Chereads / My New Neighbour / Chapter 117 - Ancaman Shina

Chapter 117 - Ancaman Shina

Seperti membeku, Aris tidak menyangka bahwa Shina akan mengucapkan perasaannya seperti tadi. Dia terlihat bingung bagaimana harus merespon Shina. Apakah dia harus menjawabnya dengan mengatakan bahwa dia juga mencintainya atau mendiamkannya. Dia terlihat melamun sambil memandang layar handphonenya itu. Akhirnya, dia memutuskan untuk membiarkannya dan tidak memberikan respon apapun terhadap ucapan Shina tadi. Aris kemudian melanjutkan pekerjaannya, walaupun saat itu pikirannya menjadi tidak fokus gara-gara Shina.

Sementara Shina, dia masih berada dikamarku.. masih berupaya menenangkan perasaannya dan jantungnya yang berdegup kencang itu. Dia begitu senang mengatahui Aris sangat mencemaskannya.

Jangan sampai pingsan katanya.. ucapnya mengulang perkataan Aris dalam hati sambil tersenyum.

Kali ini dia tidak menyesal atau pun malu telah mengatakan itu. Walaupun dia yakin Aris mungkin sudah tahu mengenai perasaannya, tetapi dia tetap ingin mengatakannya kembali untuk membuat Aris tidak ragu. Saat itu, Shina masih terlihat tersenyum sambil memandang gelang pemberian Aris yang ada ditangannya.

Ditempat lain dikamar atas, dimana ada aku, Ryan, dan juga Mama

Saat itu Ryan memberi kode padaku menggunakan lirikan matanya. Kemudian,

"Ma, Lena tinggal kebawah sebentar ya untuk ambil buah dan makanan. Mama pasti lapar kan?" aku menawarkan

"Gak usah, Sayang. Mama tadi sudah makan sebelum kesini.."

"Tapi Ma, Mama tetap harus makan lagi.." ucapku sedikit mendesaknya

Tanpa koordinasi denganku, Ryan malah ikut berkata,

"Maksud Lena itu, dia lapar dan ingin makan Ma.."

"Mengajak Mama makan itu hanya alasannya saja. Padahal dia sendiri yang ingin makan.." ucap Ryan kembali, yang kubalas dengan pandangan mata tidak senang olehku ke arahnya

"Oh benar. Sekarang ada calon cucuku disana, kamu harus makan banyak Sayang.." ucap Mama sambil menarikku keluar kamar

"Loh, Mama mau ngapain?" tanyaku bingung

"Tentu saja membuatkan makanan untukmu.." jawab Mama

"Gak usah Ma. Biar Lena saja dan Bi Siti yang membuatnya. Mama disini saja istirahat. Mama kan pasti capek habis menempuh perjalanan jauh.." aku menahan Mama agar tidak keluar dari kamar

"Tidak apa-apa.. Lagi pula kalau Mama diam dikamar ini Mama akan bosan Sayang.. tidak melakukan apapun."

"Tapi Ma.." aku masih berupaya menahannya

"Sudah sudah tidak apa-apa.. Kita masak bersama saja ya. Kamu mau buat apa biar Mama bantu.."

Saat itu aku panik. Letak dapur itu kan berada persis disebelah kamar mandi tempat Shina bersembunyi tadi. Bagaimana ini.. bagaimana kalau Shina masih ada disana, pikirku takut. Aku kemudian kembali melirik Mas Ryan memberikan kode padanya, untuk mengeluarkan Shina dari sana. Sementara aku akan mengulur waktu untuk menahan Mama disini.

Setibanya Ryan dikamar mandi, dia tidak menemukan Shina ada disana.

"Syukurlah.. sepertinya wanita gila itu sudah pergi dari sini." ucap Ryan merasa lega dalam hati

Dan Ryan pun tersenyum lebar ketika melihatku dan Mama turun dari tangga untuk menuju dapur. Ryan terlihat menggelengkan kepalanya, seolah berkata "Shina.. dia sudah pergi."

Aku yang mengerti kode yang diberikan oleh Ryan pun membalasnya dengan tersenyum. Dengan perasaan tenang, akhirnya aku mengajak Mama menuju dapur.

Saat kami berdua sedang masak, Ryan yang bosan memilih untuk beristirahat dikamarku dilantai bawah. Betapa terkejutnya dia melihat ada Shina sedang tertidur diatas kasur sambil memainkan handphonenya itu. Dengan perasaan panik, dia kemudian langsung menutup pintu kamar sambil menguncinya.

