Chereads / My New Neighbour / Chapter 108 - Kegelisahan

Chapter 108 - Kegelisahan

"Mas Ryan, kenapa handphonenya tidak bisa dihubungi.." pikirku cemas dalam hati

Aku mencoba kembali menghubunginya, tetapi nomornya tetap tidak aktif. Aku yang mulai gelisah kemudian langsung menghubungi Heru saat itu juga.

"Halo Mas Heru.." sapaku ketika telponnya mulai terhubung

"Apa baru-baru ini Mas Ryan menghubungimu?" Handphonenya tidak aktif. Aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya disana..  Sebelum ini kami berkomunikasi dengan lancar.. hingga tadi pagi ketika aku hubungi dia, dia tidak menjawabnya. Dan sekarang tiba-tiba handphonenya mati Mas.." ucapku panik

"Apa menurutmu dia baik-baik saja?" tanyaku kembali

"Tenang Lena tenang.." Heru berusaha menenangkanku

"Oke. Kapan terakhir kali kau berkomunikasi dengannya?" tanya Heru

"Kemarin malam Mas.." jawabku

"Lalu, tadi pagi sekitar jam 7 aku coba menghubunginya beberapa kali.. handphonenya tersambung, tapi dia tidak menjawabnya. Bahkan hingga detik ini, dia sama sekali belum memberikan kabar padaku.. Saat tadi aku coba menghubunginya kembali, handphonenya mati Mas.. tidak aktif." aku melanjutkan

"Lena apa kau tahu, perbedaan waktu antara Jakarta dan New York itu 11 jam. Berarti kalau disini itu pukul 11 seperempat.. di Newyork itu kira-kira masih dini hari pukul 00. Aku rasa Ryan sudah tidur sekarang.."

"Tapi Mas Heru, tadi pagi aku menghubunginya beberapa kali, tapi dia tidak menjawab panggilanku. Maksudku Mas Ryan.. dia tidak biasanya seperti ini.. Sesibuk apapun dia pasti akan berusaha untuk menjawab telponku.. atau paling tidak, dia akan kembali menghubungiku lagi setelah urusannya itu selesai.. tapi hingga detik ini, dia bahkan belum menghubungiku sama sekali.."

"Kau tenang ya Lena. Nanti aku akan coba tanyakan pada Pak Rudi. Dia asisten Mama disana.. Nanti aku akan menghubunginya untuk menanyakan Ryan.."

"Apa tidak bisa Mas tanyakan sekarang saja. Aku khawatir ada apa-apa dengan Mas Ryan.. Tolong Mas Heru.." aku memohon

"Tapi sekarang itu disana sudah tengah malam Lena. Semua orang sedang beristirahat.. Nanti malam aku akan coba hubungi dia dan juga menanyakannya pada Pak Rudi. Kau tidak perlu khawatir ya.."

"Baiklah. Kabari aku kapan pun Mas Ryan menghubungimu.." ucapku tidak bersemangat

"Ryan pasti baik-baik saja. Kau tidak perlu cemas.. Nanti aku akan mengabarimu kalau Ryan menelpon"

"Terima Kasih Mas Heru.." dan aku pun menutup teleponnya.

Dan malam harinya, aku terus menunggu telpon dari Mas Heru. Namun saat itu, tiba-tiba Papa pulang.

"Pa.." sapaku menyambutnya di pintu depan.

"Kau sudah makan malam?" tanya Papa padaku

"Belum. Lena menunggu Papa pulang agar kita bisa makan malam bersama."

"Harusnya kau tidak usah menunggu Papa untuk makan malam. Kau itu sedang hamil.. Kau harus memenuhi semua kebutuhan nutrisi untuk dirimu dan juga janinmu.."

"Iya iya Pa.. Lagipula Lena tadi belum lapar kok. Sebelumnya Lena kan sudah makan banyak.."

