Chereads / My New Neighbour / Chapter 105 - Ada yang Berubah..

Chapter 105 - Ada yang Berubah..

Aku langsung naik ke atas menuju kamarku begitu Papa marah. Walaupun sebenarnya aku berniat ingin menguping pembicaraan Papa dan Ryan saat itu, tetapi aku tidak berani untuk melakukannya.

Sementara disisi lain, setelah Aris berhasil kembali ke apartemennya.

"Ayah.. Ayah akhirnya pulang."sapa Rani pada Aris ketika dia baru sampai

"Kau masih belum tidur Sayang? Maafkan Ayah, tadi itu jalanan macet.." Aris terpaksa berbohong. Sebenarnya dia lama pulang karena sempat terkurung dikamarku waktu itu

"Ini.." Aris memberikan susu cokelat titipan Rani

Terlihat saat itu Aris mengarahkan pandangannya ke arah dalam kamar Rani.

"Kalau Ayah cari Mami, dia sudah tidur sekarang.." ucap Rani yang membuat Aris terkejut. Karena saat itu, seolah Rani bisa tahu apa yang sedang dipikirkannya

Aris kemudian berjalan menuju kamarnya. Dia sempat terkejut melihat Shina ternyata ada tidur disana. Dia pikir karena mungkin Shina masih marah padanya, maka malam ini dia akan tidur dikamar Rani.. ternyata tidak dilakukannya. Syukurlah.. ucapnya merasa lega.

Kemudian Aris terlihat mendekatinya melalui samping tempat tidur. Dia memperbaiki posisi selimut Shina saat itu dan mengecup singkat keningnya. Lalu, setelah mengambil pakaiannya di lemari, Aris terlihat menuju kamar mandi.

Sementara Shina, saat itu sebenarnya dirinya belum tertidur. Dia mengetahui Aris baru datang tadi, bahkan ketika Aris mengecup keningnya..

"Bagaimana ini.. Apa aku harus minta maaf padanya nanti.." pikir Shina dalam hati

"Tapi tadi dia terlihat seperti sudah tidak marah lagi.. atau lebih baik lupakan saja semua. Anggap saja itu tidak pernah terjadi.."

"Tapi kalau dilihat dari sikapnya, memang lebih baik aku minta maaf.. memang benar aku yang salah, tidak menyampaikan pesan Lena itu padanya.. tapi.. harus bagaimana aku meminta maaf padanya.."

Shina terlihat kebingungan saat itu. Sambil menggaruk kepalanya, dia terlihat mempraktekkan bagaimana baiknya dia meminta maaf pada Aris akan kesalahannya waktu itu.. hingga tiba-tiba Aris datang dan masuk ke kamarnya, membuat Shina terkejut..

"Kau baru kembali.." sapa Shina tiba-tiba untuk menutupi rasa canggungnya saat itu

Aris saat itu tidak menjawabnya. Dia terlihat mengambil handphonenya dan kembali keluar kamar. Shina yang merasa diabaikan, turut mengikutinya keluar kamar. Ternyata Aris baru saja hendak makan malam.. diatas meja makan terlihat ada seporsi sate. Shina kemudian turut duduk disana.

"Kau baru makan malam sekarang?" tanyanya kembali

"Memangnya apa saja yang kau lakukan diluar tadi sehingga baru makan malam sekarang?" tanya Shina heran

"Aku berusaha meluruskan masalah yang dibuat oleh seseorang.. Karena kebohongan orang tersebut sehingga orang yang bersangkutan kini terlibat dalam masalah lain." balas Aris berusaha menyindir

"Ahh.. habis menemui Lena mantanmu itu. Pantas saja bisa sampai lupa waktu, lupa makan, dan lupa semua-semuanya.." balas Shina kembali menyindir

"Kalau begitu bagaimana hasilnya. Apa dia terbujuk olehmu? Apa kalian akan bersama kembali?" tanya Shina sinis

"Belum ya?? Sayang sekali.. Kalau begitu kau harus berjuang lebih giat lagi nanti untuk menarik simpatinya.. Ckckckkk.." Shina masih menyindir Aris

Aris yang tidak terima oleh perkataan Shina itu, kemudian..

"Shina kau.."

"Aku doakan semoga kau berhasil dilain waktu.." ucap Shina sambil berdiri bangkit dari duduk dan berjalan menuju kamarnya kembali

Sementara Aris, dia berusaha mengejarnya. Ketika dia berhasil meraih tangannya

"Shina kau ini kenapa? Harusnya aku yang marah disini karena kau telah membuatku merasa bersalah dengan kebohongan yang kau lakukan waktu itu.."

"Membuatmu merasa bersalah..? atau kau yang tidak enak hati dengan Lena karena kau masih ada perasaan padanya?" tanya Shina sinis sambil melepaskan tangannya yang di pegang Aris

"Hey Aris.. Apa kau tahu, sikapmu ini terlalu berlebihan untuk meluapkan emosi kekesalanmu itu hanya karena masalah kebohongan yang telah ku buat soal Lena. Orang-orang akan mengira bahwa kau ini kekasih atau suaminya.. karena kau begitu mengkhawatirkannya, sampai-sampai kau rela berjuang mati-matian untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan juga Papanya.."

"Mana ada orang yang begitu khawatir dan peduli pada tetangganya seperti yang kau lakukan itu, hah? kecuali.. jika kita mengganti kata tetangga tersebut menjadi mantan atau kekasih.. Mungkin hal itu baru bisa lebih diterima dan terasa wajar.." ucap Shina yang berhasil membuat Aris merasa tersindir

Saat itu, Aris terdiam terpaku. Dia masih memikirkan kata-kata Shina yang terakhir tadi. Apa benar rasa kekhawatiran dan perasaan bersalahnya itu karena dia masih ada perasaan pada Lena. Mungkinkah dia masih mencintai Lena.. pikirnya bingung dalam hati.

