Ini sudah panggilanku kelima tetapi Ryan tidak kunjung menjawab teleponku saat itu.
"Ada apa dengan Mas Ryan ya.. tidak biasanya dia tidak menjawab panggilanku seperti ini. Apa dia sedang ada pertemuan penting dengan rekan bisnisnya.. Tidak mungkin jam setengah delapan seperti ini dia sudah tertidur kan?" aku terus berpikir dan menebak-nebak alasan mengapa Ryan tidak menjawab panggilanku
Setelah mencoba meneleponnya kembali sekali lagi dan dia masih belum menjawab, aku kemudian memutuskan untuk berhenti menelponnya.
"Mungkin saat ini dia sedang ada meeting dengan rekan kerjanya. Ya pasti begitu.. Dia sedang ada urusan penting, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk menjawab telponku saat ini.." Aku berusaha menenangkan diriku sendiri dalam hati
Tiba-tiba saat itu aku merasa sedikit mual.. kepalaku pusing.. sepertinya gula darahku kembali turun, pikirku dalam hati. Aku kemudian bergegas lari ke dapur untuk melihat-lihat isi didalam kulkas.. Aku mencari sesuatu yang manis agar bisa kumakan untuk menghilangkan rasa tidak enak yang kurasakan itu.
Sementara ditempat lain, Ryan terlihat gelisah. Dia terus memandangi handphonenya walaupun aku sudah berhenti menghubunginya saat itu. Dia mengingat semua yang dikatakan Papa terakhir kali ketika dia menghubungiku.
*Flashback saat Papa memergoki Ryan dan aku yang sedang vcall-an. Saat itu, aku sudah naik kekamarku di atas untuk pergi tidur. Sementara Papa dan Ryan
"Ryan.. ada hal yang ingin kutanyakan padamu. Aku harap kau menjawabnya dengan jujur.." ucap Papa sinis
Saat itu Ryan memasang tampang serius, ketakutan, seperti seorang tersangka yang siap untuk diinterogasi di ruang persidangan. Sambil terus memandang wajah Papa ditelpon, kemudian
"Apa kau sungguh-sungguh mencintai putriku Lena?" tanya Papa
"Tentu saja Pa. Aku tidak mungkin melakukan hal ini kalau aku tidak mencintainya.." jawab Ryan sungguh-sungguh.
Saat itu dia merasa lega, karena ternyata Papa hanya menanyaiku hal ini, pikirnya merasa tenang.
"Ryan.. Kalau kau benar-benar mencintai Lena, apa kau siap melakukan apapun itu demi terus bersama dengannya? Meskipun itu termasuk kau harus meninggalkan semuanya.. termasuk karir pekerjaanmu, harta kekayaan, nama besarmu, dan juga.." saat itu Papa terlihat berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya
"Termasuk meninggalkan kedua orang tuamu itu.." ucap Papa yang membuat Ryan terkejut hingga terdiam seolah tak percaya
Ryan terus terdiam saat itu. Apa maksudnya kata-kata Papa.. meninggalkan semuanya demi Lena, pikirnya bingung. Kalau hanya karir, kekayaan, dan nama besar.. mungkin masih bisa dia lakukan, walaupun dia masih belum yakin, tapi.. bagaimana bisa sampai orang tuanya juga, pikirnya heran.
"Ryan..?" Papa kembali bertanya
"Kalau hanya karir, kekayaan, dan nama besar mungkin Ryan bisa melakukannya Pa.. tapi kalau sampai orang tua, Papa dan Mamaku.. Ryan.." belum sempat Ryan menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba dipotong oleh Papaku
"Jadi maksudmu, jika itu demi orang tuamu maka kau akan rela dan bersedia meninggalkan Lena demi mereka?" tanya Papa sinis
"Pa.. Ryan rasa pertanyaan Papa itu tidak masuk akal. Bagaimana bisa kita diharuskan memilih antara istri dan orang tua kita.. Keduanya itu sangat penting bagi Ryan, tidak mungkin bagi Ryan untuk meninggalkan salah satunya demi yang lain Pa.. Ryan tidak bisa melakukan itu. Ryan sangat mencintai Lena, tetapi Ryan juga sangat mencintai Papa dan Mama.." jawab Ryan tidak terima
"Kalau begitu biar aku balik keadaannya.. Bagaimana jika kau sebagai orang tua melihat anakmu satu-satunya.. anakmu yang sangat kau sayang itu menikah dengan seseorang, yang ternyata orang tuanya merupakan kerabat dan memiliki hubungan cukup dekat dengan musuh besarmu, bahkan sampai mempekerjakannya sebagai seorang asisten. Kira-kira apa yang akan kau lakukan sebagai orang tua?"
