dengan suara wanita paruh baya yang memanggil namaku dan juga Ryan

"Lena.. Ryan.." ucap Mama sembari berjalan mendekati kami

Tentu saja aku yang panik, dengan segera menyuruh Shina pergi meninggalkan ruangan itu.

"Shina kau kesana sekarang, nanti diujung sana ada kamar mandi. Kau bisa bersembunyi didalam sana.." ucapku mengarahkan Shina

Shina yang saat itu juga panik, kemudian segera memberikan handphonenya pada Ryan dan pergi bersembunyi.

Tiba-tiba Mama sudah berada didekat kami.

"Ryan.. Kamu ini ninggalin Mama sendirian didalam mobil, tapi kamu sendiri malah enak-enakan sama istri kamu disini." ucap Mama menyindir

"Mama.." sapaku sembari memeluknya

"Kapan datang Ma? Kok gak kasih kabar ke Lena dulu kalau mau datang?" tanyaku kembali

"Ini nih suami kamu, repot banget sampai buat Mama khawatir dan datang kemari. Katanya minta bantuin ngejelasin semua masalah Pak Zuri.. Dia takut sama Papa kamu Lena." ucap Mama yang dibalas Ryan dengan memicingkan matanya

"Maaf Ma, karena masalah Papa dan Pak Zuriawan jadi membuat Mama repot hingga datang kemari. Padahal Mama juga sudah kerepotan menjaga Papa mertua di New York yang sedang sakit.." ucapku merasa bersalah

"Tidak apa-apa Sayang. Papamu sudah mendingan kok disana. Lagipula kita ini keluarga. Sudah seharusnya kita mendiskusikan masalah ini secara mendalam agar tidak terjadi salah paham.."

Aku kemudian mempersilahkan Mama masuk ke kamar tamu dilantai atas sembari menunggu Papaku pulang. Saat itu, kita bertiga terlihat gembira membicarakan masalah tentang calon cucunya.

Ditempat lain Shina yang sedang bersembunyi,

"Gila saja, mereka menyuruhku untuk bersembunyi didalam kamar mandi ini. Memangnya mereka mau membuatku pingsan kembali apa?" ucap Shina mengeluh dalam hati

Shina kemudian memutuskan keluar dari kamar mandi itu dan mencari ruangan lain untuk bersembunyi. Ternyata itu adalah ruang kamarku yang ada dilantai bawah.

Didalam sana, Shina terlihat memperhatikan berbagai buku di rak. Dia sekilas membaca semua judul-judul buku disana sampai mememukan yang sesuai dengan minatnya. Hingga kemudian ketika dia akan mulai mengambil salah satu buku novel, tiba-tiba handphonenya berdering. Itu panggilan dari Aris. Sambil tersenyum kemudian dia pun menjawabnya,

"Apa kau takut aku membuat keributan dirumah mantanmu ini, hah?" tanyanya

"Tidak. Saat ini aku mencemaskanmu. Kau sekarang ada dimana? Kau tidak bersembunyi didalam lemari lagi kan?" tanya Aris yang seketika membuat Shina merasa sangat-sangat terharu dan bahagia

"Bukan dilemari tapi didalam ruangan kamar mandi." jawab Shina tersenyum

"Kau serius?" tanya Aris tak percaya

"Kalau kau tidak percaya, datang saja kesini untuk memastikannya secara langsung." tantang Shina

"Saat ini aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Maafkan aku.. Nanti setelah ini selesai, mungkin aku akan menjemputmu.."

"Kau ingin menungguku disana atau.. tapi aku tidak bisa memastikan kapan aku bisa menyelesaikan pekerjaanku ini. Mungkin paling lama 2 jam. Apa kau masih mau menungguku?" tanya Aris memastikan

"Sayang sekali. Seandainya aku kembali pingsan.. Mungkin sekarang juga kau akan kemari dan meninggalkan pekerjaanmu itu.." balas Shina

"Tapi aku tidak ingin kau pingsan. Kau sudah makan siang kan?" tanya Aris

"Kalau aku bilang belum, apa kau akan makan siang denganku?" tanya Shina membalas

"Apa kau sedang berusaha untuk bersikap romantis denganku Shina?" tanya Aris tersenyum ditelpon

"Habis kau ini tidak romantis. Aku tahu.. seharusnya pria yang melakukannya. Tapi menunggumu untuk melakukan hal yang romantis sama halnya dengan menunggu di Indonesia ini bisa turun salju Aris."

Saat itu terdengar suara tawa Aris dibalik telpon. Tentu saja hal itu membuat Shina turut bahagia.

"Maafkan aku. Aku memang bukan pria yang romantis, mungkin aku tidak bisa menjadi seperti Ryan mantanmu dulu.."

"Aku tahu. Tidak apa-apa.. Lagipula aku juga tidak masalah dengan sikapmu itu. Kau telah berusaha keras selama ini untuk hubungan kita, Terima kasih.. dan terima kasih juga untuk gelangnya." sambil Shina tersenyum memandang gelang yang sedang dikenakannya itu

"Oh iya, nanti kita makan malam bersama ya? Kali ini kau bebas menentukan tempatnya.." ucap Aris mengajak Shina

"Apa ini ajakan kencan?" tanya Shina bahagia

"Iya. Mulai sekarang kapanpun kita akan makan bersama, kau bisa menganggap itu sebagai kencan." jawab Aris

"Kedengarannya menarik. Aku mau.." jawab Shina tersenyum

"Kalau begitu, nanti aku akan menjemputmu.." ucap Aris

"Baiklah, akan kutunggu.." balas Shina

Saat itu tiba-tiba suara hening ditelpon, tidak ada dari Aris maupun Shina yang kembali berkata-kata. Bahkan, mereka pun tidak terlihat seperti ingin mengakhiri telponnya. Kemudian,

"Aris.. Kau tidak sedang bekerja?" tanya Shina memecah keheningan

"Kau tidak apa-apa kalau aku menutup telponnya?" balas Aris

"Tidak boleh..!" tolak Shina tiba-tiba

"Hahahaa.. Bercanda. Tentu saja kau boleh menutup telponnya dan kembali bekerja Aris." ucap Shina kembali

"Maafkan aku Shina. Nanti aku akan menjemputmu ya. Jangan sampai pingsan.."

"Memangnya kau pikir aku selemah itu apa?" balas Shina

"Kalau begitu sampai jumpa nanti.." ucap Aris

"Ehhm. Ariiss.." sapa Shina kembali ditelpon

"Aku mencintaimu.." dan Shina pun menutup telponnya tanpa menunggu respon balasan dari Aris.

Dia terlihat memegang dadanya saat itu. Ini kali pertama, dia mengungkapkan secara langsung dan terang-terangan mengenai perasaanya. Mukanya merah dan hatinya sangat bahagia. Dia terlihat sudah tidak sabar untuk segera menantikan saat-saat Aris pulang kerja dan menjemput dirinya untuk mengajaknya kencan makan malam bersama.