"Kau.. Apa yang kau lakukan disini?" ucap Ryan tidak senang pada Shina

"Kebetulan kau datang. Aku ingin bicara.." balas Shina sambil bangkit dari kasur menghampiri Ryan

"Hey dengar Shina, apapun itu kau harus pergi sekarang.." ucap Ryan

"Tentu saja, dengan senang hati aku akan segera pergi dari sini, tapi sebelum itu.. aku ingin membuat kesepakatan dulu denganmu."

"Kesepakatan?.. Kesepakatan apa lagi, hah?" ucap Ryan tidak senang mengerutkan keningnya

"Apa kau yang menyuruh Aris untuk pindah dari apartemen kami?" tanya Shina

"Pindah..? Dia ingin pindah? Bagus sekali.. Akhirnya dia kini sadar bahwa kehadirannya itu sangat mengganggu keluarga kami." ucap Ryan dengan ekspresi puas

"Ahh.. Jadi karena kau ya. Kau yang mendesaknya untuk segera pindah dari unit kami itu?"

"Dengar Ryan, kalau kau ingin mengusir kami dari sana boleh saja. Tapi jangan salahkan aku jika aku memberitahukan keberadaan Rani pada mertuamu itu.."

Saat itu tanpa berpikir panjang Ryan langsung menutup mulut Shina menggunakan tangannya (berusaha membekapnya). Shina yang terkejut mendapatkan perlakukan itu pun kembali memberikan perlawanan dengan menggigit tangannya.

"Aaaww.." ringis Ryan kesakitan dan dia pun kemudian melepaskan tangannya itu dari Shina

"Coba saja kau berani menutup mulutku sekali lagi. Aku akan membuatmu lebih menderita dari ini" ucap Shina yang sengaja agak mengeraskan suaranya

Ryan yang terkejut, lalu membuat gestur tubuh dengan meletakkan tangannya itu ke depan bibirnya, seolah menyuruh Shina untuk tenang dan tidak berisik. Shina tetap saja tidak peduli, dia bahkan kembali berkata pada Ryan

"Kenapa? Kau takut kalau semua orang tahu mengenai keberadaanku disini? Tidak perlu membungkam mulutku dengan tanganmu.. Aku bahkan bisa langsung berteriak sekarang juga kalau aku mau.."

"Baiklah.. baiklah.. Aku akan melakukan apapun itu sesuai keinginanmu." ucap Ryan frustasi sambil berusaha menenangkan Shina dengan suara pelan

"Nahh.. begini kan lebih baik. Coba daritadi kau bersikap koperatif seperti ini, jadi aku tidak perlu repot-repot menggigit tanganmu seperti tadi .." ucap Shina sambil tersenyum puas

Ryan begitu kesal dan jengkel saat itu. Seandainya Shina ini bukan seorang wanita, tapi pria.. maka dia akan langsung menghajarnya tanpa ampun, seperti apa yang biasa dilakukannya pada Aris. Dia hanya bisa memendam semua rasa kekesalannya itu dalam hati.

"Tidak perlu merasa kesal seperti itu. Ingat, kalau kau berani macam-macam.. aku akan memperkenalkan Rani secara resmi pada keluargamu juga mertuamu.." ancam Shina kembali

"Dan juga, kalau kau berani memukul Aris atau mengganggunya.. serta melaporkanku seperti yang kau lakukan tadi pada Aris, termasuk ancamanku ini.. kau akan tahu sendiri akibatnya.."

"Kali ini aku tidak main-main. Kau tahu sendiri akibatnya jika berani mengusikku dan juga keluargaku.. Aku akan membuat keluargamu hancur.."

Dan Shina pun kemudian berjalan melewati Ryan ke arah pintu. Namun seketika langkahnya terhenti saat mendengar suara ketukan pintu didepannya.

"Mas.. Mas.. Kau baik-baik saja kan? Kenapa pintunya dikunci? ucapku merasa khawatir

Dengan segera Ryan lalu membuka pintu kamarnya. Aku terkejut melihat Shina ada dihadapanku. Tidak hanya itu, aku kembali dibuat terkejut melihat gelang yang dikenakan Shina ditangannya. Bagaimana bisa dia mengenakan gelang itu. Apa Mas Ryan yang memberikannya. Tunggu.. Berarti Mas Ryan tahu mengenai kalung dan gelangku itu pemberian dari Aris.. Apa dia juga melihat semua benda-benda kenangan kami dikamar ini.

Seketika aku menjadi gugup. Keringat dingin seolah mengucur mengaliri tubuhku yang cemas itu.

"Tidak perlu khawatir, aku tidak melakukan apa-apa dengan suamimu. Hanya memperingatkannya. Kalau dia berani macam-macam denganku dan juga suamiku, maka aku akan menghancurkannya.. termasuk juga dirimu. Aku akan membuat kalian berdua berpisah.." ucap Shina sinis. Dan dia pun berjalan keluar melewatiku sambil menabrak bahuku dengan sengaja.