Beberapa saat kemudian ketika aku dan Papa di meja makan,

"Apa Ryan sudah menghubungimu?" tanya Papa tiba-tiba yang membuatku terkejut

"Ryan.. dia sepertinya masih belum bangun Pa. Disana itu masih subuh. Mungkin sebentar lagi dia akan menelpon Lena kalau dia sudah bangun." jawabku sambil berusaha menahan rasa gelisah dan cemas

"Lena.." Papa tiba-tiba memanggilku

"Kalau seandainya Ryan.." Papa menghentikan kata-katanya sambil menatapku

Aku pun membalas menatap Papa sambil menunggu apa yang hendak disampaikannya itu.

"Kalau seandainya dia berbuat jahat padamu, apa kau akan memaafkannya?"

"Ryan berbuat jahat pada Lena? Rasanya tidak mungkin Pa. Ryan itu sangat mencintai Lena, jadi tidak mungkin dia akan melakukan itu."

"Bagaimana kalau dia mengkhianatimu?" tanya Papa kembali

Mendengar perkataan Papa membuatku terkejut. Apa Papa sudah tahu keberadaan Rani. Bagaimana bisa.. Tidak mungkin kan.. pikirku takut.

"Apa kau akan meninggalkannya kalau seandainya selama ini dia telah berbohong dan mengkhianatimu?" tanya Papa kembali padaku

"Aku mengenal Mas Ryan Pa. Dia itu baik. Dia tidak akan melakukan apapun yang membuat Lena sedih dan kecewa. Dia sangat mencintai Lena.."

"Dan.. mengenai apapun yang dia lakukan di masa lalu, Lena rasa Lena akan menerimanya. Karena bagaimanapun yang terpenting adalah masa kini. Saat ini kami menjalani hidup dengan bahagia dan tidak ada masalah.. terlebih lagi dengan adanya penambahan anggota keluarga baru. Kelak keluarga kami akan menjadi lebih sempurna.." ucapku tersenyum sambil memegang perutku

"Bagaimana kalau dia mengkhianati Papa? Apa kau juga akan berbesar hati menerima dan memaafkannya?"

Mendengar Papa berkata seperti itu membuatku berpikir, jangan-jangan.. perubahan sikap Mas Ryan, dia tidak mau menjawab telponku.. itu semua karena Papa..

"Kenapa kau diam Lena? Apa ada hal lain yang kau sembunyikan dari Papa mengenai suamimu itu, hah?" tanya Papa yang seolah ingin memancingku

Jujur.. saat itu aku bingung bagaimana harus menjawab pertanyaannya. Meskipun aku sudah bisa menebak Papa telah mengetahui masalah Zuriawan dan Mama Mertuaku itu, tetap saja aku tidak membayangkan hal ini akan benar-benar terjadi sekarang.

Tanpa menunggu penjelasan dariku, Papa kemudian bangkit dan pergi meninggalkan makanannya. Sementara aku, aku masih diam membeku di kursiku itu. Bagaimana aku harus menjelaskan masalah ini pada Papa. Pasti Papa telah mengetahui ini pada saat Papa menyita handphoneku waktu itu, tapi.. sampai sejauh mana Papa mengetahuinya. Apa mungkin masalah Rani juga..

Tunggu, aku tidak menyimpan perjanjian kesepakatan yang waktu itu kubuat disini kan, ucapku dalam hati sambil melihat berkas-berkas foto yang ada digaleri handphoneku.

Saat aku sedang mengecek galeri di handphoneku, tiba-tiba Mas Heru menelpon. Dia mengatakan bahwa saat ini Ryan sedang dalam perjalanan pulang menuju Jakarta. Nomornya mati mungkin karena dia sedang berada di atas pesawat. Dia akan tiba disini besok malam sekitar pukul 11.