Sementara Shina, dia terlihat kesal dan frustasi ditempat tidur. Dia tidak mengira bahwa sampai saat ini Aris ternyata masih mencintai Lena. Lalu selama ini perasaannya terhadapku itu apa?.. ucapnya menahan kekecewaanan. Dia terlihat menangis tanpa bersuara karena merasa telah patah hati.

Keesokan paginya dirumah Papa

Aku yang telah bangun, kemudian pergi kedapur untuk menyiapkan teh dan juga roti untuk diantarkan pada Papa. Sebenarnya saat itu, aku berusaha untuk membuat Papa merasa nyaman dan rileks agar aku bisa minta maaf mengenai kejadian semalam dan menggali informasi mengenai pembicaraan antara Papa dan Ryan.

"Pa.." sapaku ketika masuk kedalam ruang kerjanya

"Ini sarapan dulu.. Lena sudah buatkan khusus buat Papa." sambil ku menaruh teh dan roti di atas meja kerjanya

"Pa.." ucapku kembali

"Mengenai tadi malam.. Lena minta maaf sama Papa karena sudah berbuat seperti itu.. Lena hanya merindukan Mas Ryan, begitupun sebaliknya.."

"Pa.. seperti yang Papa tahu, Mas Ryan suami Lena itu memang agak unik. Dia akan melakukan berbagai cara agar keinginannnya tersebut terpenuhi.. Dia manja Pa.. Karena mungkin sedari kecil lingkungannya sudah membentuknya seperti itu.. Jadi, masalah dia yang membeli handphone baru dan menyuruh Oka malam-malam untuk mengantarkannya pada Lena.. Itu karena rasa kekhawatirannya.."

"Waktu itu Papa pernah bilang kan padanya bahwa dia hanya boleh menemui Lena dirumah ini saja. Dia cemas.. Dia mengira Papa tidak akan memperbolehkan kami untuk saling bertemu dan berhubungan lagi.. Jadi dia melakukan itu semua secara diam-diam agar dia dapat berkomunikasi dengan Lena dengan lancar.."

"Maafkan Ryan Pa.. Dia mungkin terlihat belum dewasa dimata Papa, tapi dia sangat mencintai Lena.."

Papa terlihat diam saat itu.. tidak memberikan respon atau komentar apapun terhadap semua ucapanku tadi. Melihatnya seperti itu, aku kembali berusaha untuk membujuknya agar Papa mau memaafkan Ryan.

"Pa.. Lena ingin Papa memaafkan Ryan dan memahaminya kenapa dia melakukan ini semua. Dia melakukan semua ini demi Lena Pa.. Demi bisa berkomunikasi dengan Lena.. Kita sering berkomunikasi seperti itu, terlebih saat kita terpisah jarak seperti ini. Sehari bisa tiga bahkan sampai lima kali kami saling bertelponan, hanya untuk menanyakan kabar atau sekedar melepas rindu.. Paa.." aku masih terus memohon

Tanpa berkata-kata, Papa kemudian memberikan handphoneku itu padaku. Aku yang senang kemudian merespon

"Makasih ya Pa.." sambil ku memeluknya dan mencium-cium pipinya

"Lena Sayang Papa.." ucapku kembali sebelum keluar ruangan itu untuk menghubungi Ryan

Begitu aku telah keluar dari ruangan itu, Papa terlihat menarik nafas panjang. Ada raut perasaan cemas dan khawatir di wajahnya saat itu. Entah apa yang dipikirkannya.. Kalau kalian bertanya darimana aku mengetahuinya, itu karena saat aku hendak keluar, aku kembali lagi masuk ke dalam sana untuk mengambil nampan dan juga kunci kamarku yang tertinggal.. Aku melihat semuanya.

Meskipun demikian, aku tidak berani untuk menanyakannya pada Papa, "ada masalah apa" atau "apa yang sedang Papa pikirkan sehingga membuat Papa cemas seperti itu".. Egois memang, tetapi aku hanya tidak mau merusak momennya. Aku takut dengan menanyakan hal itu akan membuat Papa kembali marah dan tidak senang sehingga dapat menyebabkan Papa mengambil handphoneku itu kembali.

Setelah melepaskan pikiran mengenai hal itu, aku kemudian langsung menghubungi Ryan. Saat itu telponnya tersambung, namun dia tidak menjawabnya. Aku terus mencoba dan mencoba tetapi dia masih belum menjawab telponnya.

"Aneh.. Disini masih jam setengah tujuh pagi. Harusnya disana setengah delapan malam kan. Kenapa dia tidak menjawab panggilannya. Apa dia sedang sibuk sekarang.." pikirku heran

*Sekilas info:

Saat itu ketika Aris kembali dari rumah Papa, dia sempat mampir ke warung sate baru yang ingin didatangi Shina sebelumnya. Dia kemudian memesan satu porsi sate disana dan berharap setelah kembali nanti akan memakan sate itu bersama dengan Shina.

Mengenai rumor yang disebarkan Rani ditelpon yang mengatakan bahwa Shina dan Roy pergi keluar bersama untuk makan sate disana, Aris telah mengetahui itu semua adalah bohong. Dia telah mengenal putrinya.. dan saat itu dia tahu Rani sedang berbohong. Termasuk momen saat Shina masuk ke dalam kamar Aris diam-diam untuk mengambil handphone dan dompetnya saat itu.. berkat Rani dia tahu kalau Shina akan melakukan hal itu sehingga dia tidak jadi pergi keluar dan berhasil memergoki Shina saat melakukannya.