Saat itu Ryan tersadar, sepertinya Papa berusaha menyindirnya. Dia tahu Papa sudah mengetahui kalau Zuriawan itu bekerja untuk keluarganya. Dia yang panik dan gugup kemudian menjawab
"Pa.. masalah Zuriawan.. Ryan sungguh tidak tahu apa-apa mengenai hal itu Pa. Sungguh.. Ryan bahkan baru tahu beberapa hari yang lalu ketika Papa menyuruh Ryan menyelidikinya.."
"Saat di Rumah Sakit.. Ketika Heru tersadar dan Ryan menemuinya waktu itu.. Ryan baru tahu kalau dia itu bekerja sebagai asisten pribadi Mama. Ryan juga benar-benar terkejut saat itu.."
"Zuriawan itu.. sebenarnya dia.." lanjut Ryan berkata
"Cukup.. Papa sudah cukup mendengarnya. Ternyata selama ini kau yang berusaha untuk menyembunyikan semua ini Ryan.."
"Tapi Pa.. dia itu tidak bermaksud seperti itu. Saat itu, Zuriawan.."
"Sudah cukup!! Kalau kau berbicara sekali lagi, Papa tidak akan mengizinkanmu bertemu dengan Lena.."
Mendengar ancaman seperti itu dari Papa, Ryan hanya bisa mengikuti keinginannnya.
"Dengar Ryan, keputusannya sekarang ada padamu. Kalau kau masih ingin memiliki hubungan dengan putriku Lena dan menjadi suaminya, cepat putuskan hubunganmu itu dengan mereka.. dan aku akan menerimamu kembali sebagai menantuku. Kalau kau tidak mau.. lebih baik mulai dari sekarang segera akhiri hubunganmu dengan putriku. Aku tidak sudi memiliki seseorang kerabat atau menantu yang berpihak pada musuhku itu.."
"Tapi Pa, Ryan.." Ryan masih berupaya bernegosiasi dengan Papa dan menolak keputusannya
"Mulai sekarang, jika kau masih berkomunikasi dengan Lena dengan menjawab panggilannya, aku anggap jawabanmu itu sebagai iya, kau menerima tawaranku barusan. Dan jika tidak.. maka aku akan menganggap kau menolaknya.. dan kau boleh meninggalkan Lena dengan menceraikannya.."
"Kau tidak perlu cemas mengkhawatirkan keadaannya setelah kalian berpisah nanti.. Aku tahu putriku. Aku mengenalnya dengan baik. Walaupun mungkin dia awalnya akan merasa sedih dan tidak terima, tapi dia akan segera melupakanmu.. Terlebih sekarang ada Aris, mantan kekasihnya dulu yang sangat dicintainya. Aku yakin Aris akan bisa menggantikan posisimu nanti karena menurutku dia masih menaruh rasa pada putriku hingga saat ini.."
Papa sengaja mengungkit Aris disini untuk membuat Ryan merasa cemburu dan enggan meninggalkan putrinya, tetapi.. respon yang diberikan oleh Ryan waktu itu dia hanya terdiam. Dia terus berdiam diri ditelpon hingga Papa kemudian menyadarkannya kembali.
"Ryan.. Hey Ryan.. Kau masih mendengarkan aku.." ucap Papa kembali
"Aku akan menganggap kau telah mengerti semua yang telah kukatakan.. Aku harap kau bisa memikirkan dan mempertimbangkannya dengan baik sebelum mengambil keputusanmu.."
"Kalau begitu Papa akan menutup panggilannya.." dan tanpa menunggu jawaban dari Ryan, Papa pun langsung mengakhiri panggilannya saat itu.
*Flashback off
Papa terlihat menemuiku didapur saat itu yang tengah asik mengupas dan memotong mangga sambil memakannya.
"Mau Pa?" ucapku sambil menawarkan Papa mangga madu yang sedang kukupas
Papa menggeleng menjawabnya. Lalu,
"Bagaimana.. Apa kau sudah menghubungi Ryan tadi?" tanyanya padaku
"Sepertinya dia sedang sibuk. Daritadi dia tidak menjawab telponnya.." jawabku
"Tapi Papa tenang saja, nanti Ryan pasti akan menghubungi Lena.." aku melanjutkan
"Oh iya Lena, ngomong-ngomong apa kau telah memberitahukan masalah kehamilanmu ini pada Ryan?" tanya Papa kembali
Sambil menggeleng kujawab,
"Belum Pa. Oka melarang Lena memberitahukannya. Dia bilang biar jadi surprise nanti ketika Papanya kembali kesini.." jawabku senang
"Papa tidak memberitahukan Mas Ryan mengenai ini kan?" ucapku tiba-tiba khawatir
"Tidak. Belum kok Sayang.." jawab Papa
"Hah.. Syukurlah!" ucapku merasa lega
"Lena sempat khwatir Papa sudah memberitahukan Ryan kemarin saat Papa marah padanya waktu ditelpon.."