Mendengar penjelasan dari Heru membuatku sedikit merasa lega. Setidaknya aku bisa mengetahui dimana keberadaan Ryan sekarang. Satu masalah sudah terpecahkan.. Masalah lain yang harus kupikirkan saat ini adalah bagaimana aku harus membujuk Papa. Aku ingin sebelum Ryan datang kemari hati Papa sudah melunak, tapi.. bagaimana caraku membujuk Papa. Sementara aku sendiri masih belum tahu detil masalah tentang si Zuriawan itu. Semoga saja ini semua hanya salah paham dan keluarga Ryan tidak terlibat sama sekali didalamnya..

Saat itu, aku kemudian memutuskan untuk pergi menemui Papa. Didalam ruang kerjanya, Papa terlihat duduk termenung dengan perasaan kecewa yang terpancar jelas dari wajahnya.

"Pa.." sapaku tiba-tiba ketika aku masuk

"Mengenai Ryan.. Lena rasa Ryan sama sekali tidak tahu mengenai masalah ini.. Dia tidak tahu kalau Pak Zuriawan itu dulu pernah menipu Papa diperusahaan. Bahkan, dia juga baru tahu baru-baru ini, kalau Pak Zuriawan ternyata bekerja sebagai asisten pribadi Mamanya.."

"Jadi selama ini kau telah mengetahui semuanya dan menyembunyikannya dari Papa?" ucap Papa dengan nada kecewa

"Maafkan Lena Pa.." ucapku merasa bersalah sambil menundukkan pandanganku

"Papa tidak mengira.. kau akan melakukan hal ini demi

melindungi suamimu itu. Papa kecewa padamu.. Kau itu anak Papa. Satu-satunya orang yang sangat kupercaya dan kuanggap sebagai seseorang yang tidak mungkin mengkhianatiku. Bagaimana mungkin kau melakukan ini pada Papa Lena? Menutupi semuanya dan menyembunyikannya dari Papa.. Apa menurutmu Ryan suamimu itu lebih berharga dibandingkan Papamu yang sudah tua ini?"

Mendengar Papa berkata seperti itu membuat air mataku mengalir. Dadaku terasa sesak.. Untuk sesaat, rasanya aku merasa bahwa aku telah menjadi anak yang durhaka kepada Papa.

"Lena tidak bermaksud mengkhianati Papa. Sama sekali tidak Pa.. Waktu itu Lena hanya berpikir, Papa tidak boleh mengetahui hal ini karena Papa akan menjalani proses operasi.. Lena hanya tidak ingin masalah ini menambah beban pikiran Papa saat itu.."

"Apa kau tahu, Ryan suamimu itu.. Orang yang kau anggap sebagai orang baik dan menyayangimu.. Dia saja lebih percaya dan memilih keluarganya sendiri dibandingkan denganmu yang berstatus sebagai istrinya.." ucap Papa sinis

"Apa maksud Papa? Mengapa Papa berkata seperti itu terhadap Mas Ryan?"

"Apa kau tahu, saat Papa menyuruhnya memilih.. antara terus bersama denganmu atau bersama dengan keluarganya, dia lebih memilih untuk bersama dengan keluarganya.. Alasan mengapa Ryan sedari tadi tidak mau menjawab panggilanmu adalah karena dia telah memutuskan pilihannya. Dia lebih memilih keluarganya dibandingkan denganmu Lena.."

"Papa ingin kau tidak usah menaruh harapan terlalu besar padanya. Ryan.. rasa cintanya padamu tidak sebanding dengan rasa cintamu yang begitu besar dan tulus padanya.."

"Papa hanya tidak ingin kau kecewa. Papa tidak mau orang yang Papa sangat sayangi mempunyai hubungan dekat dengan musuh Papa.."

"Kau tahu keluarganya Ryan mempekerjakannya disana. Jadi tidak mungkin hubungan mereka itu tidak dekat sehingga Zuriawan itu bisa bekerja, bahkan sebagai asisten pribadi Bu Tomo. Papa hanya berusaha melindungi milik Papa, harta berharga Papa yaitu kamu. Dan Papa harap, kamu mau mendengarkan dan mempertimbangkan nasihat Papa ini.."