"Oka Sayang.. Kamu ada apa malam-malam kesini?" ucapku bingung sambil mengecup pipinya. Kemudian,
"Mas Aris.." sapaku sambil tersenyum canggung
Saat itu aku mempersilahkan mereka berdua masuk.
"Ini Ma.. Ada titipan kilat dari Papa." sambil Oka memberikan handphone barunya itu
"Cepet masukin kantong Ma, nanti ketahuan sama Kakek." lanjut Oka kemudian
Dari arah dalam ruangan, tiba-tiba terdengar suara Papaku
"Siapa yang datang Lena?" tanya Papa sambil berjalan menuju ruangan untuk melihat kami
Aku yang panik kemudian menyuruh Aris masuk dan bersembunyi didalam. Sementara aku dan Oka,
"Oka Pa.. dia nganterin dompet tadi" ucapku sambil memperlihatkan dompet yang kebetulan juga memang dibawa oleh Oka saat itu.
"Oka.. Tumben kau malam-malam datang kemari. Apa Papamu yang menyuruhmu?" tanya Papa
"Hehehee.." Oka menjawab sambil cengengesan
"Iya Kek. Papa suruh Oka datang buat lihat keadaan Mama disini, sekalian anterin barang-barangnya.." jawab Oka
Saat itu Oka memperlihatkan tas berisi baju-bajuku dan tas jinjing yang biasa kubawa jika aku pergi keluar. Papa kemudian mengecek barang-barang apa saja yang ada didalam tasku itu, untuk memastikan tidak ada sesuatu yang aneh dan mencurigakan disana. Kemudian,
"Kau menginap disini saja Oka, sekalian temenin Kakek main catur. Besok Subuh nanti Kakek suruh supir untuk mengantarmu pulang.."
"Maaf Kek, Oka gak bisa. Masih ada PR yang belum selesai Oka kerjain.. Tinggal sedikit lagi sebenarnya sih, tapi besok dikumpulin PR-nya Kek." jawab Oka menolak
"Oka Sayang, kamu gak boleh begitu Nak.." ucapku sambil memberikan kode pada Oka saat itu menggunakan mataku
"Kalau hanya menemani Kakekmu main catur 1 atau 2 ronde itu tidak masalah kan Sayang?" aku masih berusaha memberikan kode pada Oka
Oke yang telah mengerti dengan kode yang kuberikan tersebut kemudian merespon
"Ohh.. Ii.. Iya Kek, tidak masalah. Hanya 1 atau 2 ronde.. Oka mau lihat apa permainan catur Kakek sudah ada kemajuan dan bisa mengalahkan Oka, Hehehee.." jawab Oka canggung sambil terbata-bata
"Kalau begitu kalian bermainlah. Aku akan menyuruh Bi Siti untuk menyiapkan minuman dan snack untuk kalian.." lanjutku
Setelah melihat mereka meninggalkan ruangan itu, dengan cepat aku kemudian mencari Aris. Saat itu, aku tidak menemukannya.. Aku yang terus memanggilnya sambil berbisik, namun tetap tidak menemukannya.. hingga kemudian ketika aku masuk ke dalam kamarku yang di lantai bawah, aku melihatnya. Saat itu dia terlihat sedang memegang sebuah kalung dan gelang.. kalung dan gelang pemberian Aris sebagai hadiah ulang tahun pertamaku darinya, ketika kami masih bersama dulu.
"Aku tidak mengira kau masih menyimpannya Lena.." ucapnya sambil tersenyum dan melihat ke arahku
Aku yang malu saat itu kemudian menjawab,
"Ohh.. Hahahaa.. Aku juga tidak tahu kalau aku menaruhnya disana. Sudah lama sekali aku tidak berkunjung kemari.. Maksudku, ya mungkin hanya beberapa kali ketika aku menginap.. tapi sungguh.. aku tidak tahu kalau itu masih ada disitu Mas Aris." jawabku canggung dan malu
Benar saja, dikamar ini.. jika aku perhatikan, aku masih menyimpan semua kenanganku dengannya, seperti foto-foto, diary, tiket bioskop, cd lagu.. rasanya seperti bernostalgia.. Mendadak kesadaranku kembali, ketika melihat Aris hendak mengambil sebuah buku novel yang ada di meja. Aku ingat, kalau tidak salah dibuku itu ada tulisan.. sedikit curhatanku mengenai dirinya dan juga foto kami. Aku yang panik kemudian segera berlari dan mengambil buku itu dari tangan Aris..