"Tidak Sayang. Papa tidak memberitahukannya. Kau tenang saja.." jawab Papa
"Kalau begitu Papa berangkat ke kantor dulu ya Sayang. Kalau kau butuh apa-apa beritahukan semuanya pada Bi Siti.. Kau tidak boleh keluar dari rumah ini karena Papa masih menghukummu.." ucap Papa memperingatkan
"Siap Pa.. Papa tenang saja. Semua buah dan makanan yang Lena inginkan sepertinya sudah Papa siapkan semua disini. Kalau ada yang kurang, nanti Lena akan memesan via online saja, Papa tidak usah khawatir.."
"Jangan lakukan hal konyol dan berbuat macam-macam selama Papa tidak ada. Kalau ada apa-apa segera telpon Papa, termasuk jika nanti Ryan kembali menghubungimu ya.."
"Baik Pa.." jawabku
Kemudian Papa mengecup keningku singkat sebelum dia meninggalkanku untuk berangkat kerja.
Sementara itu, di apartemen Aris dan Shina. Pagi itu terlihat Aris yang sedang menyiapkan makanan sendiri didapur tanpa bantuan Shina. Sedangkan Shina, dia terlihat sedang memilih milih pakaiannya untuk dimasukkan ke dalam travel bag-nya.
Aris yang tengah selesai menyiapkan sarapan itupun kemudian pergi ke kamarnya untuk mengajaknya sarapan bersama. Tentu saja dia terkejut melihat Shina yang saat itu sedang merapikan pakaiannya dan memasukkannya ke dalam tasnya itu.
"Kau akan pergi kemana?" tanya Aris tiba-tiba yang mengejutkan Shina
Shina yang terkejut tiba-tiba menjawab,
"Aku sudah putuskan untuk kembali lagi berakting. Aku akan menerima tawaran drama itu dan sedang mempersiapkan diri untuk menjalani proses syutingnya.."
"Karena ini sinetron stripping, jadi ada kemungkinan aku akan menginap di set nanti. Jadi aku mempersiapkannya segalanya dari sekarang.." lanjut Shina berkata
"Maksudmu kau akan beradu akting kembali dengan Roy didrama itu?" tanya Aris tidak senang
"Bukankah kau telah berjanji padaku bahwa kau tidak akan terlibat hal apapun lagi dengannya. Kenapa tiba-tiba kau seperti ini??" ucap Aris mulai agak marah
"Dengar ya Aris. Aku saja bahkan tidak mempermasalahkanmu jika kau ingin kembali lagi bersama mantanmu itu Lena. Kenapa kau malah melarangku dalam urusan pekerjaanku ini.."
"Roy itu bukan mantanku. Meskipun dia terus berusaha menggoda dan mendekatiku, tetapi.. aku rasa tidak ada salahnya jika aku berusaha mencoba membuka hatiku untuk mengenalnya. Siapa tahu saja aku bisa jatuh hati padanya ketika kami menjalani proses syuting drama nanti.. Jadi kau tidak perlu merasa khawatir padaku jika suatu saat kau meninggalkanku.."
"Apa maksudmu mengatakan itu semua? Apa aku pernah bilang bahwa aku akan meninggalkanmu nanti, hah?" tanya Aris kesal
"Hati manusia tidak ada yang tahu. Hari ini kau jatuh cinta kemudian besok bisa berubah.. Kemudian jatuh cinta lagi pada yang lain dan besok kembali lagi jatuh cinta pada orang yang sebelumnya.."
"Aku hanya berusaha menjaga hatiku agar tidak jatuh ke dalam permainan yang dapat menyebabkan hatiku kembali hancur. Karena sebelumnya aku pernah merasakan bagaimana sakitnya ketika kita ditinggalkan pada saat kita begitu sangat mencintainya.. Aku tidak mau hal itu kembali terjadi.."
Aris kemudian mendekati Shina dan mencoba memeluknya saat itu. Kemudian dengan cepat Shina berusaha menepis tangannya. Dan ketika Aris kembali berusaha untuk mencium bibirnya, Shina tiba-tiba menampar wajahnya itu.
"Aku bukan perempuan bodoh yang bisa seenaknya kau peluk dan cium seperti ini. Meskipun menurutmu aku brengsek karena berusaha menjebakmu waktu itu untuk menjadi Ayah Rani tetapi aku tidak akan membiarkanmu mempermainkan hatiku ini.. tidak akan pernah Aris."
"Mulai sekarang kau bebas melakukan apapun dihidupmu, begitupun denganku. Bahkan saat ini, aku mempersilahkanmu jika kau ingin berpisah dariku dan juga Rani.. Aku akan membiarkanmu pergi kali ini." dan Shina pun pergi keluar meninggalkan kamar itu