"Jangan dilihat.." ucapku sambil merebut buku itu
"Debunya sangat banyak.. Kotor sekali kan." sambil ku seolah-olah meniup dan membersihkan buku itu
Namun, tanpa sengaja foto itu tiba-tiba terjatuh disana hingga mau tak mau akhirnya Aris pun berhasil melihatnya. Sepertinya dia tahu bahwa aku sengaja menjauhkan buku ini darinya karena ada foto itu. Sehingga dia pun hanya diam sambil tersenyum dan kembali mengambil foto itu dibawah dan memberikannya padaku, hingga membuatku benar-benar malu.
"Aku tidak tahu, kalau aku masih menyimpan foto ini disana.. Aku.."
*Drrrtt.. drrttt.. ddrrrttt.. (suara handphone bergetar)
Aku yang terkejut kemudian langsung mengambil handphone dikantongku itu dan langsung menjawab panggilannya.
"Sayang.." sapa Ryan tiba-tiba ditelpon
"Kau baik-baik saja kan?" tanyanya khawatir
"Maaf, gara-gara aku kau jadi dimarahi sama Papa.. Maafkan aku Sayang.." ucap Ryan menyesal
"Iya Mas. Aku gak apa-apa. Aku baik-baik saja sekarang.." jawabku
"Kamu sedang apa? Apa kamu tahu, dari tadi aku cemas nungguin telepon kamu, tapi kamu gak kunjung nelpon.."
"Hampir saja aku kembali berniat memarahi Oka karena dia tidak mengangkat teleponku dan mengabariku tentang kamu.."
"Jangan memarahinya Mas. Kasihan dia.. Dia sudah dewasa sekarang. Tidak baik untuk perkembangan mentalnya.." jawabku menolak
"Lagian, dia juga kan sudah bersusah payah mengantarkan telepon ini padaku.. Saat ini, dia sedang menemani Papa bermain catur diruang kerjanya.. Mungkin karena itu dia tidak bisa mengangkat telepon darimu Mas.." aku menjelaskan
"Oh iya, ngomong-ngomong.. apa Mas menyuruh Oka membeli handphone baru ini?" ucapku dengan nada tidak senang
"Iya Sayang. Habisnya gimana dong.. aku kan gak bisa hubungi kamu. Telepon kamu mati.. Katanya Oka, handphone-mu disita Papa. Jadi, ya aku terpaksa suruh Oka membeli handphone baru supaya kita bisa berkomunikasi lagi.."
"Tapi kan Mas, tetap saja.. buang-buang duit. Aku gak suka kamu bersikap seperti ini.. Lagian besok pagi.. Papa bilang, Papa akan ngembaliin handphone aku itu. Jadi, sia-sia kamu beli hp ini Mas. Mubazir.."
"Apapun itu demi kamu, aku gak merasa buang-buang duit, apalagi mubazir. Lagian, kan kamu itu istriku. Masa sama istri sendiri perhitungan mengenai duit."
"Nah nah.. mulai lagi kan gombalannya.. Kamu itu paling bisa ya Mas ngejawab aku pakai trik seperti itu.."
"Trik apa sih Sayang.. Memang aku tuh beneran sayang sama kamu. Jangankan handphone, apapun kebutuhan kamu.. asal aku punya uang dan sanggup buat beliin, pasti aku beliin.. Lagian, apa sih yang nggak buat kamu.."
"Iya..iya.. tahu aku. Kalah aku kalau udah berdebat sama kamu Mas. Kamu udah tahu kelemahanku.." ucapku sedikit sebal
Ryan yang mendengar perkataanku itu pun menjadi tertawa terbahak-bahak. Dan tiba-tiba..
"Sayang.. Vcall-an yuk. Aku pengen lihat kamu. Kangenn.." ucap Ryan manja
Belum sempat aku menjawabnya, dia langsung mematikan sambungan teleponnya dan mengubah panggilannya itu menjadi video.
Tentu saja aku panik, sebab Aris masih ada disana saat itu. Belum sempat aku memikirkan penyelesaian masalah itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu kamarku..
"Bagaimana ini, apa yang harus kulakukan? Ya Tuhan.." ucapku panik dalam hati sambil menatap Aris yang juga terkejut dan terlihat kebingungan saat itu.